7

1.2K 89 3
                                    


BELUM DI REVISI LAGI!


Matanya seperti Om Ail, hitam pekat. Kala sedang marahpun ia akan semenakutkan beliau dan juga seperti Aileen kala sedang kesal dan sebagainya, apa anak ini adalah anak Aileen? Atau bisa jadi dia adalah Adiknya Aileen yang otomatis adiknya Akhseen juga?

Tapi, tidak. Sepertinya keduanya salah, dia bukan adiknya Akhseen karena anak ini memanggil Akhseen dengan sebutan Mama.

Dan untuk anaknya Aileen itu juga rasanya tidak mungkin. Masa Aileen mau buat anak dari adik kandungnya sedangkan Aileen hanya ada Myshea di hatinya.

Lalu anak siapa yang ada di hadapanya sekarang ini?

Masa Akhseen bisa beranak dengan sendirinya tanpa pembuahan? Emang dia makhluk yang dapat membelah diri?!

"Aku belum melihat Aakil seekspresif begini." Ujar Akhseen tiba-tiba.

"Dulu dia pas di rumah Mama, ia tidak seperti ini. Ia sangat pendiam dan terkesan mirip abang yang tengah marah. Ia juga jarang bergaul, entah karena apa." Ucap Akhseen terdengar sedih di setiap katanya.

Dan Adfan masih setia mendengar setiap kata yang akan di lontarkan oleh Akhseen.

"Tapi, entah kenapa ia seperti ini setelah kami datang kemari. Memang bukan untuk pertama kali ia datang kesini tapi efeknya itu tidak merubah Aakil menjadi anak yang sebahagia ini." Adfan tersenyum getir, dan ada rasa sedikit iba dari diri Adfan. Berbeda dengan Adfan yang selalu di limpahkan kasih sayang oleh kedua orang tuanya.

"Apa, ayah dari anak ini masih hidup?" pertanyaan itu langsung menyentil hati terdalam Akhseen, ia merasa perih atas terlontarnya pertanyaan dari lelaki di pinggirnya itu.

Sedikit demi sedikit Akhseen menganggaukan kepalanya, dan sedetik itu pula Akhseen menundukan kepalanya.

"Dimana ia sekarang?" tanya Adfan yang lagi-lagi membuat hati Akhseen meringis.

"Pabo!"

"Hah?" tanya Adfan yang sama sekali tak di mengerti oleh dirinya.

Akhseen terkekeuh dan Adfan terdiam.

Ia merasa senang,

Entah karena apa.

"Ayo kita pulang, entar Kakek marah." ajak Akhseen kepda Aakil yang sudah selesai dengan makanannya.

.

"Apa Mas tidak akan mengajakku jalan-jalan di kota?" tanya Ayu yang langsung membombardir Adfan dengan segala prilaku dan celotehan dari wanita itu.

Dulu pas bertemu dengan Ayu, Adfan kira Ayu itu memang wanita yang Ayu sama dengan namnya tapi Adfan salah. Ternyata cuman nama dan wajahnya saja yang Ayu.

Adfan terkekeuh untuk sementara karena sudah mmikirkan hal seperti itu. Buang-buang tenaga saja, batinya.

"Mas!" tegur Ayu kembali.

"Ini kan keinginan kam Yu, ya kamu nikmatin aja. Dan lagi aku nggak ngajak kamu kesini." Ujar Adfan sembari berlalu keruangan sebelah kamar tidur Adfam.

"Dan lagi, sepertinya ini bukan pertama kalinya kamu datang ke kotaa." Gumam Adfan sembari memasuki ruanganya.

Ayu yang merasa selalu di hiraukan mulai kesal dengan semua sikaf yang Adfan tunjukan terhadapnya.

Memang iya ini bukan yang pertama kalinya dia kesini, lantas dia mau apa? Pikir Ayu yang sudah buntu dan nggak jelas.

"Tau kalau pulang akan ketemu dia aku mendingan tadi nggak pulang aja." Gumam Ayu sembari memasuki kamarnya dan kembali keluar lagi dengan keadaan yang serba minim.

SHENILFA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang