Delapan

581 46 0
                                    

Perut Davin mulai mual, sangat mual. Bagaimana tidak, sudah beberapa menit yang lalu dia disuguhi dengan adegan paling kotor yang terjadi atara laura dan Olyn.

Dengan mata kepalanya sendiri, Davin melihat Laura dan Olyn yang berpelukan erat sambil melahap rakus beberapa potong pizza yang baru saja dibawa Olyn.

"Gimana Beb? Enak?"

Olyn menyuap potongan pizza itu kemulut Laura

"Enak Beb" Jawab Laura dengan mulut penuh pizza

"Habisin ya, biar cepet sembuh, gue kesepian tau lo nggak ada."

"Gue juga,"

Laura memeluk manja Olyn lagi

Davin mendegus, bibirnya menganga hebat.

"Amit-Amit, Amit-Amit." Davin berkidik ngeri. Bangkit dari duduk malasnya.

"Apa Sih? rusuh banget"
Laura mencibir "mau pizza?"

Dia melambai-lambaikan kotak pizza yang masih berisi separuh itu.

"Ogah gue makan gitu, nggak Nasionalis banget, Bilangnya orang Indonesia tapi makannya sok westren"

Laura dan Olyn melongo kompak

"Nasi Uduk masih enak tuh."

Laura berdecak. Oh My God.!

Membayangkan Davin yang sangat menyebalkan itu akan selalu berada disekitarnya, dia mengelengkan kepala cepat-cepat.

Sah saja memang jika Davin lebih memilih nasi uduk untuk dimakan, toh Laura juga tidak memaksanya untuk memakan pizza. Tapi, cara bicaranya itu yang kelewat ekstrim bagi Laura. Sekali lagi, masih sangat menyebalkan!

"Udah Lyn cuekin aja, harimau banget mulut nya" Laura memelototi Davin.

Olyn memperhatikan Davin dan Laura bergantian. Sepertinya ada yang salah dengan mereka berdua. Tapi yang lebih salah adalah, Laura yang selalu merasa terintimidasi dengan segala ucapan dan gerakan yang dibuat oleh Davin. Entahlah! Hanya itu hipotesa dalam pikiran Olyn saat ini.

Tapi tunggu, ada yang menganggu Pikiran Olyn

"Vin, Lo sama Laura ada apa sih?"

Olyn menyipitkan kedua matanya kearah Davin

"Maksud, Lo?"

"Lo mantannya Laura?"

Laura melotot, Davin melongo beberapa detik. Spechless dengan pertanyaan paling bodoh yang diucapkan Olyn.

"What?!"

"Enggaklah! Gila!" Batah Davin yang disambut rutukan Laura

"Enggaklah! Dih, amit-amit!"

"So?" Olyn masih belum puas menyelidik, menatap Laura

" Apa sih, Lyn?"

"Jadi, kenapa sepanjang ingatan gue kalian nggak pernah akur?, terutama Elo Ra,"

"Gue Apa?"

"Dimata gue, lo selalu ngerasa terintimidasi dan tersakiti sama apapun yang dilakukan Davin?"

Mata Laura membulat, tak ada bantahan dari pihak Laura, pun begitu dengan Davin. Davin terlihat menyimak, menunggu apa yang akan dikatakan Laura.

"Ya Ampun Lyn, Dia emang nyebelin, Sih"

"Ya nyebelin kenapa? Lo disakitin apa sama Davin?"

Olyn memutar matanya kearah Davin

"Dia itu Arogan, kasar banget sama cewek" Sembur Laura akhirnya, melirik kearah Davin yang menatapnya lekat.

"Kemarin pas kita mau ke Ban-"

"Hallo, Gue cabut!,"Potong Davin setengah berteriak sebelum membuka pintu dan pergi, membiarkan Laura yang akhirnya menceritakan kejadian 'memilukan' saat dirinya akan naik kereta ke Bandung beberapa hari yang lalu.

Olyn baru ingat, waktu itu dia memang melihat seseorang membantu Laura untuk naik kegerbong.

"Jadi cowok itu Davin? gue nggak gitu kelihatan sih,"

Laura manggut-manggut

"Tapi Lo bukannya harus makasih ya sama dia? Davin kan udah nolong lo, coba kalo lo nggak diangkat sama dia waktu itu? udah ketinggalan kereta pasti,"

"Ya ampun Lyn, dia udah ngawur pegang-pegang pinggul gue, dia juga pasti pegang bokong gue,"

Laura masih bersikukuh dengan pendapatnya bahwa Davin itu laki-laki arogan

"Yaelah Ra, lo ditolongin kali, nggak di grepe juga, Reaksi lo aja tuh, mendrama deh,"

Olyn beranjak. Membiarkan Laura manyun.

Belum ada tanda-tanda Laura akan berbicara. Mungkin dia sedang menimbang-nimbang analisa Olyn tentang 'tidak patutnya Davin disalahkan'. Davin lebih patut diberi reward atas kebaikan hatinya yang telah dengan suka rela serta suka cita membantunya.

Belum selesai Laura dengan lamunannya yang tidak diganggu oleh Olyn sama sekali, -- Yah pasti, Olyn lagi di kamar mandi, --

-Tok Tok-

Suara Notif ponsel Laura mengalihkan lamunannya, dia melihat nama 'Arogan' muncul di chat room WA nya. Yah, itu nomor Davin tentunya.

Arogan : Gue beliin bubble tea, mau?

L, Widya : Topping coklat, banyakin. sama Olyn, topping jelly

Cappuccino CupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang