Empat belas

57 11 0
                                    

Malam ini Gavin dan Carlen akan pergi ke rumah Pratama, karena kali ini mereka tidak berkumpul dirumah Gavin, dengan alasan Gavin sedang malas dirumahnya.

Disana pun juga ada keempat sahabat Carlen.

Saat Carlen ingin duduk, tangannya ditarik oleh Gavin, mereka pun ke atap rumah Pratama yang tak jauh dari balkon kamarnya.

Mereka berdua lalu duduk di atap itu, dan melihat bintang yang sedang berkelap - kelip menghiasi langit.

"Indah ya, langit pasti selalu senang." Ucap Gavin, "senang kenapa?" Tanya Carlen heran.

"Bintang selalu berada di langit, bulan pun tak kesepian. Bulan dan langit itu diibaratkan gue, gue selalu seneng kalau lo selalu disamping gue, mewarnai hidup gue dan menemani gue." Ucapnya, Carlen pun tersenyum lalu ia bersender di pundak Gavin.

"Gue harap gitu," jawabnya, "gue juga mau lo bagaikan mereka, jangan bagaikan pelangi. Pelangi memang sangat mewarnai langit, bahkan warnanya sangat indah, tetapi itu hanya sementara, tak seperti bintang yang semalaman menemani langit." Sambungnya, Gavin menatap Carlen, ia mengerti maksud yang dibicarakan Carlen.

"Dari semua bintang ini, yang paling lo suka yang mana?"

"Hmmm.. yang itu." Tunjuk Gavin pada sebuah bintang, "kenapa?" Tanya Carlen.

"Bintang itu bintang terindah dari semua bintang. Sama kaya lo, gue milih lo dari jutawan wanita, karena lo indah." Jawabnya, "kenapa harus milih gue? Bahkan banyak yang lebih dari gue." Sambung Carlen.

"Memang banyak, bahkan banyak banget tak terhitung seperti bintang itu, tetapi gue jatuh hatinya sama lo," ucap Gavin tersenyum, "gue gak salah pilih orang. Lo bagaikan bidadari yang dikirim oleh tuhan untuk gue." Sambungnya dan tak berhenti menatap Carlen.

"Udah deh gak usah bikin gue ngefly." Ucap Carlen yang sudah merona itu, "ih lucu mukanya, gemes." Gavin pun mencubit kedua pipi Carlen, ia lalu cemberut karena Gavin mencubit pipinya. Namun Gavin hanya tersenyum, "lo adalah cewek yang paling istimewa di hidup gue, selain Mama. Gue sayang lo Car, suatu saat lo akan tahu perasaan gue, dan gue harap lo jadi milik gue nantinya." Ucap Gavin dalam hatinya.

"Mungkin benar, perasaan ini sudah ada sejak kemarin, aku benar - benar mencintaimu. Aku selalu berharap, agar kamu tidak menjadi sosok pelangi, Vin? Jangan tinggalin gue disaat gue lagi sayang - sayangnya sama lo." Carlen hanya bisa mengatakannya di dalam hati, ia tak mungkin mengatakan apa yang ia rasakan kepada Gavin. Karena ia takut hal ini sangat menyakitkan.

"Ehem.. ehem.." Mereka berdua pun menengok dan melihat Pratama yang sedang tersenyum ke arahnya. "Dunia serasa milik berdua ya Vin." Ucapnya, Gavin pun tertawa dan mengajak Carlen untuk gabung bersama mereka.

"Ganggu aja lo kutu." Ucap Gavin, Carlen yang melihat tingkah laku mereka berdua pun tersenyum geleng - geleng.

"Gue ganggu lo ya Car? Maaf banget ya." Pratama mencoba tebar pesona kepada Carlen, namun Carlen tak menghiraukan itu, "nggak ganggu kok." Jawabnya.

"Dia ganggu kita sayang," Sambung Gavin tak terima karena memang kenyataannya Pratama telah mengganggunya.

"Halid mana?" Tanya Carlen, "oh Halid, dia lagi ke toilet sebentar, tenang aja gak bakal gue macem - macem sama lo Car." Jawabnya dan Gavin meliriknya dengan mata tajam.

"Lo macem - macem sama Carlen? Gue bunuh." Ancamnya, "uhuhuhu.. galak abang Gavin." Sambung Dava.

"Ikut gue yuk Car,"

"Kemana?"

"Mini market, kita beli cemilan buat nih anak kutu."

"Yaudah yuk." 

Mereka berdua berjalan menuju mini market, karena tempatnya tak jauh dari rumah Pratama, saat Carlen ingin menyebrang, tiba - tiba ada mobil yang ingin menabraknya, namun dengan cepat Gavin mendorong Carlen.

Ketika mobil itu sudah sangat dekat dengannya, Gavin di dorong oleh Aldo.

BRUK!!!

"Sialan!"

Dengan cepat mobil itu melaju kencang, Gavin sudah menghafalkan plat nomor mobil itu.

Dan setelah itu Aldo dilarikan ke rumah sakit terdekat, karena keadaannya sangatlah darurat.

Sahabat - sahabat Gavin dan Carlen pun sudah ada sejak sepuluh menit yang lalu.

Carlen terus menangis.

"Gimana kondisi teman saya dok?" Tanya Gavin khawatir, "teman anda hanya mengalami luka ringan saja. Namun, kakinya patah akibat tertabrak mobil itu." Ucap dokter itu.

"Apakah teman saya bisa kembali normal lagi dok?" Tanya Thomas, "tentu bisa, akan kami usahakan."

"Kita boleh masuk dok?" Tanya Dava, "silahkan, tetapi jangan ada keributan disini."

"Baik dok, terimakasih." Lalu dokter itu pun tersenyum dan pergi.

"Kak Aldo gue minta maaf." Ucap Carlen dengan merasa bersalah.

                                 ******

"Lo gila ya Mir! Yang lo tabrak itu Kak Aldo, cowok yang gue sayang! Bukan Carlen!."

"Gue hampir berhasil ngetabrak Carlen Sya, tapi tiba - tiba Gavin ngedorong dia, dan Gavin di dorong Aldo."

"Gue gamau temenan sama lo lagi Mir! Apa kata Carlen kalo dia tahu gue sekongkol sama lo! Gue sahabatnya Carlen sendiri, gue gak tega Mir!"

"Gak sportif lo Sya! Sepupu macam apa lo? Hah?!"

"Bodo! Gue gamau setuju tentang rencana lo lagi Mir!."

"Aisya!! Sampe lo berani kabur dari gue, lo liat akibatnya!"

Throwback Of MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang