Yeay updatenya cepet.
Iya cepet,
Soalnya viewers udah 1k, hueheh..
Budaya kan vomment juga lah, masa dibaca doang. Kan biar gue tau jg siapa aja yang jadi reader gue. Yaudasi gitu aja.
Happy reading!
◎◎◎
Laki-laki dengan balutan jaket biru tua menjulurkan tangannya ke arah dahi lawan bicaranya.
"Lo gila, ya? Apa kurang obat? Mau gue bawa ke rumah sakit?"
Sontak Nana menepis tangan itu, "Dimas, please," ia lalu menurunkan kedua sisi terujung alisnya, memelas. "Gue tuh berani ngomong kayak gini karena gue udah dapetin dua alasan tepat sebelumnya."
Dimas mengernyit, "so, what's that?"
"Pertama, Cacil udah punya Yudha, kedua-gue capek sendiri, gue capek dikatain jomblo akut lah, perawan tua lah, gak laku lah, dan segala tetek bengeknya," Nana memasukkan anak rambut ke belakang telinganya, kemudian mengambil nafasnya dalam, "it was like-man please, I've been waiting for him about 3 months, dan gue bukan Cinta yang kuat nunggu Rangga sampe bertahun-tahun, Dim."
"Lo ngerti poinnya kan?" perempuan itu menggerakkan tangannya singkat, mengakhiri kalimatnya.
"Tapi gue tetep gak bisa," Dimas menggeleng, "yakali gue harus bikin sahabat gue sendiri suka sama gue,"
"Gak bakal lama, Dimas. Cuma sampe Deva sama Cacil jaga jarak dan tugas lo selesai."
"Lo mikir gak sih seaneh apa kalo sahabat lo sendiri suka sama lo?" Dimas balik bertanya, "sekarang gini, anggaplah Nayla atau siapapun sahabat lo itu cowok, dan tiba-tiba suka sama lo." Ia menjeda sembari membenarkan posisi duduknya sejenak, kemudian menatap mata Nana lekat, "aneh gak sih, Tri?"
Walaupun Nana tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau salah satu sahabatnya itu suka padanya, tapi kalimat Dimas berhasil mengatup mulutnya. Ia mulai mencerna ucapan Dimas yang memang benar adanya.
Nana menghela nafas panjang dan menunduk. Sepertinya mimpinya untuk bersanding dengan seorang Deva tidak akan pernah menjadi kenyataan, sampai..
"Fine," Dimas tersenyum sekilas yang mana langsung membuat Nana mendongak dengan mata berbinarnya, "with one condition."
"Apa?"
"Lo nggak boleh nolak kalo gue ajak pergi kemana pun."
◎◎◎
Ribuan air hujan kembali membasahi gedung SMA Bhinneka keesokan harinya. Beberapa murid terpaksa menunda kepulangannya karena tidak membawa kendaraan roda 4 atau jas hujan.
"Rara!" panggilan tersebut membuyarkan kepingan puzzle yang tengah kedua perempuan itu pikirkan.
"Eh-" Rara menoleh ke sampingnya, melihat Nana yang kini juga sedang menatap orang itu, "lo gapapa kan gue tinggal?"
Vally dan Nayla sudah pulang sedari tadi, karena masing-masing pasangan mereka membawa kendaraan roda 4. Tidak mungkin kan kalau Nana harus menjadi kambing congek dengan meminta tebengan pada salah satu temannya itu?
Dan di sinilah Nana berdiri, bersama dengan Rara yang sebentar lagi akan meninggalkannya juga, karena telah dijemput oleh Arsen.
Nasib jomblo.
"Apa lo mau bareng gue aja?" Rara mengagetkan Nana yang sedang menatapnya dengan tatapan kosong. "Bentar ya, gue bilangin sama A-"

KAMU SEDANG MEMBACA
After Ten
Teen FictionI'm just too afraid of being the only one who falls || Copyright © 2017, Michelle Kimberly - All Rights Reserved