Aisya yang sudah berada di rumahnya, lalu ketukan pintu terdengar, karena sangat lelah, Aisya tak peduli ketukan itu."SYAAAA." Teriak seorang cewek yang sepertinya Aisya mengenali suara itu. Suara itu seperti suara Mira.
"AISYA." Suara itu terdengar semakin dekat, dan mengetuk pintu kamar Aisya. Lalu seorang cewek itu membuka pintu kamar Aisya yang tak terkunci itu, lalu ia masuk.
Dan benar dugaan Aisya, ia adalah Mira.
"Ngapain lo kesini?!" Tanya Aisya ketus.
"Itu yang mati si Tenri?" Tanya Mira, namun tak ada respon dari Aisya.
"Gue kira Carlen."
"Emang knapa?"
"Gue salah nembak ban mobil." Lirihnya pelan namun Aisya mendengar perkataan itu.
"JADI ELO YANG CELAKAIN?! LO GILA YA MIR? TENRI MATI GARA - GARA LO! LO TAU GAK? SAKITNYA DITINGGAL SESEORANG YANG KITA SAYANG DAN DITINGGALNYA SELAMA - LAMANYA." Teriak Aisya yang sudah meledak emosinya.
"Gue salah neror orang Sya!"
"MAKANYA KALO MAU NGEBUAT SESUATU ITU MIKIR PANJANG KEDEPANNYA GIMANA! LO UDAH BIKIN GUE RIZKY DAN YANG LAINNYA RAPUH KARENA KEMATIAN TENRI!!!! LO KEJAM! LO JAHAT MIR! MENDING LO KELUAR DARI KAMAR GUE."
"kalau gue gak mau gimana?"
"OKE. GUE YANG KELUAR DAN LAPOR POLISI ATAS SEMUA PERBUATAN LO ITU!!!" Ancam Aisya, perkataan Aisya membuat tubuh Mira kaku dan membisu, ia sangat panik jika polisi tau atas perbuatannya itu.
"LO LAPORIN POLISI, ORANG TERDEKAT LO BAKAL GUE BUAT KAYAK TENRI!" Sambung Mira, dan justru sekarang Aisya yang terdiam kaku. "Makanya jangan macem - macem sama gue. Jangan coba menggagalin rencana gue bocah cilik. Lo tau apa? Hah?!" Ucapnya tersenyum miring dan meninggalkan Aisya.
Aisya terdiam, ia tak jadi melaporkan kepada polisi atas kelakuannya Mira itu. Karena ia tak ingin orang terdekatnya juga meninggalkan dirinya layaknya Tenri.
Aisya tak habis pikir, ternyata cinta yang membuat Mira menjadi seperti ini.
**********
Duduk diatas sofa, dan memandangi fotonya saat bersama Tenri.
Ia memandangi dan tersenyum, lalu berkata "indah banget ya persabahatan kita Ten. Lo yang tenang disana ya."Tak lama bunyi bel rumahnya berbunyi, karena Carlen sangat penasaran, ia beranjak bangun dan membuka pintu. Ia melihat bahwa Revan telah berdiri tepat depan pintu Carlen "eh Kak Revan, ada apa ya?" Tanya Carlen to the point. "Lo lupa ya Car? Waktu itu kan gue bilang, setelah lo pulang dari sana, lo temenin gue." Jawabnya.
"Oh iya.. gue lupa kak." Ucapnya dengan muka melas. "Gue turut berduka cita atas kematian Tenri."
Carlen tersenyum, "makasih kak."
"Ayok dong keluar. Jangan nangisin Tenri mulu. Dia udah tenang disana, gue bakal buat lo ketawa seharian deh." Ucapnya.
"Yaudah Kakak masuk aja dulu, gue mau siap siap sebentar." Lalu Revan mengikuti perkataan Carlen, ia masuk dan duduk di atas sofa sambil memainkan ponselnya.
Lima menit kemudian, Carlen berjalan ke ruang tamu untuk menemui Revan, "ayuk Kak." Ajak Carlen, lalu Revan beranjak bangun dan berjalan keluar.
"Kita mau kemana kak?" Tanya Carlen. Yang ditanya hanya diam saja, membuat Carlen sedikit jengkel. Revan menyadari perlakuan Carlen itu, ia hanya tersenyum melihatnya.
Mobil Revan mengarah ke sebuah taman yang sangat indah dengan dipenuhi banyak tanaman - tanaman subur dan bunga yang berwarna - warni bermekaran.
Mereka berdua duduk di bangku taman itu, saat Carlen sedang fokus memandangi bunga mawar, seketika ia menengok ke samping dan berkata "bagus ya Ka---" ucapanya terpotong saat matanya tak melihat Revan.
Mata Carlen mencari ke segala arah, tetapi tak menemukan Revan. Tiba - tiba tepat didepan matanya, ia melihat dua buah es krim. Dan ternyata itu Revan. Ia sedang menggenggam dua buah es krim.
"Mau gak Car?" Tawar Revan, karena Es krim adalah kesukan Carlen, ia tak mungkin menolaknya, "mau lah Kak. Es krim kan kesukaan gue." Sahut Carlen dan mengambil es krim yang sudah di genggam Revan dengan menerobos. "Sama es krim nomor satu ya." Ucap Revan dan mencubit hidung Carlen yang mancung itu.
"Kak? Mau anterin gue gak?" Tanya Carlen.
"Anterin kemana?" Revan menanya balik.
"Ke toko buku. Gue mau beli novel." Tanpa aba - aba Revan bangun berdiri dan menarik pelan tangan Carlen, "ayuk." Ajaknya yang membuat Carlen tersenyum.
Mereka pergi ke toko buku.
Sesampainya, segera Carlen mencari buku novel yang menurutnya menarik.Sudah dua buku yang ada di genggaman tangan Carlen, ia perlu tiga buku novel lagi.
Revan pun membantu Carlen mencari - cari novel yang ia suka. Ia saling berbagi canda tawa hingga kasir toko buku itu mengira bahwa mereka berpacaran. Revan dan Carlen yang mendengar ucapan kasir itu pun langsung tersipu malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Throwback Of Memory
Teen FictionSejuta kenangan yang terdapat di dalam hidup Carlen. Ini adalah cerita tentang cowok badboy yang berubah menjadi dingin. Selalu buat onar, sedikit bawel, selalu berbicara yang secara berubah menjadi manusia es. Dingin, namun tak menyejukan. tak pern...