Tigapuluh satu

28 6 0
                                    

Aisya merenungkan dirinya. Rasanya ia ingin sekali bercerita tentang masalah ini kepada sahabat - sahabatnya. Namun ia takut.
Ia takut nantinya Mira mencelakai orang yang ia sayang.

Flashback on.

"Pah bangun. Jangan tinggalin Aisya." Ucap gadis cantik yang berusia 14 tahun itu.

"Butuh biaya yang banyak untuk membayar tagihan rumah sakit ini." Ucap Lina, ibu dari gadis cantik itu.

"Tenang saja Lin. Saya akan membantumu." Sambung Wanita yang bernama Nina. Kakak dari ibu gadis cantik itu.

"Makasih Nin. Kamu memang adik saya yang selalu mau membantu saya disaat lagi susah seperti ini."

Nina tersenyum.

Mereka tak menyadari, bahwa ada seseorang yang mendengar pembicaraannya. Ia adalah Mira. Anak dari Nina.

Gadis cantik itu pergi keluar sebentar, seketika ia bertemu Mira. "Gimana keadaan papah kamu Sya?" Tanya Mira khawatir.

"Papah harus menjalani pengobatan khusus Mir."

"Tenang aja Sya. Kan ada keluarga aku. Kamu jangan sedih dong, nanti aku juga ikutan sedih."

"Iya Mir. Makasih ya."

Flashback off.

"Mira sekarang udah berubah." Ucapnya.
"Kak Aldo, Carlen, dan yang lain. Maafin gue." Lirih Aisya pelan.

"Dorr!!"

Aisya terkejut dan menengok ke belakang, terdapat Carlen yang sedang tertawa, "ngelamun aja. Hati - hati nanti kesambet lho." Ucap Carlen dan duduk di samping Aisya.

"Oh iya, ada perlu apa Sya? Malem - malem gini kerumah gue."

"Gak ada apa - apa kok. G-gue cu-cuma mau ma-ma-maen aja."

"Lo lagi ada masalah ya?"

Tak ada jawaban dari Aisya.

"Cerita dong Sya."

"Gue pengen banget jujur sama Kak Aldo tentang masalah gue yang gak masuk berminggu - minggu itu."

"Jadi Aldo belum tau? Kalau sebenernya lo itu bukan sakit, tapi lagi ada masalah."

"Iya, dia belum tau."

"Yaudah itu kan udah lama, abaikan aja kali."

"Gabisa Car. Gue merasa kalau gue adalah cewek tukang bohong."

"Tapi Sya. Listen to me. Gak semua rahasia atau masalah itu harus diungkapin. Kalau emang lo gak siap untuk ngasih tauin tentang itu ke Kak Aldo, gak masalah. Karena mungkin masalah itu gak seharusnya di ceritain."

Aisya terdiam, mencerna satu per satu perkataan Carlen. Ia bingung harus bagaimana. Perkataan Carlen memang benar, tapi di satu sisi, ia pengen sekali jujur ke Aldo.

"Gue nginep disini ya Car."

"Lo bawa baju sekolah?"

"Bawa kok. Semuanya udah siap di tas gue."

"Yaudah sini baju lo. Gue taro di lemari baju gue."

*********

Hari ini saatnya untuk seperti biasa. Masuk sekolah.
Sudah waktunya untuk memulai belajar mengajar lagi.

Waktu semakin berjalan, belajar mengajarpun terus berlanjut hingga bel istirahat berbunyi.
Dari bel masuk berbunyi hingga bel istirahat berbunyi, Aisya melamun, tak mendengarkan guru yang sedang mengajar dikelasnya itu, tak peduli jika gurunya menegur dirinya atas sikapnya itu.

Throwback Of MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang