06 : Scared

6.6K 436 14
                                    


*****

Detik jam terus bergerak memutar tanpa henti. Jarum panjang menunjukkan jam sebelas dan jarum pendek menunjukkan angka tiga. Hampir tengah malam dan Arsya masih terjaga didepan jam itu.

Dirinya membanting tubuhnya ke kasur king size sambil menghembuskan nafas panjang. Arsya menatap langit-langit kamarnya yang terukir sebuah awan dan beberapa burung.

Sudah satu minggu terlewati dari semenjak kejadian di restoran itu.

Arsya benar-benar bingung. Tiba-tiba Julian meminta maaf padanya? Memangnya dia pernah punya salah apa dengan Arsya sehingga Julian minta maaf?

Rasanya Arsya ingin berlari dan berteriak sekencang-kencangnya. Selama seminggu ini dia tidak bertemu Julian.

Sesudah mengatakan kata maaf itu, Julian berdiri dan langsung pergi. Mengabaikan panggilan Arsya dengan wajah yang bingung. Arsya ingin bertanya apa maksudnya, tapi Julian tak ditemukannya selama seminggu ini semenjak kejadian itu. Entah dimanapun itu.

Bahkan Aura dan Vano juga ikut menghilang. Arsya merasa benar-benar aneh.

Sebuah lemparan bola kertas masuk ke jendela Arsya yang memang terbuka. Arsya memungut kertas itu lalu menatap jendela. Siapa yang ngelempar kertas? Gak guna banget, sih. Batinnya sedikit kesal ketika dirinya mengintip keluar dan tidak ada siapa-siapa.

Dibukanya kertas itu yang terlihat lusuh karena tekukan-tekukan. Dilihatnya kalimat demi kalimat yang tersusun rapi.

Semuanya akan berakhir. Bersabarlah untuk menunggu. Aku tau semuanya masih terasa semu dan memusingkan bagimu semenjak kehadiran diriku. Aku tau, Arsya.

Seperti ucapanmu, dimasa ini aku yang akan berjuang untuk mendapatkanmu. Mengukir kembali masa indah yang dulu pernah terputus. Pernah kau bertanya padaku, "apa suatu saat kau tetap mencintaiku walau ku tak mengenalmu?"

Waktu itu aku tak menjawab, tapi sekarang aku menjawab;

Apapun yang terjadi, aku akan tetap mencintaimu. Entah dimana masa itu. Aku akan terus mencintaimu karena kamu adalah pemilik hatiku.

Arsya, berhati-hatilah untuk waktu yang mendekati hari ulang tahunmu. Banyak bahaya yang mengincar nyawamu, tapi aku akan selalu melindungimu walau kau tak tau itu.

-Dari yang mencintaimu,-

Rasanya Arsya ingin membenturkan kepalanya ke dinding. Surat misterius ini membuatnya tambah pening. Belum soal Julian, sekarang sudah ditambah dengan surat ini. Dan jangan lupakan dengan orang-orang misterius yang mengganggu dirinya waktu itu. Semuanya aneh dan Arsya benar-benar muak untuk memikirkannya.

Dia ingin hidupnya normal kembali. Tanpa ada yang mengganggu dipikirannya. Semuanya mengganggu, dirinya takut dalam situasi seperti ini.

Arsya menghela nafas panjang. Jujur, dirinya lelah dengan semua ini. Tak adakah yang ingin memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi? Rasanya Arsya ingin menangis.

Dirinya duduk dipinggiran kasur, lalu menidurkan tubuhnya dengan kakinya yang menggantung. Tangannya masih memegang surat itu. Siapa pengirim surat ini? Tanyanya dalam hati.

Karena terlalu lama berpikir keras siapa pengirim surat itu, tanpa sadar Arsya terlelap karena lelah dengan pikirannya sendiri.

Angin berhembus kencang seiring bayangan hitam itu masuk ke dalam kamar Arsya. Senyum terukir diwajahnya. Sosok itu menghampiri Arsya dan membetulkan cara tidur Arsya. Menyelimutinya sampai dada lalu duduk disampingnya.

The Roses MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang