19

1.1K 100 6
                                    

Masih sama seperti kemarin, belum di edithhh

...

“Ka-kanjeng Mami.” Ujar gagap itu langsung membuat kanjeng Mami mengerutkan kedua alisnya.

Seketika Kanjeng Mami melihat layar pnselnya.

“Ini memang nomornya si borokokok.” Ujar Kanjeng Mami itu sembari menempelkan kembali ponselnya itu ke telinganya.

“Halo, Adfan.” Ujar Kanjeng Mami itu. Hening.

Kanjeng Mami langsung menghelakan nafasnya dan berniat menutup panggilnya itu sebelum suara perempuan itu mengintruksi Kanjeng Mami untuk sekedar terpaku sesaat.

“Siapa ini ?” tanya lugas Kanjeng Mami, sekarang ia sangat tenang, takut-takut ada apa-apa terhadap anaknya Adfan. Maka Kanjeng Mami sudah mempersiapkan dirinya. Setidaknya itu rencananya.

“Ha-hallo, As-Assalamualaikum.” Ujar wanita itu, Kanjeng Mami terdiam untuk sesaat.

“Ya, Waalaikumus salam, siapa ? dan kenapa HP anak saya ada di kamu?” tanya tajam Kanjeng Mami itu membuat seseorang di sebrang sana berkeringat dingin, ia baru kali ini menelpon Kanjeng Mami batin wanita itu.

“Apakah kamu menculik anak saya? Ohh pantas sekali kalau kamu menculik anak saya toh anak saya memang ganteng dan juga kaya.” Kanjeng Mami terdiam menunggu jawaban dari sebrang sana.

“Eum, anu-eum...”

“Anu-anu! Memangnya Anu bisa membuat seseorang mengerti hah? Anu memang enak tapi itu akan terasa menyakitan kalau a-anuan untuk pertama kali.” Akhseen langsung mengerutkan keningnya di dalam ketergugupannya.

Maksudnya Anu itu apa? Batin Akhseen yang sesekali menatap kearah Adfan yang masih menatapnya jenaka.

“Hey, siapa ini?” sentak Kanjeng Mami kembali sembari terus menerus menarik nafasnya kerena kesal.

“Sa-saya Akhseen, Tan-tante.” Seketika Kanjeng Mami langsung terdiam dan melihat kembali layar ponsel itu.

Apakah benar dia anak gadis yang slalu di tunggu oleh bocah tengik itu? Batin Kanjeng Mami sembari mendekatkan kembali HP nya itu ketelinganya.

“Oh, kamu, kenapa kamu menelpon saya melewati ponsel Adfan. Apa kamu tidak mempunyai pulsa atau kamu memang tidak mempunya Ponsel oleh karena itu anak saya tidak bisa menghubingi kamu.” Lagi-lagi Akseen terpengarah akan jawaban gambalang dari Kanjeng Mami.

Akhseen melirik kearah Adfan yang sepertinya masih anteng-anteng saja dengan cengiran khasnya.

“Ma-maaf, sa-saya—“

“Kamu mau minta maaf?” potong kanjeng Mami, di jau sana Akhseen langsung menggelengkan kepalanya.

“Ya, ya, ya walaupun saya sulit untuk memaafkan kamu tapi apa daya anak saya sudah kepincut sama kamu dari dulu.” Akhseen yang mendengar ocehan dari Kanjeng Mami itu langsung melirik Adfan dengan senyuman memikatnya, dengan santainyaAdfan memberikan senyuman jauh untuk Akhseen yang tengah menatapnya.

“Maaf—” 

“Sudahlah tak perlu meminta maaf kembali.” Potong Kanjeng Mami itu langsung membuat keda kelopak mata Akhseen mengerjap secara perlahan.

“Lagian saya sudah menerima kamu sebagai calon mantu, untung saja anak kurang ajar itu memanggi cucu saya kesini kalau tidak mungkin anak itu sekarang sudah beristri.” Akhseen yang mendengar itu langusng terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja di dengarnya.

“Aakil baik bersama saya, lagian kamu ! ibu macam apa yang tega-teganya memisahkan Cucu dari Omanya!” bentak Kanjeng Mami yang membuat sedikitnya kepala Akhseen mundu kebelakang.

SHENILFA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang