2. Step 2; Lo Lagi, Lo Lagi
◎◎◎
"Serius lo bareng sama dia?" Rara mengerjap tak percaya setelah mendengar apa yang dikatakan oleh perempuan yang duduk di sampingnya.
"Ya, nurut ngana?" sambil memutar bola mata, Nana menjawab, "ngapain juga gue ngomong kalo bohongan."
Keadaan tidak ada guru membuat kelas XI IPA 2 tentunya riuh bukan main. Bahkan ada beberapa siswa yang tengah berdiri di atas meja sembari memegang sapu di tangannya, menjadikan sapu itu sebagai gitar yang tak kesampaian.
"Woi semuanya, gue mau konser!" teriakan dari Yudha mendapat respon baik dan tepuk tangan dari seluruh murid di kelas itu.
Nana dan Rara hanya geleng-geleng saja melihat tingkah laki-laki aneh tersebut.
"Aku bukan pengemis cintaaaaaaa."
Suara teriakan dan tepuk tangan semakin mendominan. Farid si ketua kelas yang paling cinta kedamaian mulai terlihat jengah, ia mengambil balok kecil berbentuk persegi panjang yang selalu ia bawa.
Tok tok tok
Suara dari balok itu membuat semua orang menoleh dan terdiam.
Itulah cara Farid mendiamkan kelasnya, karena ia adalah tipikal pendiam, jadi lebih memilih cara tersebut dibanding harus berteriak-teriak sampai bengek.
Belum ada 2 menit, Yudha sudah melangkah dari mejanya ke meja-meja lain hingga sampai di meja si ketua kelas.
"Duh, Ayang Arid gak seru deh, mending kita nyanyi bareng." Yudha menarik tangan Farid untuk ikut berdiri di atas meja bersamanya.
Tapi, belum sempat hal itu terjadi, suara seseorang sudah menginterupsi kegiatan Yudha.
"Yudha, sstt." Yudha bergeming.
"Yudha diem bego." Yudha masih bergeming.
"Mohon perhatiannya ya." Suara asing dari pintu kelas membuat seluruh murid kembali menoleh serentak.
"Kelas XI IPA 1 lagi pelajaran Bu Desi, jadi tolong pengertiannya untuk diam. Makasih."
Yudha membulatkan matanya sempurna saat melihat siapa yang baru saja memberikan informasi.
"Cacil?" laki-laki urakan itu lalu turun dari meja dan langsung mengejar Cacil yang sudah meninggalkan XI IPA 2 dengan langkah dihentakan.
Seruan huuu menghantar kepergian Yudha.
"Duh, itu pasangan bikin envy deh." Komentar Rara setelah melihat adegan tadi. "Berduaan mulu kayak sepatu."
"Lo kira lo enggak?" Nana membalas komentar itu dengan sarkastik.
Rara menghela napas malas, "eh terus gimana tuh kemaren? Ko bisa balik bareng sama Dimas?"
Nana mengatur pernapasannya sejenak. "Jadi gini,"
Nana dan Dimas berlari dengan posisi tangan Dimas yang memegang jaket di atas kepala mereka berdua ke arah koridor.

KAMU SEDANG MEMBACA
After Ten
Teen FictionI'm just too afraid of being the only one who falls || Copyright © 2017, Michelle Kimberly - All Rights Reserved