Dimas Athalla; Betah Jomblo
◎◎◎
"Dimas!" teriak seorang perempuan yang kini tengah duduk di salah satu sofa terpojok di sebuah cafe.
Tangannya ia lambaikan agar orang yang dipanggil dapat menemukannya.
Dimas tersenyum menatap perempuan yang menunggunya. Dimas lalu berjalan mendekat ke arah meja dengan nomor 29 itu.
"Udah lama, Ca?" tanya Dimas berbasa-basi.
"Engga kok, baru juga duduk."
Kini Dimas sedang bersama dengan Shasil Nafisha, atau yang kerap disapa Cacil. Cacil adalah teman Dimas sedari kecil. Dan hal ini tentu saja dikarenakan orang tua mereka yang memang sudah bersahabat dari sebelum mereka berdua dilahirkan.
Bahkan Dimas sering diberi mandat oleh orang tua Cacil untuk menjaga anaknya itu, apalagi Cacil adalah anak yang polos.
Dimas sih tidak keberatan, malah terima-terima saja, tapi Cacil yang tidak menginginkannya. Karena, kalau kata Cacil mah, dia terlihat seperti anak kecil kalau harus dijaga-jaga.
Sok menolak seperti itu, sebenarnya, Cacil senang juga kalau bisa dijaga oleh Dimas. Ya, siapa yang tidak senang sih, kalau bisa dekat dengan lelaki tampan yang membuat semua perempuan di luar sana menjerit-jerit iri?
"Yudha gak marah, Ca?"
"Hah?" Cacil yang sedang membolak-balikan buku menu balik bertanya walau matanya tidak beralih menatap Dimas.
"Yudha gak marah lo ketemu gue? Ntar lo dimarahin lagi sama tuh banci." Dimas kembali bersuara.
"Ah, bodo amat dia mah. Gue capek punya pacar posesif." Kini Cacil menatap Dimas sekilas, lalu menoleh ke arah pelayan yang berada di sisi kanan mejanya. "Carbonaranya satu, sama minumnya Red Velvet aja deh." Cacil kembali menghadapkan wajahnya ke arah Dimas. "Lo apaan?"
"Samain aja, tapi minumnya Taro."
"Baiklah, ditunggu pesanannya 10 menit ya."
"Oke," balas Cacil antusias.
Pelayan itu pun mulai mengambil langkah menjauh.
"Lo tau gak, Dim? Carbonara disini enak banget loh,"
"Hm? Lo udah sering ngomong gitu."
"Iya ya?"
Dimas hanya balas bergidik sebelum mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan mulai sibuk berkutat dengannya.
"Eh, masa ya, kemaren kan gue sama Deva lagi ngobrol tuh di tribun, lagi seru-seru deh pokoknya," Cacil kembali membuka suara dengan curhatan, "abis itu, lo tau nggak?"
Dimas menggeleng singkat dengan mata yang masih menatap layar ponsel.
"Yudha dateng! Dia marah-marah sama gue sama Deva. Katanya gue genit sama mantan lah, apa lah. Najis nggak sih?" tangannya bergerak-gerak seiring ucapannya.
"Hm."
Cacil memanyunkan bibirnya. "Dimas!" panggilnya lagi.
"Hm."
"Apa gue putus sama Yudha aja ya?"
"Hm."
"Tapi gue masih sayang."
"Hm."
"Eh! Itu di baju lo ada ulet bulu!"
"HAH MANA?!" Dimas langsung berdiri dari posisinya dan mengusap-usap bajunya setelah melempar ponsel ke atas meja.
Cacil hanya diam melihat tingkah Dimas, lalu kembali bersuara, "bercanda."
Sontak Dimas menoleh ke arah Cacil dengan kesal, "ah anjir lo, Ca."
"Lagian, gue ngomong gak ditanggepin."
Dimas kembali duduk di tempatnya dengan was-was. "Gue nanggepin ya."
"Iya, hm-hm-hm doang sampe mampus. Emang lagi ngapain sih?"
Dimas meraih ponselnya dengan terburu-buru saat Cacil berusaha melihat isi ponselnya yang tergeletak lemah di atas meja.
"Yah elah, gitu banget sama gue." Perempuan dengan rambut curvy yang dibiarkan tergerai itu bersuara kecewa.
"Bukan apa-apa ko."
"Halah bullshit. Kita kenal gak baru kemaren loh, Dim." Cacil mengibaskan tangannya ke udara. "Pasti cewek, iya kan?"
Dimas mendengus pasrah.
"Gak usah php-in cewek lagi lah, Dim. Seneng banget bikin anak orang nangis sih?"
"Siapa yang php-in cewek dah? Gue cuma nge-chat doang. Kalo baper mah salah sendiri, emang gue gak pernah niat mau pacaran ko." Balas Dimas tak terima dengan pernyataan Cacil.
"Iya sih niatnya gak php-in, tapi ngomong pake aku kamu, terus kasih perhatian udah makan atau belom dan sebagainya. Siapa yang gak baper coba?"
Dimas tertawa serta merta, "gue nanya udah makan atau belom kan wajar. Gue cuma ngingetin, kalo misalnya dia belom makan ya gue suruh makan, dari pada dia mati gak ada yang nyuruh makan? Gue tuh bukannya kasih perhatian, tapi lebih ke manusiawi."
"Capek gue bilangin lo mah."
Dimas lagi-lagi tertawa melihat respon Cacil yang seperti itu. "Tenang aja, Ca, gue gak bermaksud mainin cewek ko. Nyokap gue kan juga cewek, gak mungkin gue main-main sama cewek dan berujung nyakitin dia, itu sama aja gue nyakitin nyokap gue sendiri."
"Ngomong sana lu sama udel onta!"
◎◎◎
Yeayy, part dua done!
Gimana menurut kalian?
Garing bat ya pasti? Iya njir, mana namanya pasaran sekali.
Ah diriqu tida mengerti lagi.
Muuvkeun.
Lanjut gak nih?:(
Vomment nya yawww

KAMU SEDANG MEMBACA
After Ten
Teen FictionI'm just too afraid of being the only one who falls || Copyright © 2017, Michelle Kimberly - All Rights Reserved