Happy Reading^^
Jangan lupa baca note dibawah yaa:)****
Arsya berjalan di kegelapan hutan. Setelah memastikan dua orang yang dia kenal sudah pergi, dia keluar dari tempat persembunyiannya.Terdiam dengan segala pertanyaan yang mengguncah dihatinya. Dia benar-benar ingin tau apa yang sebenarnya terjadi. Dan pertanyaan yang sering dia tanyakan adalah,
Siapa Ano sebenarnya?
Arsya melihat ke sekelilingnya. Dia baru menyadari, ternyata dia melewati jalan setapak yang remang menuju rumah sederhana penuh dengan tanaman mawar di halaman depannya.
Satu pikiran terlintas dipikirannya. Dengan melihat keadaan sekitar yang tampak sangat sepi, memastikan dia benar-benar sendiri di tempat dia berdiri sekarang. Arsya melesat cepat menuju rumah itu. Rumah Ano.
Dan disinilah Arsya berdiri. Rumah yang penuh akan bunga mawar yang indah di malam hari. Sebelum memasuki rumah itu, sekali lagi Arsya melihat ke sekitar memastikan tidak ada siapa-siapa disekitarnya.
Kordeng jendela itu terbuka, memperlihatkan cahaya lampu yang temaram dari luar. Arsya mengintip dari luar, melihat keadaan di dalam rumah. Sepi, hanya ada suara tetesan air yang jatuh.
Awalnya dia ingin masuk melewati jendela, namun melihat pintu itu terbuka sedikit, Arsya mengurungkan niatnya. Apakah ada seseorang di dalam? Mengapa pintunya terbuka seperti disengaja?
Arsya ragu. Apakah dia harus masuk atau tidak. Namun segala petanyaan yang mendesak untuk segera terjawabkan tidak ditahankan lagi. Dengan segala resiko yang ada, Arsya memutuskan untuk masuk dengan pelan.
Menyelusuri rumah yang isinya adalah hal yang sangat sederhana seperti penampilan rumah ini. Hanya terisikan lemari tua yang besar. Sepasang kursi kayu dan meja ditengahnya beralaskan kain polos. Satu tempat tidur disudut ruangan dengan meja kecil disampingnya. Diatasnya ada dua pedang. Satu pedang dibiarkan tergeletak dan satu pedang lagi disarungkan dengan kain berwarna emas. Rumah ini sudah menjadi satu ruangan dengan dapur. Kecil namun nyaman ditempati dengan aksen serba coklat.
Dengan rasa penasaran yang tinggi, Arsya mendekati dua pedang bermata merah itu. Lebih tepatnya pedang bersarung dengan memperlihatkan gagangnya bermata merah. Arsya rasa, dia mengenali pedang itu.
Setelah mengambil pedang itu, dia membuka sarungnya. Masih sangat terlihat bersih, namun ada goresan tepat digagang pedang yang dia pegang. Dengan berarti, pedang ini sudah pernah digunakan.
Model pedang yang sangat familiar bagi Arsya. Benar-benar rasanya dia pernah melihat pedang ini sebelumnya. Namun dia tak benar-benar ingat.
Arsya meletakkan pedang itu ditempatnya semula. Dia kembali melihat ke sekeliling. Lemari tua yang berukuran besar itu menarik perhatiannya karena ada kunci bertengger disana. Untuk apa lemari di kunci sedangkan rumah ini tidak? Pasti lemari itu isinya ada yang sangat berharga.
Dan saat dia membuka lemari itu, Arsya berpikir tidak seharusnya dia membukanya. Tidak seharusnya dia mencari tau semua ini. Tidak seharusnya dia tidak datang ke tempat ini. Dan tidak seharusnya Arsya mengenal orang yang bernama Ano.
Dengan gemetar dia mengambil sesuatu yang sangat dia paham apa itu.
Jubah Kerajaan Tirtana.
Kenapa Ano memilikinya?
Benar. Tidak salah lagi. Ano adalah sosok yang selama ini dia rindukan. Dia Julian. Semuanya tertuju pada pernyataan bahwa, Ano itu adalah Julian.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Roses Mine
خيال (فانتازيا)Arsya Yunita Girlion. Itu namaku. Perempuan yang masih duduk dibangku SMA kelas XI. Umurku belum mencapai 17 tahun. Dan semua temanku berkata, aku adalah perempuan cantik dan pecicilan di sekolah. Entahlah, aku tidak terlalu memikirkannya. ...