******
Dimana ini? Kenapa semuanya putih? Tidak ada apa-apa disini. Sekedar titik saja tidak ada.Aku mencoba untuk berjalan, kemanapun untuk mencari seseorang yang mungkin ada disini.
Seberapa jauh aku melangkah, yang aku temukan hanya putih. Tempat ini benar-benar putih.
Aku lelah.
Aku pasrah.
Tak ada satupun orang disini. Sunyi dan senyap tempat ini membuatku menangis. Aku terjebak dalam ruang kosong yang aku tidak tau ruang apa ini. Aku berlutut, menyembunyikan wajahku disana. Menangis sejadi-jadinya karena rasa takutku.
Angin kencang berhembus menerpa tubuhku, membuatku mendongak dan menyipitkan mata ketika sebuah cahaya yang menyilaukan dari depanku.
Sinarnya, seperti matahari tepat ada didepanku, tapi itu bukan sinar matahari karena ada sebuah lubang asal sinar itu.
Aku berdiri, mencoba untuk menuju lubang itu dan memasukinya.
Satu kata untuk apa yang kulihat saat sudah memasuki lubang ini, "wow" Gumamku saat melihat pemandangan ini. Aku menikmati pemandangan ini dan seketika melupakan rasa takutku tadi.
Sebuah padang rumput yang rindang, penuh bunga mawar yang tumbuh segar. Angin yang menyejukan terasa menerpa tubuhku ketika aku sudah berdiri ditengah-tengah padang rumput ini. Aku tersenyum, indah dan rasanya... aku tak peduli dimana aku berada sekarang.
Sinar matahari yang terik justru tak membuat panas tempat ini, justru membuat tempat ini tambah indah.
"Aku tau kau menyukai tempat ini,"
Aku berbalik dengan perasaan yang amat terkejut. Melihat seorang berdiri tak jauh dari tempatku berdiri. Aku mendekatinya.
Dia perempuan, terlihat dari sebuah gaun putih polos tanpa renda melekat ditubuhnya yang ramping nan mungil, tingginya sama sepertiku. Rambutnya panjang dibawah bahu berwarna pirang, dan sama sepertiku.
"Siapa kamu?" Aku bertanya ketika diriku sudah berdiri tepat disampingnya.
Mataku melotot sampai rasanya ingin keluar, mulutku membulat dan tanganku sigap menutupinya. Kakiku mundur beberapa langkah.
Perempuan itu... dia... mirip sekali denganku. Bahkan terlihat tak ada perbedaannya. Semuanya sama, benar-benar mirip denganku ketika dia berdiri menghadapku.
"Ba-bagai-ma-mana b-bi-sa?" Ujarku gagap.
Perempuan itu hanya tersenyum dengan manisnya. Bahkan saat tersenyum, rasanya senyum itu mirip dengan senyumku. Beginikah rasanya ketika melihat secara langsung duplikat dirimu?
"Aku bukan duplikat dirimu,"
Bagaimana dia bisa tau? Ujarku dalam hati.
Perempuan itu kembali menghadap kearahnya tadi. Kulihat dari samping, dia tersenyum dengan wajah sendunya. Matanya terlihat berkaca-kaca namun air mata itu tidak tumpah meluruh ke pipinya.
Ya Tuhan, dia benar-benar mirip denganku. Apa aku punya kembaran didunia lain? Tanya dalam hatiku yang memang sedikit ngawur.
"Aku bukan duplikat atau kembaranmu didunia lain," Dia berujar dengan lirih namun aku mampu mendengarnya. "Aku adalah setengah jiwamu yang lain."
Aku membeku. "Apa maksudnya?" Tanyaku heran dengan alis yang tertaut.
Dia berdiri menghadapku. Tersenyum lagi menatapku. "Kita adalah satu jiwa. Namun ketika aku mati dulu, seharusnya satu jiwa itu tetap utuh, namun karena sihir itu, hanya ada setengah jiwa yang dapat berinkernasi."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Roses Mine
FantasiaArsya Yunita Girlion. Itu namaku. Perempuan yang masih duduk dibangku SMA kelas XI. Umurku belum mencapai 17 tahun. Dan semua temanku berkata, aku adalah perempuan cantik dan pecicilan di sekolah. Entahlah, aku tidak terlalu memikirkannya. ...