Tigapuluh enam.

44 9 3
                                    

"Maaf jika sikap saya membuat kamu terluka. Tapi percayalah, disini saya masih mencintaimu. Bahkan saya merindukanmu."

---------------------------

Sudah satu bulan Carlen berbaring di kasur rumah sakit dengan infusan.
Sudah satu bulan pula ia belum juga siuman.

Gavin selalu datang kerumah sakit itu untuk menemani Carlen.
Ia rindu padanya.
Ia hanya bisa berdoa dan berharap doanya akan dikabulkan.

Gavin tak bisa melihat Carlen seperti ini. Hatinya rapuh.
Ia menyesal telah mengacuhkan Carlen.

Seandainya waktu bisa diulang, ia lebih memilih tetap memberikan senyum kepada Carlen, tetap seperti yang dulu walau menyakitkan.

Namun apa boleh buat? Waktu tak akan bisa diputar.

Gavin merasakan, rasanya kehilangan seseorang yang ia cintai, yang ia sayangi.

Flashback On.

"Hei Car. Ke kantin bareng yuk." Ajak Gavin.

"Hmm... gak mau!" Ucap Carlen jengkel.

"Ayo dong... kita kan udah temen." Ucap Gavin penuh harap. Dan Carlen hanya membalas mengangguk mau.

"Lo mau makan apa? Biar gue yang pesen."

"Lo mau bayarin gue?" Tanya nya, dan Gavin hanya mengangguk dengan dihiasi senyumnya itu.

"Yes. Thanks, Vin. Lo memang temen yang baik." Ucapnya.

"Cie udah anggep gue temen nih sekarang?" Tanya nya dengan senyum melebar.

"Iya cuma sehari doang!" Jawabnya ketus.

Flashback off.

Gavin tersenyum mengingat salah satu kenangannya dengan Carlen. "Lo inget gak Car? Waktu lo masih jutek sama gue.. bukannya gue ilfil malah justru gue tambah suka sama lo. Hehe.. lo lucu deh kayak gitu." Ucapnya sambil mengusap pelan rambut Carlen.

"Inget gak? Kita sering telfonan malem - malem. Trus pernah berantem gak jelas gitu." Lanjutnya lagi.

Setetes air mata Gavin keluar. Bukan ia cengeng, melainkan ia sangat rindu dengan Carlen. Rindu yang menurutnya gak mempunyai obat.

"Gue inget banget pas kita dipuncak, lo udah ketakutan karena gue mendekat. Padahal gue cuma mau bisikin ke elo, kalo gue mau minta ke elo untuk nemenin gue tidur."

Gavin menarik nafasnya dalam - dalam, lalu membuangnya secara perlahan, "Car? Kapan bangun? Gue udah jadi Gavin yang dulu nih.. lo cepet bangun ya, gue kangen banget." Jeda, "eh ralat. Maksud gue rindu, hehe."

Ia menatap wajah Carlen yang sangat tenang sekali.
Ia rindu senyuman Carlen yang selalu menghiasi warna disetiap harinya.

Sekarang Gavin tahu rasanya jadi Rizky.
Ketika Tenri meninggalkan dirinya untuk selama - lamanya.

Baru Carlen koma saja Gavin sudah tak kuat menahan semuanya, apalagi kalau Carlen meninggalkan Gavin layaknya Tenri meninggalkan Rizky? Mungkin Gavin bisa gila.

Flashback on.

Hall---"

"Haii bidadari.. udah bangun? Bangunnya siang juga. Hehe."

"Idiot. Maen asal nerobos lampu merah."

"Masih pagi nih Car. Jangan ngomel - ngomel mulu dong."

Throwback Of MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang