Hari ini saatnya murid SMA Diamond menjalani UAS.
Semua murid sudah mempersiapkan diri, tetapi tidak dengan Gavin dan sahabat - sahabatnya. Mereka justru asik bermain, tak menghiraukan esok hari apa.
Bel masuk sudah berbunyi, pertanda semua murid memulai menjalani UAS, "Vin? nomor 15 isinya apaan?" tanya Dava yang masih sempat - sempatnya menyontek.
"Gak gratis ye."
"Matre, najis." sambung Pratama.
Bel istirahat telah berbunyi, seluruh murid SMA Diamod mendengus lega karena akhirnya mereka bisa mengistirahatkan otaknya.
Dava yang tengah memesan bakso itu, tiba - tiba lari menuju meja makan sahabat - sahabatnya dan berkata,"woi ada anak baru, cewe cantix gila." ucapnya yang sangat heboh itu, saat Dava ingin melanjutkan pembicaraannya, seseorang yang tengah ia bicarakan lewat depannya," hai cantik, namanya siapa?" tanya nya.
Namun cewek itu tak menghiraukan Dava, ia hanya melirik Dava dan berjalan.
"Lah buset, sombong amat tu anak baru." Ucap Pratama, dan Rizky dan Gavin memutuskan untuk tidak melirik cewek itu.
***************
Saat Carlen berjalan menuju loker, tak sengaja tubuhnya tertabrak oleh seorang cewek yang sedang membawa buku banyak, dan bukunya terjatuh hingga berserakan, saat Carlen ingin menolongnya, cewek itu menolak. "Gak usah, biar gue aja." Ucapnya dengan raut wajah yang datar.
Carlen heran, ia penasaran dengan cewek itu.
Ia tak pernah melihat cewek itu sebelumnya, "mungkin dia anak baru." Lirihnya pelan, lalu ia berjalan menuju kelasnya.
Dan ini adalah kedua kalinya tubuhnya tertabrak, tetapi tidak dengan orang yang sama.
Revan adalah orang yang menabraknya, "lo gapapa?" Tanya Revan, "gapapa kak, hmm.. permisi ya kak," ucapnya dengan tersenyum.
"Carlen?" Carlen menengok karena Revan memanggilnya, "kenapa ya kak?" Tanya nya.
"Hmm.. tadi kan gue udah nabrak lo, sebagai tanda maaf gue, gimana kalo nanti pulang bareng sama gue?" Ucapnya.
"Ih kak, gapapa kali, aku udah maafin kakak tanpa harus kakak ngelakuin itu kok." Jawabnya, "udah gapapa, btw ngomong ke gue, 'gue-elo' aja."
Carlen diam mematung, cowok yang ia kagumi mengajaknya pulang bareng, "yaudah gue ke kelas dulu ya, gue tunggu di parkiran." Revan tersenyum, dan pergi meninggalkan Carlen yang sedang mematung itu.
Lalu ia bergegas untuk cepat - cepat masuk ke ruangannya.
********
"Lo kenapa Car? Sehat?" Salma bertanya karena sejak bel pulang berbunyi dan menghampiri Carlen, ia melihat ada yang sedikit berbeda.
Carlen diam.
Ia tak menjawab pertanyaan Salma, "gue balik duluan ya. Takut Kak Ferro nungguin gue terlalu lama." Sambungnya, "lah? Lo pulang sama kak Ferro?" Tanya Tenri dan Salma mengangguk tersenyum lalu berjalan meninggalkan mereka.
Sahabat - sahabat Carlen sudah pulang sejak lima belas menit yang lalu, sedangkan ia harus menunggu Revan yang sampai saat ini belum kelihatan juga.
Tak lama kemudian, Gavin datang, "hai Car," sapanya, Carlen tersenyum, "lo belom pulang? Lagi nungguin gue ya." Ucapnya yang sangat ge-er itu, "turunin tingkat kepedeannya ya." Jawabnya.
"Lo ngapain di-----"
"Hai, maaf udah bikin lo nunggu." Ucap Revan yang telah memotong pembicaraan Gavin. "Gapapa ko kak." Jawabnya.
"Vin? Gue duluan ya." Carlen tersenyum dan menaiki motor Revan.
Gavin tersenyum kecil, matanya tak berhenti memperhatikan motor Revan yang sudah jauh itu.
Ia memasuki mobilnya, hatinya sedikit gelisah. Seandainya ia adalah pacarnya Carlen, mungkin ia sudah menghabisi Revan.
Gavin cemburu, ketika Carlen didekat Revan.
Namun ia mencoba untuk tak memikirkan hal itu, dan Gavin menyalakan mesin mobilnya, berjalan menuju rumahnya.
"Dorrrr." Gavin terkejut saat ia sampai dirumahnya dan dikejutkan oleh Mery, adiknya. Raut wajahnya yang lesu kini menjadi tersenyum, "ih Abang mukanya jelek kalo lesu gitu, kayak banci Thailand." Ucapnya yang membuat Gavin semakin gemas, "ih sok tahu. Emang Mery tahu banci Thailand?"
"Tau dong."
"Tau dari mana?"
"Tau dari kak Dava." Gavin mendengus, lagi - lagi Dava mengajari adiknya yang tak benar.
"Yuk masuk, kali ini Abang maen sama Mery sampe Mery lelah deh."
"Beneran Bang?" Ucapnya dengan nada sangat senang, Gavin mengangguk dan menggendong adiknya menuju taman rumahnya.
***********"Makasih ya Kak, udah mau anterin ak--- gue pulang." Carlen tersenyum senang, "sama - sama. Maaf ya soal tadi."
"Gapapa ko kak." Revan tersenyum dan pamit untuk segera pulang, Carlen mengangguk dan memperhatikan motor Revan hingga tak terlihat lagi.
Lalu ia memasuki rumahnya dan berjalan menuju kamarnya untuk beristirahat.
Halid is calling.....
"Kenapa Lid?" Tanya Carlen dengan nada lelahnya.
"Tadi lo pulang sama siapa Car?"
"Sama Kak Revan."
"SERIUS?!"
"iya."
"Coba ceritain!"
"Gitu.. sebagai tanda maafnya, dia anterin gue balik."
"Oh gitu..."
"Iya. Udah dulu ya, gue pengen mandi nih."
"Oke."
Carlen menutup telponnya.
Jam menunjukan pukul tujuh malam, Carlen melihat jadwal UAS untuk besok dan mengambil beberapa buku.
Carlen tak boleh keluar disaat ulangan seperti ini, namun tak selamanya, hanya sementara.
Saat ia sedang belajar, tiba - tiba teringat Gavin.
Carlen ingin menghubunginya, namun ia takut ganggu, jadi ia urungkan niatnya dan melanjutkan belajarnya.
-------------------------------------------------
Maaf baru update.
Sorry kalo dikit hehee.
Votenya jangan lupaaaaaa......Maaf kalo masi abstrak banget.....
Selamat menikmatiiiiiiiiiiii guyyysssss...........
Lanjut? Pasti. Tapi maaf kalo update lama, dikarenakan banyak tugas menumpukkkk-_____-.
Hehe..
Byeeee.......Kangen sama Gavin kan? Bukan sama gue?
Tau elah tau. Wkwkwkwk....
KAMU SEDANG MEMBACA
Throwback Of Memory
Teen FictionSejuta kenangan yang terdapat di dalam hidup Carlen. Ini adalah cerita tentang cowok badboy yang berubah menjadi dingin. Selalu buat onar, sedikit bawel, selalu berbicara yang secara berubah menjadi manusia es. Dingin, namun tak menyejukan. tak pern...