*****
Dengan kaki yang dihentak-hentakkan dengan keras dan bibir yang mengerucut lucu, Arsya berjalan diperumahannya yang sepi. Akibat tidak mengerjakan tugas yang diperintahkan Pak Hisno sang guru bahasa inggris tadi, dia dihukum untuk menghafal 150 kosa kata bahasa inggris selama satu jam. Dalam hatinya mengutuk guru satu itu, semoga diberi pencerahan dalam hidupnya.Arsya menghela nafas panjang, lelah. Dilihatnya jam yang bertengger ditangan kirinya, setengah tujuh malam dan dia masih dijalan mengenakan seragam sekolah khas SMA 71. Wajahnya yang kusut dan rambutnya yang terkuncir asal-asalan. Pasti dirinya akan menerima ceramah ibunya.
Mata beriris coklat itu meneliti keadaan sekitarnya. Sepi, sunyi, dan senyap. Sedikit bergidik ngeri ketika sadar tidak ada siapa-siapa disini. Hanya suara jangkrik dan angin yang berhembus pelan. Dengan langkah yang dia percepat, Arsya berdoa agar tidak terjadi apa-apa. Jujur saja, sekarang dia merasa ada yang mengikutinya dan menatapnya tajam.
"AAAAAA!"
Arsya berteriak kencang saat melihat beberapa orang -yang bisa dihitung ada sekitar sepuluh orang, memakai jubah bertudung warna hitam. Persis seperti malaikat pencabut nyawa yang ada di TV, batin Arsya.
"Si-Sia-pa kal-ian?" Tanyanya gugup sembari mencoba melirik kekanan dan kekiri, siapa tau ada seseorang yang dapat membantunya jika dirinya benar-benar dalam bahaya. Kakinya mencoba melangkah mundur dengan pelan.
Salah satu dari mereka yang berdiri paling tengah menjawab dengan seringai yang terlihat mengerikan diwajahnya. "Dia benar-benar reinkarnasi sang Putri Arsya Kerajaan Aranta." Ujarnya dengan nada yang menurut Arsya menyeramkan, penuh penekanan dan sindiran. "Dimanakah sang Pangeran Julian? Bukankah seharusnya dia berada disampingmu setiap saat, Putri Arsya? Padahal umurmu akan mencapai 17 tahun," Lanjutnya.
Jujur, dia ingin berteriak meminta tolong tapi lidahnya terasa kelu. Ingin berlari tapi kakinya bagai mati rasa tidak bisa digerakan. Dia hanya memejamkan mata sesaat dan membukanya kembali, matanya penuh rasa ketakutan dan kehampaan.
"Lebih baik kita bawa dia sekarang, sebelum orang-orang Kerajaan Tirtana datang dan menggagalkan rencana kita." Orang yang berdiri paling samping kanan berucap dengan datar dan dingin. Matanya yang tajam terus menatap Arsya yang berdiri ketakutan.
Arsya menggeleng dengan wajah yang sudah berkeringat dingin. Dia tidak ingin dibawa oleh orang-orang itu. Dia takut dan perasaannya kalut saat orang-orang itu mendekat. Dia memejamkan matanya erat, mengepalkan tangannya kuat, dan mengigit bibir bawahnya resah.
Julian, kumohon tolong aku. Aku takut. Batinnya berucap. Entah apa yang membuatnya berkata seperti itu, yang dia tau, dia harus mengucapkannya.
Beberapa detik kemudian, dia merasa ada seseorang yang memeluknya dari belakang dengan erat. Bahunya terasa berat dan Arsya merasa ada helaan nafas hangat yang menerpa kulit leher dan daun telinganya.
"Tenanglah, kau aman sekarang."
Kalimat yang diucapkan dengan lembut dan menenangkan itu membuat Arsya tenang dan bernafas lega. Dengan perlahan dia membuka matanya dan langsung menatap sepasang mata beriris hitam itu dengan sayu dan senyuman lemah, sebelum kesadarannya diambil oleh kegelapan.
****
Julian menggendong Arsya didepan tubuhnya dengan ala pengantin. Menatap wajah Arsya yang penuh dengan peluh keringat dan kelelahan. Dengan keterikatan dirinya, dia sangat bersyukur bisa mendengar suara hati Arsya seberapa jauh jarak yang memisahkan.
Dan mendengar ucapan dalam hati Arsya yang penuh nada ketakutan, Julian langsung melesat pergi dengan Frilon yang kebetulan sedang bersamanya. Saat melihat Arsya dihadang oleh beberapa orang yang dia ketahui adalah penyihir hitam, Julian langsung menyuruh Frilon menghabisi mereka dan dia mencoba menenangkan Arsya yang sepertinya syok berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Roses Mine
FantasyArsya Yunita Girlion. Itu namaku. Perempuan yang masih duduk dibangku SMA kelas XI. Umurku belum mencapai 17 tahun. Dan semua temanku berkata, aku adalah perempuan cantik dan pecicilan di sekolah. Entahlah, aku tidak terlalu memikirkannya. ...