"Ayolah Pi masa ngeyakinin Mami aja nggak bisa sih?" Bujuk seorang bujangan yang masih menatap seorang Pria tua yang tengah memperhatikan Tv di depanya.
"Pih." Tegur lelaki itu lagi.
"Apasih Fan? Kamu bujuk aja sendiri Mamimu itu loh Ndok jangan bawa-bawa Papih dalam kasus laknatmu itu." Ujarnya masih tak menghiraukan tatapan dari kedua bola mata Adfan yang tengah membulat melihat kearah Papinya yang baru saja menyinggung tentang kelaknatanya.
Dia memang selalu benar, batin Adfan meringis.
"Apa si Pi? Ini jugakan demi anakmu ini." Melasnya dan berangsur lebih mendekat kearah duduk Papinya itu.
"A-"
"Apanya yang demi anakmu ini?" Ujar suara yang nyaring itu langsung membuat Adfan begitipun Papinya itu berdiri kala melihat kanjeng Mami tengah menatap mereka berdua dengan tatapan seri lesernya. Sangat mengerikan, batin keduanya.
"Anu- eum. Papi mau bicara sama-Auuuu." Adfan langsung meringis kala dirinya langsung jatuh tersungkur ke sofa di karenakan sikuan yang terlalu amat keras yang di berikan Papinya itu.
"Aauuuu Papi!" Geram Adfan masih dengan dirinya yang terduduk menahan umpatan yang hampir saja keluar dari mulut bau rokoknya itu.
"Papi! Kenapa anaknya di banting-banting?!." Ujar Kanjeng Mami sembari menghampiri Adfan yang mukanya sudah hampir memerah sempurna karena menahan umpatanya.
"Ah Mih, biarkan lah saja, jangan terlalu di manja nanti anaknya ngelunjak kalau sudah dewasa nanti." Ujar Papinya Adfan sembari tersenyum setan kearah Adfan yang juga Adfan tengah menatap Papinya dengan uap yang keluar dari kepalanya.
Emang dikira masih bocah dirinya? Batin Adfan bergejolak.
Papinya sangat tidak membantu, gerutuknya kesal sekali lagi.
"Sudah-sudah jangan beranteum! Sekalinya ngumpul kalian ini langsung bae berantem, nggak ada harmonis-harmonisnya." Gerutu Kanjeng Mami sembari meng-kode Papinya Adfan untuk terduduk di sebelahnya.
"Sabun kali." Ujar keduanya berbarengan yang langsung membuat Kanjeng Mami yang sekarang ada di tengah-tengah menghembuskan nafasnya dan menjadi diam bungkam karena lelah.
Memiliki dua Pria bertampang pas-pasaan saja sudah membuat hidupnya sangat pusing, itu mungkin keluhan yang sekarang berada bersembayang di otak kecil Kanjeng Mami.
.
"Kamu mau sampai kapan seperti ini Dek? Terus sembunyi dan menghindar?"
Perkataan Lelaki itu terus saja terngiang di otak Akhseen, siapa yang sembunyi dan siapa yang menghindar? Pikirnya sembari meremas Ponsel yang berada di genggamanya.
Dia, selalu ada di dekat Lelakinya. Dia, selalu mengwasinya dan apa lagi sekarang?
"Mam..." ujar suara serak itu langsung mengubah mimik muka Akhseen.
"Sayang." Akhseen langsung menatap kearah puteranya yang sekarang tengah mengucek-ngucek matanya khas bangun tidur.
Aakil langsung berjalan kearah Akhseen dan memeluk leher Mamanya erat sembari menyenderkan kepalanya kepundak Akhseen, itu seperti tempat ternyaman yang Aakil miliki.
"Siap-siap ya boy kita akan mengunjungi Oma." Pekik gembira Akhseen dan hanya di balas dengan gumaman tak bersemangat Akil.
Begitupun Akhseen yang tersenyum miris akan anaknya ini.
.
"Aku nggak mau bawa dia Mih, Mami ngerti dong!" Sentak Adfan.
Baru saja baik-baikan tadi malam, batin Adfan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHENILFA [COMPLETED]
RomanceMereka memang gila. Sue Dan semacamnya. Akhseen sedari dulu membiasakan dirinya untuk slalu melestarikan adat istiadat. Seperti nama panggilan daerah dan dengar dia sangat bodoh tak seperti Abangnya. Adfan, dia sangat menyukai wanita itu hingga bebe...