Tigapuluh dua

33 5 0
                                    

"Kamu, novel, dan drama korea itu sama. Sama - sama sukses buat aku baper."

----------------------

Mereka semua tertawa bersama di kelas Carlen. Gavin dan sahabat - sahabatnya menghampiri mereka karena katanya Gavin rindu pada Carlen. Gombalan banget kata katanya. Tapi memang faktanya Gavin merindukan Carlen.

"Tiap hari nemu, masih aja kangen." Ucapan Pratama membuat Gavin meliriknya.

"Kayak gak pernah ngerasain aja lo Pra." Balas Gavin tersenyum kecut. Perkataan Gavin membuat Pratama diam memalu.

Sadari dari tadi Rizky memperhatikan mereka dengan sedikit raut wajah sedih. Ia iri melihat mereka saling tertawa dengan pasangannya.

Ia sangat merindukan sosok Tenri, cewek yang selalu sukses buatnya tersenyum. Cewek yang selalu bisa mengembalikan moodnya, cewek yang selalu ada, bahkan selalu sabar menghadapi sikapnya.

Disaat ia sedih memikirkan Tenri, satu sisi ia mengingat perkataan Gavin.
Bahwa ia tak boleh sedih lagi. Ia selalu menganggap Tenri berada di sampingnya.

Akhirnya ia memutuskan untuk tersenyum kembali. "Akhirnya gue masih bisa liat senyum Rizky yang manis ini." Ucap Dava dengan mengedipkan matanya berkali - kali.

"NAJIS. DEMENNYA SAMA COWOK." Teriak seorang cewek dari depan pintu kelas Carlen.

Mereka semua menengok ke arah suara itu, ternyata itu adalah suara Kiran.

"E-eh bebeb Kiran. Se-sejak kapan ada disitu?" Tanya Dava gugup bercampur malu. "Sejak lo bilang kata - kata itu ke Rizky." Ucapnya.

"MAMPUS LO DAVA. KETAHUAN KIRAN! HAHAHAHA." Tawa Pratama meledak membuat Dava menatapnya kesal. Bisa - bisanya Pratama tertawa diatas penderitaannya. Masih sempatnya dia tertawa atas kejadian ini. 'Tai Pratama.' Grutu Dava dalam hati dan memutarkan bola matanya.

"Gue mau berubah ah." Ucap Gavin mengacuhkan kejadian tadi. "Berubah jadi kodok? Apa jadi monster?" Tanya Ferro.

"Goblok lo kambuh ya Fer." Sahut Thomas.

"Tadi lo ngomong apaan Vin? Berubah? Jadi apaan? Power Rangers?" Sambung Bagas yang tengah membayangkan kalau Gavin benar berubah menjadi power rangers.

"Ubah sikap, jadi alim. Gak bandel." Jawab Gavin dengan santai. "Bagus kalau gitu." Ucap Carlen sambil mengetuk meja dengan jari - jemarinya itu.

"Gak sadar ya, kita jadi seakrab dan sedekat ini. Bentar lagi juga kita bakal jadian." Jeda, "ya Car?"

Carlen sedikit terkejut, bahwa perkataan Gavin tadi untuknya, "e-eh apa?" Ucap Carlen yang berpura - pura tak tahu dan tak dengar perkataan Gavin tadi. "Bilang 'iya' aja udah." Sambung Gavin.

"Nggak ah."

"Lah kenapa?"

"Gapapa."

"Bil---"

Kring kring kringgggggg.

Perkataan Gavin terputus karena bel berbunyi, "udah bel. Sana pergi ke kelas masing - masing." Ucap Salma dan mereka semua mengangguk.

"Ayok Gavin, Dava, Pratama, Rizky!" Ajak Kiran dan menarik baju mereka, agar mereka mengikuti Kiran sampai kelas dan tak bolos pelajaran.

Sedangkan Ferro, Thomas, Bagas dan Aldo hanya mengikut saja. Karena mereka satu arah dengannya.

☆☆☆

"Aisya.. yuk, anterin gue." Ajak Mira tiba - tiba. "Mau kemana sih? Sono ah. Lo aja sendiri." Ucap Aisya memutar bola matanya.

"Oke. Gak masalah." Jawabnya dengan tersenyum kecut.

"Pokonya, pas gue mau nabrak Carlen, lo harus ada di mobil gue. Oke?" Perkataan Mira membuat bola mata Aisya membulat terkejut. "Lo gila ya?!" Omel Aisya yang sudah kesal dengan Mira.

"Gue mau dia ngerasain apa yang gue rasain Sya!"

"Gue ngerti Mir! Tapi, jangan karena cinta lo jadi psikopat kayak gini!"

"Gue gak peduli! Lo mikir dong gimana rasanya jadi gue!" Diam sejenak, Mira mengatur nafas. "COBA KALAU LO ADA DI POSISI GUE! SAAT LO LIAT ORANG YANG LO SAYANG JUSTRU ORANG ITU MALAH SAYANG SAMA CEWEK LAIN! SEHARUSNYA LO NGERTIIN SYA!" Nada bicara Mira menaik, setetes air matanya mulai menetes.

"Gue ngerti Mir. Itu sakit. Tapi cinta gak pernah bisa dipaksa. Kalau hati Gavin buat Carlen, lo bisa apa?! Lo mau celakain Carlen, bunuh dia sampe mati pun, Gavin gak akan suka dan cinta sama lo. Yang ada dia malah benci banget sama lo!" Jelas Aisya yang merasa kasihan dengan kisah cinta Mira.

"Lo berubah Mir. Mana MIRA YANG GUE KENAL?!" Jeda, "lo itu sebenernya cantik Mir. Jangan karena Gavin, lo jadi menor kayak gini! Gavin justru gak suka ngeliat cewek yang berlebihan"

Mira terdiam, berusaha agar isakam tangisnya tidak kencang.

"Banyak diluaran sana yang masih ngantri untuk milikin elo! Lo bakal dapet cowok yang lebih baik, ketika sikap lo juga baik. Karena tuhan adil sama porsi nya manusia masing - masing." Sambung Aisya.

Jujur, Aisya tak tega melihat Mira yang terus - terusan seperti ini. Ia harus merubah Mira menjadi seperti dulu lagi. Mira yang ia kenal.

"Udahlah Sya, gue capek." Mira berjalan menuju kamar yang sering ia tempatkan ketika menginap dirumah Aisya.


Throwback Of MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang