BELUM DI REVISI!
Akhseen langsung mengerjapkan kedua matanya kala merasakan pening di kepalanya, untuk sesaat Akhseen terduduk dengan matanya yang masih memejam.
"Di mana ini" batin Akhseen kala melihat kamar yang berbeda dengan kamarnya. Tapi kilasan masalalu tiba-tiba bertebaran di otak Aksheen dan sesaat itu pula senyuman Akhseen mengembang dan ia bangkit dari duduknya untuk mengitari kamar yang penuh dengan pigura foto.
Tapi, sebelum itu Akhseen mengambil seoonggok figura di atas nakas pinggir tempat tidur, itu fotonya yang tengah tersenyum. Dan sesaat itu pula senyumanya juga mengembang.
Akhseenpun langsung mengedarkan pandanganya dengan senyumanya yang masih mengembang. Tepat di sana, di dinding tergores setiap kata gambar dirinya dan juga Adfan.
Entah kapan foto-foto itu di ambil tapi Akhseen tak mengmbil pusing hal itu. Sungguh ia sudah kepalang senang untuk sekedar melihat hal manis seperti ini.
"Sayang sekali di sini nggak ada foto kamu sayang, dasar. Memang Papa kamu itu kejam." Cicit Akhseen yang setelah itu langsung keluar kala mendengar suara berisik dari luar kamar ini.
"Ada apa ini?" ujar Akhseen kala melihat Aakil dan juga Adfan yang tubuhnya itu di penuhi dengan debu-debu putih.
"Ya, ampun sayang kamu kotor sekali." Ujar kembali Aksheen, dan sesaat kembali Adfan yang mendengar perkataan dari Akhseen itu langsung tersenyum dan iapun langsung menegakan tubuhnya kala melihat Akhseen yang tengah berjalan kearahnya.
"A-ku hany..."
"Aakil kamu nakal?!" Kata Akhseen dan perkataan itu langsung membuat senyuman cerah di wajah Adfan lenyap seketika.
Bagaikan di sambar paku yang tajam, Adfan langsung mundur satu langkah kala merasakan nyeri di hatinya, sekarang Akhseen tengah memangku Aakil yang tengah memberengutkan wajahnya. Ia terlihat menggemaskan tapi tidak bagi Adfan, anak kecil itu seperti jamur yang ada di mana saja dan menempel di mana saja.
Ia tak rela, kenapa harus bocah itu yang ditanya pertma kali oleh Akhseen, ia merasa sakit hati sekrang.
"Om itu mandiin Aakil tapi dia malah membuat Aakil di penuhi dengan partikel-partikel kecil seperti ini." Adu Aakil dan itu mampu membuat Adfan semakin tertohok perih tepat di jantungnya.
Ini sebenernya anak siapa? Kenapa prilaku dan perkataanya itu sangat menohok seperti itu?
"Aakil ngomongnya kok gitu?" ujar Akhseen dan tak di jawab oleh Aakil yang sekarang anak itu tengah menelusupkan mukanya ke lekukan leher Akhseen.
Dan lagi-lagi itu membuat Adfan geram. Seharusnya ia yang melakukan itu bukan bocah laknat kecil itu, batin Adfan.
Dan seketika hening. Akhseen maupun Adfan sekarang asih berdiri di tempatnya masing-masing.
Adfan masih merasakan kegeraman dan ketidak sukaanya kebocah kecil itu, sedangkan Akhseen, ia sekarang merasa canggung untuk sekedar bergerak barang secentipun.
"Eum, kenapa aku dan Akil ada di sini?" tanya Akhseen yang sudah sedari tadi ia mengumpulkan keberanian untuk berbicara kepada Adfan.
Dan Adfan yang mendengar suara merdu itu langsung mengerjapkan matanya, ia serasa luoa ia sedang apa sekarang. Bahkan ia masih berdia diri di tempatnya tadi tanpa sadar dan memubuat gadis di dekatnya itu menggendong bocah tengil itu di pangkuanya.
Seketika Adfan merebut tubuh Akil ke gendonganya meskipun gak susah karena Aakil memberontak tapi, mau bagai manapun tenaga bocah itu dengan tenaga Adfan itu sangat berbeda jauh meskipun mereka satu jenis dan spesies.

KAMU SEDANG MEMBACA
SHENILFA [COMPLETED]
RomansaMereka memang gila. Sue Dan semacamnya. Akhseen sedari dulu membiasakan dirinya untuk slalu melestarikan adat istiadat. Seperti nama panggilan daerah dan dengar dia sangat bodoh tak seperti Abangnya. Adfan, dia sangat menyukai wanita itu hingga bebe...