Empat

98 14 0
                                    

Seperti biasa, Carlen selalu bangun lebih awal dengan alasan takut terlambat.
Setelah ia sarapan dan berpamitan, ia berjalan keluar dan tiba - tiba ia terkejut karena adanya Gavin.

"Ngapain lo disini!" Ucapnya ketus.

"Lo gainget? Kita kan mau berangkat bareng sayang." Ucapnya dan lagi - lagi Carlen berdecak kesal.

"Ayok berangka---" Ucapan Dave terpotong ketika matanya melihat Gavin yang sedang berdiri.

"Kamu berangkat bareng temen? Alhamdulilah. Yaudah Abang pergi duluan ya." Ucap Dave dan mengacak rambut Carlen. "Siapapun nama lo, jaga adik gue ya. Jangan sampai lecet." Ucapnya tersenyum dan memastikan bahawa Gavin tak mencoba untuk macam - macam dengan adiknya.

"Siap bos!" Ucap Gavin dan mereka berdua pun tertawa layaknya orang sudah kenal lama. Carlen yang dari tadi merhatikan itu, ia hanya senyum - senyum saja.
Lalu Gavin dan Carlen pun pergi menuju sekolahnya.

Saat di parkiran, Carlen dan Gavin berjalan bareng menuju kelasnya Carlen.
Disepanjang koridor murid SMA Diamond menatap tak percaya melihat Carlen dan Gavin sedang berjalan bersama.
Carlen sadar, bahwa semua murid SMA Diamond memperhatikannya. Namun Carlen hanya mendengus pasrah, lagi - lagi.

Menurut Carlen, sekarang adalah hari terburuknya.

*******

Hari ini Carlen free class. Karena guru - guru sedang rapat. Mungkin yang dibicarakannya sangat penting, sampai selama itu.
Kelas Xl - 4 itu memanfaatkan waktunya sebaik mungkin. Dengan belajar ? Tentu bukan. Namun memanfaatkannya dengan berisik, berbicara, bermain pesawat terbang yang dibuat dari kertas sobekan dan sebagainya.

"Car? Tadi lo berangkat bareng kan sama Gavin?!" Tanya Salma heboh.

"Hmm.."

"Ko bisa?! Kemaren lo pulang bareng, dan skarang lo berangkat bareng. Dia juga nganterin lo sampe kelas lagi. Subhanallah banget si Gavin." Ucap Salma yang lagi - lagi membuat Carlen jengkel.

"Dia tuh ngeselin tau gak!" Ucap Carlen ketus. "Gue pulang bareng dan berangkat bareng sama dia itu terpaksa. Tadinya gue cuma kasihan aja sama dia, dan pas gue dianterin udah sampe rumah. Tiba tiba dia bilang kalo besok dia pengen jemput gue." Jelasnya.

"Cie.. kok lo gak nolak? Berarti lo udah mulai ada rasa kan sama dia?"

"Muatamu! Gue itu terpaksa. Dia ngancem gue. Katanya, kalo gue gak mau berangkat bareng dia, dia bakal nyuruh nyokapnya untuk buatin surat panggilan orang tua buat gue. Gila kan tuh cowok!" Jelasnya Carlen dengan nada kesal.

"Lah buset. Sadis banget tuh cowok." Sambungnya lagi, "tapi ganteng sih. Kalo gue jadi lo, tanpa harus dia ancem juga gue gak bakal nolak."

"Iyain Sal iyain." Carlen hanya pasrah melihat tingkah laku sahabatnya yang satu ini.

*******

"Hei Car. Ke kantin bareng yuk." Ajak Gavin.

"Hmm... gak mau!" Ucap Carlen jengkel.

"Ayo dong... kita kan udah temen." Ucap Gavin penuh harap. Dan Carlen hanya membalas mengangguk mau.

"Lo mau makan apa? Biar gue yang pesen."

"Lo mau bayarin gue?" Tanya nya, dan Gavin hanya mengangguk dengan dihiasi senyumnya itu.

"Yes. Thanks, Vin. Lo memang temen yang baik." Ucapnya.

"Cie udah anggep gue temen nih sekarang?" Tanya nya dengan senyum melebar.

"Iya cuma sehari doang!" Jawabnya ketus.

Throwback Of MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang