2.ADFAN

2.4K 120 1
                                    

"Kau membohongiku?" Tanyaku, tak kuasa menahan rasa senang,sedih dan kecewa. Tanpa pikir panjang lagi aku langsung menghantamnya sampai beribu-ribu sel sperma ku taburkan di sana.

"Love you..." gumamku sembari mengecup kening Akhseen yang sekarang tengah memejamkan matanya.

Ku gulingkan tubuhku ke sisianya sembari memeluknya erat, alih-alih dia akan pergi tapi hal bodoh itu pasti tidak akan terjadi walau bagai manapun Akhseen pasti mendapatkan benjolan di daerah perutnya, itu pasti.

Hingga cahaya pagi mulai menerpa kulit mukaku, akupun langsung membuka mataku dan tersenyum cerah kala melihat ke arah sampingku tapi tidak, senyuman itu tidak tahan lama setelah aku sadar kalau yang ada di sampingku itu adalah guling yang sudah koyak bajunya.

Akupun langsung beranjak dari tidurku memakai sempak sekadanya. Mungkin saja dia ada di kamar mandi bukan begitu?

"Akhseen." Panggilku dengan lembut tapi masih tidak ada jawabanya.

Aku langsung membuka pintu kamar mandi, tapi di dalamnya kosong melompong. Akupun langsung keluar dari kamar dan hasilnya pun masih sama.

"Kemana gadis itu?" Gumamku sembari mengambil ponselku dan menghubingi nomor Akhseen, tapi tunggu.

Aku langsung menajamkan pendengaranku kala mendengar suara ringtone dari ponsel Aksheen, dan seketika juga senyumku mulai terbit kembali. 'Mau bermain petak umpet sayang?' Gumamku sembari berjalan ke arah sofa yang ada di tengah ruangan.

Tapi, lagi-lagi senyumku menghilang kala hanya ponselnya saja yang aku temukan.

"Akheen!" Teriakku menggelegar di setiap ruangan. Kenapa ponselnya ada disini? Apa dia kabur?

Dan sebuah kenyataan mulai menghantam kepalaku, dia akan pergi, sebuah pikiran itu terlintas kala kami akan mulai bercinta tadi malam, apamungkin dia pergi? Aku langsung gelagapan dan pergi keluar.

"Akhseen..."

"AKHSEEN!!!" Teriakku langsung terengah-engah.

Mimpi itu lagi, batinku sembari tersenyum kecut.

Pasti saja kalau aku tidur di apartemen mimpi itu selalu menerjangku, aku merindukanya Tuhan.

Ku hembuskan nafas gusarku sembari mengambil figura itu lagi. Ku telusuri gambar wajahnya itu. Apa dia baik-baik saja? Apakah dia masih mengingatku? Dan masih banyak kembali pertanyaan yang selalu ingin ku lontarkan langsung kepadanya.

Suara bel apartemen mulai terdengar di telingaku, aku kembali tersenyum kecut. Selalu saja gumamku sembari beranjak dan membuka pintu apartemen sembari mengambil roti yang sudah di lapisi selai nanas ke sukaanku beserta susunya.

Aku langsung memakanya, tanpa tau itu dari siapa, ya sudah menjadi jadwalku memang kalau aku berada di apartemen pasti selalu ada yang memberikan sarapan kepadaku entah dari siapa aku nggan untuk sekedar mengetahuinya.

Karena aku sudah curiga pada seseorang yang hanya tau tentang selai nanas dan aku yang tak pernah meminum susu.

Aku kembali mengunyah roti itu, entah ada di mana gadis itu tapi aku yakin ia selalu ada di dekataku, hanya akunya saja yang bodoh dan tak mau ribet.

Tiba-tiba sebuah notif pesan menerpa ponselku, dan akupun langsung beranjak untuk menyegarkan tubuhku.

.

"Bagai mana?" Tanya Myshea yang sekarang tengah memandangku dengan tatapan anehnya.

"Ya. Gitu." Ujarku tak semangat untuk membahas soal ini. Ku lihat Myshea yang sedang mengerang menatapku dengan tatapan matanya yang mematikan, aku bisa apa?

SHENILFA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang