Duapuluh tiga

44 10 0
                                    

Hari ini mereka pergi berbelanja, dan mengelilingi kota Bandung.

Namun karena sangat lelah, mereka akhirnya kembali ke Villa.

"Uuhhh.. Gavin sama Carlen beli baju couple bung." Ucap Ferro yang sedang memperhatikan Gavin dan Carlen mengeluarkan baju yang baru saja dibeli, "kita juga kan Kak." Sambung Salma, Ferro membalas mengangguk, dan mengeluarkannya, "nih gue couple an sama Salma," jeda, "tunjukin Sal." Salma mengangguk dan menunjukkan kepada mereka.

"Ferro, Salma, Gavin, dan Carlen romantis banget. Gue kapan ya?" Ucap Kiran yang sedang menatap pasangan itu, "nanti kok, tenang aja. Kita lebih romantis dari mereka beb." Sambung Dava, "ngarep!"

"HAHAHAHAHA." Tawa Pratama meledak, Halid yang sedang memperhatikan Pratama hanya menggeleng - geleng melihat tingkah lakunya, "Lid? Gak jijik sama Pratama?" Tanya Tenri pelan, Halid menggeleng, "yang namanya udah sayang mah, mau seidiot apapun dia, kata - kata jijik itu gak ada artinya." Jawab Halid dengan tersenyum, Pratama mendengarkan kata - kata yang baru saja diucapkan oleh Halid, lalu ia tersipu malu.

Thomas melirik Halid lalu menatap Pratama, "dia udah sayang sama lo, kapan lo bakal nembak dia?" Tanya Thomas, "gue belom siap." Jawabnya.

"Takut di tolak? Hahaha. Lo sama dia itu sama - sama sayang, gak mungkin Halid nolak lo Pra. Buru tembak dia, cewek juga butuh kepastian." Jelas Gavin yang membuat Pratama sadar, "iya Pra. Gavin benar, kalau lo gak pernah ngasih kepastian ke dia, pasti dia bakal ninggalin lo dan milih cowok lain. Ntar kalo dia sama cowok lain, lo mewek." Sambung Aldo dan Pratama menatap Aldo dengan raut wajah datar.

"Nggak juga sih. Kalo Halid setia sama lo, dia pasti rela nunggu lo sampe lo ngasih kepastian." Sambung Ferro.

"Tapi nunggu itu gak enak. Dia emang setia, tapi kalo emang lo cowok, jangan buat dia nunggu." Sambung Thomas.

Jika tentang cinta, mereka semua sudah pakarnya. Kecuali Pratama dan Dava. Namun sedikit perubahan untuk Pratama, dan Dava pun juga seperti itu. "Lo mah enak, udah sama - sama sayang. Lah gue sama Kiran?" Sahut Dava yang sudah mengubah raut wajahnya menjadi sedih.

"Jadi lo beneran sayang sama Kiran?" Tanya Pratama, dan Dava mengangguk, "gue kira cuma main - main." Lanjutnya.

"Kalo emang lo beneran sayang, tunjukin sikap dewasa lo ke Kiran, Dav. Karena kalo lo kayak gini terus, dia pasti nganggep lo main - main." Jelas Gavin dan mereka mengangguk setuju atas perkataan Gavin itu.

"Berhenti bersikap bocah untuk hal ini, lo harus bisa bedain, mana situasi untuk bersikap layaknya bocah, mana situasi untuk bersikap layaknya dewasa. Inget! Jangan ketuker." Sambung Thomas, dan Dava mengangguk paham.

Dava dan Pratama tersenyum, "thanks." Ucap mereka berdua bersamaan, dan yang lain membalasnya dengan mengangguk dan dihiasi senyuman tulus.

"Pada ngomongin apa sih? Kayaknya serius banget." Ucap Kiran yang sangat penasaran, "ini urusan cowok. Cewek gak boleh tau." Sahut Gavin tersenyum, dan Kiran mencibir kesal, lalu Gavin berdiri menarik pelan tangan Carlen, "kita mau kemana Vin?" Tanya Carlen penasaran, dan Gavin tak menjawab pertanyaan Carlen.

"Udara disini sejuk, masa diam di Villa terus. Nyesel lho ngesia - siain pemandangan yang indah dan udara yang sejuk ini." Ucap Gavin yang sedang menatap awan, lalu duduk diatas rumput - rumput. Mengajak Carlen untuk duduk disampingnya.

"Nanti kalau kita udah nikah, kita tinggal di sini aja ya." Gavin menengok dan menatap ke arah Carlen, ia pun juga seperti Gavin, lalu perlahan Carlen merona, "apa sih Vin. Belajar dulu yang bener." Ucapnya dan mengalihkan pandangannya.

Gavin mengubah posisinya menjadi tiduran di atas rumput - rumput itu, "Belajar mencintai kamu sesungguhnya? Hahaha." Jeda, "gue mah gak perlu belajar, ngeliat tingkah laku lo yang menggemaskan itu dan ngeliat wajah cantik lo aja gue udah cinta dengan tulus dan bersungguh - sungguh untuk milikin lo Car."

Lagi - lagi Carlen merona, ntah mengapa, ia sangat nyaman berada di dekat Gavin. Ia percaya dengan Gavin, kalau Gavin akan menjaganya dengan sungguh - sungguh. "Kayaknya gue sayang lo Vin." Ucap Carlen dalam hati dan menatap Gavin, lalu senyumnya mengembang.

Gavin menatap langit dan tersenyum, "gue bakal berjuang untuk dapetin lo Car." Ucapnya dalam hati, lalu pandangannya mengarah ke Carlen, "lo adalah cewek yang paling istimewa yang tuhan titipin ke gue dan memberikan gue kesempatan untuk menjaga lo sepenuh hati. Gue janji, gak bakal ngecewain lo Car. I'm really love you." Carlen sejak tadi memperhatikan tingkah Gavin yang sangat aneh itu, ia bertanya, "Vin? Lo kenapa? Lo gak gila kan?" Tanya nya.

Gavin tertawa kecil, "iya Car gue gila." Carlen terkejut, "gila karena lo." Gavin selalu bisa membuat Carlen merona.

----------------------------

Vote jan lupa. Hehehe.

Maaf typo.

Throwback Of MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang