15. Gagal

231 35 49
                                    

"Gimana kemaren? Jadi pulang bareng?"

Belum sempat Nana meletakkan bokongnya pada permukaan bangku, pertanyaan itu sudah meluncur mengawali harinya.

"Ra," perempuan itu melepas tas punggungnya sejenak, "gue bahkan belom duduk."

Rara tak menjawab, ia hanya menyengir sembari menunggu teman sebangkunya itu mengambil napas karena habis berjalan dari lobby ke kelas.

"Jadi? Gimana kemaren?"

"Nanti aja bareng Nayla sama Vally, gue males cerita dua kali."

"Tai."

Tak lama kemudian, bel -pertanda kegiatan belajar mengajar akan segera dimulai- berbunyi. Guru fisika segera memasuki kelas dengan buku-buku yang memenuhi gendongan di tangan kirinya, sedangkan tangan kanan memegang penggaris kayu.

Setelah menghempaskan tubuhnya di atas bangku, ia membenarkan posisi kacamata, kemudian membuka buku absen.

◎◎◎

"Gue nggak liat Deva," Vally berujar sembari meletakkan nampan berisi empat piring sushi —yang stannya baru dibuka beberapa hari lalu di kantin.

Nayla ikut meletakkan nampan dengan empat gelas minuman berbeda di atas meja, "iya ya, nggak biasanya dia nggak barengan sama Dimas and friends."

"Anjir, Dimas and friends, udah kayak film apa tuh yang kereta-keretaan warna biru?" Rara menoleh ke arah perempuan di sampingnya, meminta jawaban.

Sementara Nana mengerutkan kening, "apa sih? Spongebob?"

"Itu mah kuning!" Rara memutar bola mata malas, "itu loh, yang suka ditonton Naisya, yang biru-biru."

Ketiga lainnya masih menatap Rara bingung.

"Kartun, anjing! Film kartun yang kereta-keretaan," ucapnya lagi dengan sarat kesal, "ah, Nay, lo kakaknya masa nggak tau?"

"Sumpah, kartun yang gue tau cuma spongebob sama doraemon." Jawab Nana sembari menarik piring sushi miliknya.

"Udah, Na, udah. Gue mah capek ngomong sama lo."

"Thomas and friends maksudnya?" setelah bergelut lama dengan pikirannya, Nayla pun menjawab.

"NAH!" perempuan berambut tergerai itu memekik sembari memukul meja, "Ya Allah, sampe emosi gue,"

Nana, Nayla dan Vally sontak tertawa karena sikap temannya. Hingga suara tawa Vally selesai dan digantikan dengan mata yang membesar saat melihat ke arah sekitar enam meter di depannya.

"Na?"

Yang dipanggil menghentikan tawanya dan menoleh ke arah depan, "ap—"

"Yudha nggak masuk?" mata Vally masih terfokus pada objek yang ia lihat.

"Hah?"

Nana dan Rara langsung menoleh ke belakang, berusaha menemukan apa yang membuat Vally menjadi sedikit aneh.

Dan apa yang dilihat oleh Rara langsung membuatnya menyipitkan mata dengan alis yang mengerut, seolah ikut merasa panik akan sesuatu yang mungkin membuat hati temannya tergores.

After TenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang