10

1.1K 81 3
                                    


BELUM DI REVISI LAGI,


"Sekarang aku tahu perasaan aneh apa yang selalu menghantuiku saat aku mengetahui adanya Aakil di hidup kamu." Ujar Adfan yang sekarang tengah memandang Akhseen meminum kopinya yang sudah hampir mendingin.

"Dan aku juga aku tahu kenapa kamu tidak merasa kehilangan saat jauh dariku." Lanjutnya yang sekarang membuat wajah Akheen mendongak kearah Adfan sembari mengernyitkan alisnya.

"Karena kamu mempunya duflikatku, sedangkan aku tidak." Akhseen langsung tersenyum mengejek kearah Adfan. Alasan yang klise batinya.

"Dan, kenapa aku harus merasa kehilangan?" tanya Akhseen.

Adfan terdiam, ia tak tau dengan apa yang tengah di pikirkan gadisnya itu.

"Bukanya kau- kau menyukaiku?" cicit Adfan yang entah kemana suara nyaringnya di sembunyikan kala melontarkan kata-kata itu.

Akhseen terkekeuh, semari memutar kedua bola matanya.

"Mengarang." Dengus Akhseen.

Adfan membulatkan kedua bola matanya. Apa dia sudah salah mengira?

"Lalu kenapa kamu kembali setelah lama menghilang?"

"Karena aku ingin." Akhseen menjawab dengan datar.

Sejujurnya Adfan belum melihat sikaf Akhseen yang sekarang-sekarang ini suka di perlihatkanya, ia merasa ada hal yang aneh di diri Akhseen sekarang.

"Apa aku sebegitu buruknya?" Akhseen terdiam, mencoba mendengarkan tutur kata dari Adfan.

"Lalu kenapa kau memberitahukan bahwa Aakil adalah hasil dari benih-benihku dulu!" tegas Adfan.

Akhseen tak bergeming, ia keliru.

"Apa itu hanya tak tik saja agar aku tambah menderita karena menunggumu dan mempercayaimu." Sekarang Akhseen menatap Adfan.

Entah apa yang tengah gadis itu pikirkan sekarang, dan entah kenapa gadis itu berbicara seperti itu di kala mereka berdua sudah bisa berbicara normal seperti sekarang ini.

Akhseen seperti orang strees saat ini, rencananya ia ingin menjauhi Adfan agar dirinya tidak terluka karena kehadiranya. Tapi, sekarang kenapa ia kembali mendekat?

Itu sama saja kau mempersulit dirinya untuk bisa melupakanmu. Batinya.

Ia memejamkan kedua bola matanya dengan tatapan Adfan yang masih terasa panas di tubuhnya, dengan tatapanya saja aku tak bisa berkutik, kalau kamu tau Adfan, aku sangat khawatir akan masa depan, batin Akhseen.

"Apa ada sesuatu yang kau sembunyikan?" tanya Adfan, Akhseen dengan tegas langsung menggelengkan kepalanya.

"Aku tahu kamu menyukaiku," Adfan tersenyum sinis, tidak ada lagi senyuman manis di wajahnya "Sedari sulu." Lanjutnya.

"Well, aku tak percaya dengan apa yang kamu katakan tadi." Adfan langsung tersenyum manis kembali, entah apa lagi yang memasuki diri Akhseen, ia malah mengikuti senyuman Adfan yang semakin membuat Adfan yakin bahwa wanita di hadapanya itu masih sama menyukainya bahkan mencintainya. Adfan memang selalu kePD-an kan?

"Aku akan menunggu semuanya, aku akan selalu setia menunggumu menyatakan semua rahasiamu itu." Seringainya, Akhseen langsung mengangguk. Ia percaya itu.

Akhseen berharap, ia tidak egois karena melakukan itu.

"Sepertinya ada tamu." Ujar Akhseen sembari berdiri, tapi sebelum melangkah tanganya sudah di cekal oleh Adfan dan mengembalikan Akhseen ke tempat duduknya, ia tak mau Akhseen kecapean. Entah pemikiran dari mana itu.

SHENILFA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang