17. Step 5

250 35 31
                                    

17. Step 5; Spekulasi

◎◎◎

Nana membolak-balikan katalog maybelline dengan gestur malas. Matanya tak henti meneliti setiap halaman yang ia buka dan hal itu membuat lengkungan di bibirnya semakin turun.

"Sumpah ya, anjir!"

Rara yang duduk persis di sebelah perempuan yang tengah tengkurap di atas tempat tidur itu terlonjak kaget karena teriakan Nana yang dapat dibilang tiba-tiba.

"Gila apa lo ya?!" Rara mengembalikan tatapannya ke arah jemari yang sedang ia beri warna menggunakan kutek biru langit milik Vally, "ih kan mencong jadinya!"

"Gue tuh nggak ngerti lagi sama nyokap," Nana mengubah posisinya menjadi duduk. "Demi Allah,"

Nayla yang baru saja membuka pintu kamar mandi dan kini tengah menghilangkan bekas air di kakinya pada kain berbentuk persegi panjang di depan pintu itu bersuara, "apa lagi? Kartu ATM lo ditarik?"

"Ya lo kira?"

"Siapa suruh balik telat?" Vally menimpali sembari mengambil makanan ringan dari dalam bungkusan ciki yang ia pegang.

Nana memutar bola mata, "gue balik telat juga baru sekali, lagian bokap aja nggak apa-apa."

"Emak-emak emang gitu, Na. Someday, pas lo udah punya anak dan anak lo perempuan, you will do that way. Percaya deh,"

Tak ada lagi bantahan yang keluar dari mulut perempuan bermata cokelat itu, ia langsung merebut bungkusan ciki di tangan Vally dan merogoh isinya.

"Heran gue, lagi seneng-seneng eh ada aja yang bikin emosi," Nana menoleh ke bawah —ke arah bungkusan ciki yang ia pegang— dengan kernyitan, "abis, anjing!" lalu melemparnya ke sembarang arah, membuat Vally terkikik geli.

"Nih. Masih ada," Nayla yang belum sempat duduk segera mengambil bungkusan lain yang berada di meja dan memberikannya pada Nana.

"Baidewei, kemaren gimana? Ada kemajuan?" Vally beranjak, berjalan ke arah ujung ruangan untuk melihat apakah baterai ponselnya sudah terisi penuh atau belum.

Nana yang baru saja menyuap satu keripik kentang dengan rasa rumput laut menjawab, "ya gitu, perlakuannya manis, as always,"

"Berati next nih ya?"

Nana bergidik setelah mendapat pertanyaan dari Nayla.

"Buat Deva ketemu sama Tante Alona sama Om Nael,"

Sontak Nana terbatuk-batuk karenanya. Rara langsung tertawa dan menepuk punggung perempuan itu dengan telapak tangannya sambil berusaha agar kutek yang belum kering itu tidak terkena kaus hijau Nana.

"Gila apa ya? Deva aja baru dapet nilai minus dari nyokap gue gara-gara kemaren. Lah ini malah nyuruh diketemuin."

"Tapi kan bokap lo gak gitu." Nayla menggeser duduknya saat Vally sudah kembali untuk duduk di tempat tidur dengan yang lainnya, "kali aja dengan Deva ketemu sama nyokap lo, dia bisa bikin Tante Alona ngerubah mindset-nya soal Deva. Lagian, kita semua tau kan seberapa good boy-nya dia."

After TenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang