Hari ini mereka bersiap - siap untuk pergi ke puncak.
Gavin juga sudah memberitahukan mereka.
Dan juga Carlen, ia sudah selesai bersiap dan hanya menunggu Gavin menjemputnya.
Saat ini Gavin sedang berada dirumah Pratama.
"Woy Vin, Dav liat sisir gue gak? Yang item itu." Ucap Pratama yang sedang sibuk mencari - cari sisirnya itu. Gavin dan Dava membantu mencarinya.
Gavin melihat bahwa ada sisir berwarna hitam yang sedang menggantung tepat di depan cermin kamar Pratama, "mata lo nyarinya kemana si Pra? Ini sisir ngegantung gini make gak liat."
Pratama menengok ke arah Gavin, ia sudah tersenyum, namun senyumnya langsung pudar dan mendengus, "gue punya sisir kayak gitu ada dua. Dia kembaran Vin, yang satu ilang, yang satu lagi sengaja gue gantung."
"Parah lo Pra! Di gantung tuh sakit." Sambung Dava yang sedang mengusap - usap sisir Pratama yang menggantung itu, "lo mah jahat. Sisir aja di gantung, apalagi cewek kali ya."
Pratama menatap Dava tajam dan memukul pundak Dava, "enak aja lo! Gue gantung nih sisir biar gak ilang kayak nasib kembarannya. Kalo dia ilang juga, gue nyisir pake apaan tulul."
Gavin tak memperdulikan mereka, ia terus mencari kembaran sisir itu. Ternyata sisir itu ada di kolong kasur, ia mengambil sisir itu dan memberikan kepada Pratama, "nih. Makanya cari pake mata, bukan pake mulut." Ucapnya yang membuat Pratama cengar - cengir layaknya orang gila.
"Gak ada yang ketinggalan kan?"
"Gak ada Vin."
"Yaudah ayok! Kita jemput cecan."
"Apaan tuh cecan?"
"Cewe cantik."
*******
Para cewek berkumpul dirumah Carlen, sedangkan para cowok sedang dalam perjalanan.
*tingtong*
Suara bel rumah Carlen berbunyi, Salma berjalan untuk membukakan pintu rumah Carlen, ia melihat bahwa yang datang adalah Gavin dan sahabat - sahabatnya.
"Ayuk."
Mereka membawa barang - barang mereka untuk diletakkan di bagasi.
Karena yang mengikut banyak, akhirnya mereka memakai dua mobil.
"Kapan lagi kita kayak gini lagi ya Car.." Gavin menengok ke arah sampingnya, karena di sampingnya terdapat Carlen yang sedang sibuk dengan ponselnya, "sekarang. Makanya, jangan sia - siain kesempatan. Belum tentu kesempatan itu datang dua kali."
Gavin tersenyum dan tangannya mengacak rambut Carlen pelan, ia cemberut karena Gavin telah membuat rambutnya berantakan.
Karena kantuk sudah mendatangi Carlen, akhirnya Carlen tertidur dengan lenyap. Gavin melirik ke arah Carlen dan tersenyum kecil.
"Bidadari kalo tidur kayak gini ya, manis." Ucap Gavin dalam hati.
Hingga mereka tiba di tempat yang sudah mereka bicarakan dari jauh - jauh hari.
Mereka menyewa Villa sementara.
Sesampainya, Carlen menghirup udara yang sangat sejuk itu, "jalan - jalan yuk Car." Kata Gavin dan menarik pelan tangan Carlen, namun ia tak menolaknya.
Mereka berdua pergi ketempat, dimana tempat itu sangat nyaman dan indah akan pemandangannya. Carlen sangat bahagia karena hari ini juga ia melihat pemandangan yang sangat indah. Rasanya, ia ingin pindah ditempat ini saja.
******
Matahari mulai tenggelam, hari pun semakin gelap tanda malam telah datang.
Gavin, Carlen dan sahabat - sahabatnya itu keluar dan saling menyaksikan bintang, langit dan bulan yang sudah membuat mereka terpakau.
"Kapan lagi kita kayak gini ya beb." Ucap Bagas pada Thomas.
Karena hanya mereka yang tidak punya pacar.
"Jijik." Thomas lalu pindah di samping Gavin dan mengatakan, "gue disini ya Vin. Kalo gue di deket Bagas, bisa - bisa nafsu dia gak ke kontrol." Ucapnya datar. Gavin tertawa dan mengangguk iya.
"Enak aja lo es serot! Gini - gini gue masih demen cewek."
"Bagus deh."
"Dava sok - sokan deketin Kiran." Ucap Ferro.
"Mending Kiran sama gue."
"Emang Kirannya mau sama lo Gas?"
"Maulah, emangnya elo gak laku, es serot."
"Kiran aja maunya sama Thomas." Sambung Salma yang sudah sambut dengan tatapan tajam.
"Percuma lo semua rebutin Kiran, dia udah mau sama gue." Dava tersenyum miring, dan Kiran memasang raut wajah jengkel, "ih najis. Pede lo ketinggian. Ntar jatoh, sakit. Mewekk." Ucapnya.
"Hahahaha Kiran tau aja kalo Dava tukang mewek." Sahut Pratama.
"Keliatan dari mukanya." Jawabnya, Dava mendengar perkataan Kiran langsung mengubah raut wajahnya yang sekarang menjadi cemberut. "Noh kan cemberut, bentar lagi juga mewek." Ucapnya.
"Ih Kiran jahat sama abang."
"Najis Dav."
Bagas mendekati Cara secara perlahan, dan sekarang ia sudah di sampingnya, "Hai Cara---." Ucapnya dengan tersenyum namun senyumnya hilang karena melihat raut wajah Cara yang datar, "mel." Lirihnya.
"Hahaha dikacangin mampuzt pake guruf Z dan T." Sambung Ferro.
"Cara tuh dingin, kaya Thomas. Gak usah sok deketin deh." Sahut Tenri.
"Tau nih. Lagian Cara gak suka type cowok kaya lo kak Bagas." Sambung Halid.
"Terus? Dia sukanya cowok kayak gimana?"
"Kepo banget lo Dav. Dia itu lagi gak mau pacaran." Ucap Salma.
"Kiran cemburu tuh lo ngomong kayak gitu." Sambung Carlen, "najis." Jawab Kiran.
"Jangan ngambek dong beb. Abang kan cuma bercanda." Karena sangat jengkel, Kiran masuk ke Villa dan tertidur di ranjangnya.
"Dingin. Masuk ke dalem aja yuk." Ajak Aisya dan mereka mengangguk setuju.
Sudah larut malam, kantuk pun telah mendatangi mereka satu per satu. Mereka tertidur, karena efek capek juga.
Mereka berada disini, selama seminggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Throwback Of Memory
Teen FictionSejuta kenangan yang terdapat di dalam hidup Carlen. Ini adalah cerita tentang cowok badboy yang berubah menjadi dingin. Selalu buat onar, sedikit bawel, selalu berbicara yang secara berubah menjadi manusia es. Dingin, namun tak menyejukan. tak pern...