Ps: jangan marah sm Dimas.
◎◎◎
"What if my heart starting to fall on you?"
Hening.
Kedua terdiam cukup lama, sampai Nana akhirnya tersadar.
"Gila apa lo ya?!" ia memundurkan wajahnya saat kalimat itu secara lantang terlontar dari mulut Dimas.
"Gue ke kelas," katanya lagi sebelum beranjak pergi meninggalkan laki-laki yang kini tertawa geli karenanya.
Perempuan itu berlari di sepanjang koridor, membuat decitan antara sepatu dan lantai terdengar jelas.
Ia tak mengambil langkah ke kiri, justru sebaliknya. Nana memasuki lorong loker dengan langkah yang sama hingga ia kembali mengambil jalur kanan yang berarti kakinya akan membawa ia ke arah toilet.
Nana memasuki ruangan lembab itu dan langsung menyalakan keran di wastafel. Perempuan itu menguncir rambutnya terlebih dahulu menggunakan ikat rambut hitam yang selalu melingkar di pergelangan tangannya.
Sesudah itu ia menunduk, membasuh wajahnya beberapa kali kemudian meletakkan kedua tangannya di atas wastafel seraya menatap pantulan diri dari cermin.
Sialan!
Dimas mencoba mengutarakan apa yang akan ia lakukan pada Cacil nanti, tapi mengapa Nana menganggapnya serius? Kenapa malah Nana yang baper?
"God dammit, Dimas!" lirihnya.
"Pasti Dimas bakalan mikir kalo gue kepedean deh," Nana memukul pelan kepalanya sendiri, "ah, Nana bego!"
Ia kembali menyangga tubuhnya dengan tangan yang berpegang pada wastafel, sampai suara notifikasi line terdengar menggema di ruangan ini. Nana segera merogoh sakunya untuk mengeluarkan benda pipih itu.
Travelly Siera: masuk ey
Travelly Siera: bu indri udah di kelasNana tak membalas pesan itu, ia kembali mengunci layar ponselnya setelah mengubah mode ponsel menjadi vibrate. Perempuan itu lalu mengambil beberapa lembar tisu untuk mengeringkan tangannya dan kali ini ia benar-benar kembali menuju kelas.
◎◎◎
Bel yang menandakan bahwa kegiatan belajar mengajar pada hari ini telah usai mulai terdengar, Nana dan semua teman sekelasnya-bahkan sudah pasti seisi sekolah ini tengah memasukkan buku pelajaran yang baru saja berlangsung ke dalam tas masing-masing.
Tak ada obrolan apapun di antara Nana dan Rara, mereka sibuk dengan ponsel masing-masing hingga bertemu dengan Vally beserta Nayla yang baru saja berjalan keluar dari kelas mereka.
"Ih," Rara menyentak ponselnya turun, membuat ketiga perempuan lainnya menoleh bersamaan, "Arsen tuh ya, anjing banget, kesel gue."
"Apa sih, Ra?" Nayla berusaha menanggapi curhatan sahabatnya.
Perempuan yang mengenakan tas putih itu memasukkan ponselnya ke dalam saku rok sejenak, "ya lo bayangin aja, masa dia bilang kalo dia nggak bisa nganter gue balik karena disuruh nyokapnya buru-buru pulang biar bisa nganter anak temennya ke tempat les balet, ngotak napa sih!"
"Wow, awas loh diselingkuhin,"
"Nana!" Vally membekap mulut perempuan yang dikuncir satu itu dengan segera.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Ten
Teen FictionI'm just too afraid of being the only one who falls || Copyright © 2017, Michelle Kimberly - All Rights Reserved