****
Tak ada yang mampu menolak keindahan Kerajaan Langit yang di pimpin oleh Ratu Rhea. Bertahun-tahun yang lalu, Putri Rhea hanyalah gadis berumur 17 tahun yang manja, menyebalkan, dan selalu membuat Vano kesal namun tak bisa berbuat apa-apa.Namun Vano harus merubah segala sudut pandangnya tentang Rhea mulai sekarang.
Gadis itu, ah bukan, perempuan bernama Rhea yang sekarang dia panggil Ratu Rhea, Ratu Kerajaan Langit, tumbuh menjadi perempuan mempesona dengan sifat lemah lembut, tegas, dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
Vano membungkuk, memberi salam hormat pada pemimpin kerajaan besar ini.
"Ada apa? Kenapa tiba-tiba berkunjung ke kerajaanku? Apa ada masalah dengan rencana kita?" Rhea bertanya sembari menuruni tangga dengan langkah anggunnya. Bola matanya menatap Vano lembut.
Terdiam sejenak menatap Rhea, Vano berpikir bahwa Rhea adalah perempuan yang cantik. Iris bola matanya yang sama dengan mate-nya dulu, membuat hati Vano bergetar rindu. Sejenak kepala Vano menggeleng mengusir segala pemikiran anehnya. Lalu dia menghampiri Rhea dan melangkah bersama melewati lorong istana bernuansa kelabu itu.
"Ku rasa semua tak akan bertahan lama, Rhea."
Memang, Rhea meminta antara dirinya dan Vano untuk berteman. Bersikap tidak kaku dalam percakapan seperti ini. Sejujurnya, Rhea mencintai Vano yang belum bisa melupakan mate-nya. Dan bahkan sampai sekarang pun Rhea masih menunggu.
Senyum tipis Rhea terangkat. Dia menepuk pundak Vano dua kali.
"Rahasia memang tidak akan bertahan lama, Vano."
"Jadi, apa yang harus kita lakukan?"
"Menunggu." Jawab Rhea cepat.
Mereka berhenti di sebuah lorong istana yang sepi dan minim akan cahaya. Dengan di depannya pemandangan terbuka yang langsung menampakkan langit gelap penuh bintang, namun tanpa adanya rembulan.
"Jika hanya menunggu dan kita tidak berbuat apa-apa, Aaron akan dengan mudah menghancurkan Tirtana bahkan bisa membalaskan dendamnya karena tidak dapat memiliki Arsya. Dan sekarang pun Julian,"
"Tak perlu diperjelas." Potong Rhea cepat. Dia mengambil telapak tangan Vano, menggenggamnya lembut dan tersenyum menenangkan menatap Vano yang gelisah. "Menunggu bukan berarti kita diam. Menunggu, adalah mencari waktu yang tepat untuk menyerang. Saat ini Arsya mencari sesuatu yang jelas sudah ada didepannya."
Vano terdiam.
"Kau harus tau, ada bintang kecil yang sinarnya redup karena bulan tak lagi disampingnya. Bagi ku yang seorang Ratu Kerajaan Langit, itu adalah sebuah tanda jika sebentar lagi akan ada sebuah rahasia yang jelas akan terungkap dan yang mengungkapkannya adalah orang itu sendiri."
"Maksudmu,"
Rhea mengangguk. "Ya. Jadi, sekarang tugas kita mengumpulkan sebanyak-banyaknya pasukan untuk menghancurkan dua kerajaan sekaligus,"
Vano menatap Rhea dengan tatapan tak bisa diartikan. Dengan tetap saling menggenggam tangan, Rhea melanjutkan ucapannya. "Kerajaan Agathaya dan Kerajaan Tirtana."
*****
Antonio mendatangi goa itu lagi. Turun dari kudanya, dia merapikan pakaian kerajaannya yang tertutupi oleh mantel tebal. Tanpa adanya kedua adik yang selalu menemani jika bertemu orang itu, Antonio berjalan di kegelapan goa yang menjadi tempat kerjasamanya.
Gelap. Panas. Dan bau penuh rumput basah. Sungguh tidak nyaman.
Saat dia melewati batu yang sangat besar, goa itu tiba-tiba bercahaya. Menampakkan tempat yang penuh bebatuan dan akar-akar pohon yang entah dimana keberadaan pohon itu. Suara air terjun juga terdengar, namun Antonio tidak tau dimana air terjun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Roses Mine
FantezieArsya Yunita Girlion. Itu namaku. Perempuan yang masih duduk dibangku SMA kelas XI. Umurku belum mencapai 17 tahun. Dan semua temanku berkata, aku adalah perempuan cantik dan pecicilan di sekolah. Entahlah, aku tidak terlalu memikirkannya. ...