*****
Kata orang, seiring berjalannya waktu, semua orang itu pasti akan berubah. Menjalani kehidupan kedepannya dengan mau tidak mau dia harus jalankan. Sesakit apapun, sebahagia apapun, dia harus menjalankannya. Terkadang memang selucu itu, dia harus menahan segala resiko yang dijalaninya.Luka, perih dihatinya atas kenangan itu masih ada diingatannya. Masih tersimpan rapi di memori pikirannya.
Arsya, perempuan itu duduk dibalkon kediamannya dengan lutut yang menekuk. Menatap hampa pada langit malam yang kelam tanpa adanya hamburan bintang atau cahaya terang sang rembulan.
Dingin. Angin berhembus menerpa kulitnya yang hanya menggunakan kaos hitam longgar yang tipis. Rambutnya yang sebahu dibiarkan tergerai terbuai angin.
Malam ini, dia merindukan sosok itu. Bukan hanya sekedar malam ini, malam sebelumnya pun dia selalu merindukan sosok itu. Namun dia tak menampakkan kesedihan itu. Ia tak ingin dianggap lemah. Karena Arsya selalu menegaskan, aku bukanlah Arsya Yunita Girlion, tapi Arsya Hemotyra.
Bunyi ketukan pintu membuat Arsya terkejut. Dia mengambil jaket kulit yang dia letakkan disampingnya duduk tadi. Merapihkan diri sejenak dan menormalkan ekspresi seperti biasa, dingin dan datar. Dia berjalan mendekati pintu, membukanya dan melihat sosok Julifer yang berdiri dihadapannya dengan aura kekuasaan.
"Tak ingin makan malam, Arsya? Dari siang kau tak mengambil makanan sedikitpun." Ujarnya pelan, ada nada perhatian dikalimatnya.
Arsya menggeleng. "Tidak." Jawabnya seperti biasa, datar, dingin, dan terkesan ketus.
Julifer memberi tanda untuk Arsya mengikutinya lewat arah mata.
Kerajaan yang dipimpin oleh Julifer. Kerajaan yang tergolong paling besar diantara kerajaan lain yang menaungi dunia bawah. Kerajaan Dunia Bawah. Sebetulnya, nama asli dari kerajaan ini adalah Kerajaan Dark Old. Namun, nama itu seakan tergantikan dengan Kerajaan Dunia Bawah yang berarti bahwa kerajaan inilah yang menjadi penguasa dari kerajaan lain yang ada di dunia bawah.
Julifer memimpin kerajaan ini dari usianya yang masih cukup muda bagi kalangannya, 143 tahun disaat dia sudah menemukan Hyta, mate-nya.
"Kau ingat dengan Vano dan Aura?" Julifer membuka percakapan setelah beberapa menit sama-sama diam membisu di lorong kerajaan istananya.
Arsya terdiam sejenak dengan pikiran yang kemana-mana. Lalu tersenyum tipis, bahkan bukan senyuman jika disebutkan melainkan seringai kecil terbentuk dibibirnya yang mungil. "Tentu saja, untuk apa aku melupakan mereka?"
Mereka berdua berbelok menuju arah ruangan pertemuan rahasia. Tempat pertemuan raja kerajaan dunia bawah yang sangat dirahasiakan.
"Mereka ingin bertemu denganmu." Ujarnya kembali saat Julifer duduk dikursi paling depan, kursi yang menunjukkan dialah pemimpinnya.
"Untuk apa? Melepas rindu?" Arsya bertanya dengan nada remehnya dan tawa yang dibuat-buat. Dia duduk disamping Julifer dan menatapnya dengan pandangan sinis.
Julifer menatap Arsya dengan dingin dan sorot mata yang tajam. "Aku tak bercanda dalam hal ini, Arsya. Aku serius, mereka ingin bertemu denganmu dan ingin membicarakan sesuatu terhadapmu. Menyangkut surat yang dititipkan oleh Julian."
Arsya langsung terdiam. Dia menatap Julifer dengan pandangan bertanya dan alis keduanya tertaut. "Apa?"
Julian. Nama itu sudah begitu lama tak Arsya sebutkan. Nama itu sudah lama membeku dan terdiam dalam relung hatinya. Nama itu yang selalu dia sebutkan dikala dia merindu yang teramat dalam dimalam hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Roses Mine
ФэнтезиArsya Yunita Girlion. Itu namaku. Perempuan yang masih duduk dibangku SMA kelas XI. Umurku belum mencapai 17 tahun. Dan semua temanku berkata, aku adalah perempuan cantik dan pecicilan di sekolah. Entahlah, aku tidak terlalu memikirkannya. ...