Empat puluh.

64 8 2
                                    

Kedekatan Thomas dengan Carlen hampir mirip dengan kedekatannya dengan Gavin.

Ah sudahlah tak usah dibanding - bandingkan.

Hari ini Carlen dan Thomas pergi bareng untuk yang kedua kalinya.

Tak pernah lepas dari kata tampan, memang ketampanan Thomas tak pernah berubah.
Style apa saja tak mengurangi ketampanannya.

Untuk hari ini mereka pergi kerumah Thomas.
Dan bermain basket.

Sejujurnya Carlen tak bisa bermain basket, jadi ia memutuskan untuk memperhatikan Thomas saja.

"Gak seru kalau gue doang yang main."

"Gue gak bisa main basket ih."

"Gue ajarin."

"Oke."

Pelan - pelan Thomas mengajarkan Carlen, hingga Carlen bisa walau hanya sedikit.

Bola basket tepat di tangan Carlen, ia berusaha untuk memasukan bola basket itu ke ring. Sedangkan Thomas sedang berusaha merebut bola basket itu.

Thomas berada tepat di belakang Carlen, bersusah payah untuk mendapatkan bola itu dengan diiringi tawa.

Saat Thomas ingin merebut bola itu, tiba - tiba ia memeluk Carlen dari belakang, karena posisinya berada dibelakang Carlen.

Carlen refleks berhenti mendrible dan ia tak peduli bola basket itu menggelinding.

"Baru gue peluk aja udah gak konsen." Ledek Thomas dan berlari merebut bola itu, lalu memasukan ke ring.

Curang, sangat curang.
Carlen jengkel dengannya, ada saja cara Thomas membuat dirinya terdiam tak fokus.

"Capek gue kak." Ucap Carlen yang sedang mengatur nafasnya.

"Capek apa nyerah karena kalah?" Ledek Thomas dengan hiasan tawa kecilnya.

"Lo aja curang, ewh." Sambung Carlen dengan memutarkan bola matanya.

"Baper."

"Bodo."

"Yah maenannya baper."

"Boongin."

"Ngeselin."

"Biarin."

"Sumpah Car, lo ngeselin." Ucap Thomas, namun Carlen hanya tertawa.

Thomas tersenyum melihat tingkah laku Carlen.
Tak menyangka ia akan sedekat ini dengan Carlen.

Carlen mengambil ponselnya, dan mengirimi sebuah pesan kepada Abangnya untuk mengecek kedalam kamarnya dan melihat buku novel yang belum ia baca.

Dave mengatakan bahwa buku novelnya sudah ia baca semua.

"Kak Thomaasssss." Teriak Carlen, dan Thomas pun menengok ke arahnya.

"Anterin gue yuk." Ajak Carlen.

"Kemana?"

"Beli novel."

"Gue mandi dulu."

"Iya. Abis itu kerumah gue dulu ya?"

"Iya bawel."

Thomas pergi meninggalkan Carlen yang tengah sendirian di taman belakang rumahnya.

Saat lagi senangnya berada dekat Thomas, seketika ia melamun dan memikirkan Gavin.

Lagi - lagi Carlen memikirkan Gavin.

"Gak kerasa, udah lama kita kayak orang asing gini." Lirih Carlen tersenyum tipis.

Seketika pula ia sadar bahwa ia tengah memikirkan Gavin.

Hening.

Carlen mengambil sebuah headset yang berada didalam tasnya, karena sangat bosan. Jadi ia memutuskan untuk mendengarkan musik lewat headset.

Lima menit berlalu, akhirnya Thomas datang menemui Carlen di taman belakang rumahnya.
Thomas mengisyaratkan Carlen untuk berjalan keluar dan memasuki mobilnya.

Carlen hanya mengangguk, ia mengikuti langkah Thomas dari belakang.

Tak lama mereka sampai dirumah Carlen.

Thomas menunggu Carlen diruang tamu, sedangkan Carlen tengah berlari kecil menuju kamarnya untuk segera mandi dan pergi membeli novel.

Karena ia tak ingin Thomas menunggunya lebih lama lagi, jadi ia memutuskan untuk mempercepat.

Dua puluh menit kemudian Carlen berjalan menuju ruang tamu untuk menemui Thomas.
Lalu Thomas berpamitan dengan Anita, mama nya. Mereka akhirnya pergi ke toko buku yang biasa Carlen datangi untuk membeli novel.

Carlen tengah sibuk mencari novel yang cocok untuk ia beli, dan Thomas pun membantunya mencari.

Lima novel sudah ada di genggaman Carlen, dan dua novel Thomas genggam.
Novel yang Thomas genggam akan ia bawa ke kasir untuk membayarnya lalu memberikan novel itu ke Carlen.

Carlen menerima novel itu.

Saat mereka ingin pulang, tiba - tiba hujan turun dengan sangat deras.

"Hujan, kita tunggu disini dulu ya."

"Nggak mau."

"Terus?"

"Kita main hujan - hujanan."

Carlen menarik pelan tangan Thomas, dan berjalan menuju mobilnya.
Karena jarak mereka dengan mobil Thomas tak jauh, jadi mereka tak basah kuyup.

Thomas menyetir mobil dengan sangat hati - hati dan mengarahkan mobilnya kerumah Carlen.

Sesampai dirumah Carlen, Thomas mengklakson agar dibukakan gerbang.
Namun tak ada respon sama sekali.

Carlen tersenyum, ini adalah saat - saat untuk bermain hujan - hujanan.
Akhirnya ia turun dari mobil dan membukakan gerbang rumahnya dengan diguyuri air hujan.

Thomas terkejut melihat Carlen keluar dari mobilnya dan basah kuyup hanya untuk membukakan gerbang rumahnya.

"Lo ngapain hujan - hujanan kayak gitu?" Tanya Thomas sedikit khawatir.

"Ih ayok! Kita main hujan - hujanan."

"Gue gak bawa salinan."

"Yah gak seru."

"Kapan - kapan aja."

"Oke."

Carlen pergi ke halaman rumahnya untuk mengambil sebuah payung buat Thomas. Karena Thomas tak bawa salinan dan takut Thomas basah kuyup, akhirnya ia memutuskan untuk mengambil payung.

Tiba diruang tamu, Thomas duduk sedangkan Carlen tersenyum lebar sedikit kedinginan.

"Ganti bajunya sana, nanti masuk angin."

"Iya, bentar ya."

Baru saja Carlen ganti baju, dan ia harus menggantinya lagi karena hujan membasahi bajunya.

------------------

Maaf dikit, capek ngetik😢
Give me a vote!😝
update lagi sore👌. [Insya allah]

Throwback Of MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang