Persis seperti mandat terakhir Papa-Mama Laura kemarin malam. Davino Wijaya Putra, sudah disahkan terhitung sejak ditetapkannya kemarin malam. (Jiah. Ngomong Apa Sih? 😂) Pagi ini Davin harus stand by di Rumah Sakit, mengurus Laura, menjaga Laura, membantu Laura ini dan itu, menggantikan Papa Utomo dan Mama Widya yang masih sibuk bekerja.
Yah. Papa Budi Utomo Adalah General Manajer di perusahaan Kosmetik Lokal yang tentu saja sibuk ini dan itu. Dan Mama Widya adalah Owner Ka-La Boutique yang juga pasti sibuk ini dan itu. Entahlah. Laura malas untuk membahas lebih detail mengenai pekerjaan orang tuanya, yang Laura tahu, mereka sedang sibuk saat ini.
Dan satu orang yang tak kalah sibuknya hari ini adalah Mbak Kanita, Bundanya Amel, yang juga harus super sibuk sebagai Ibu rumah tangga yang mengurus keponakannya yang 'kecilgenitalay'. Yah itulah kalimat yang akan dikatakam Laura tentang keponakan cantik semata wayangnya itu.
Yah. Dengan Dalih sibuk ini dan itulah, yang akhirnya membuat mereka 'menitipkan' Laura pada Davin.
Davin keluar dari kamar mandi setelah meninggalkan Laura disana, dia melihat screen ponselnya menyala.
Micella CC : Dikamar apa, Vin?
Vino W: Tulip Lt 3 no 2
♡♡♡
Laura meneliti Cella dari Ujung kaki sampai Kelapa, Cantik. Dan memang seperti yang Davin bilang, dada dan bokongnya penuh, bulat berisi.
Cella membawa bouquet bunga mawar kuning dan beberapa kotak roti ditangan kanan-kirinya. Kemudian Davin mengangsur bouquet dan kotak roti itu ketangannya.
"Hai, Udah Baikan?, gue Cella"
Cella mengulurkan jemarinya kearah Laura
"Hai, Laura." Laura membalas sapaan itu dengan senyum.
"Udah mendingan sih" Jawab Laura, bohong.
Tentu Saja dia masih merasakan kram dan nyeri diseluruh tubuhnya. Apa Cella tidak bisa berfikir lebih cerdas, semua orang pasti tahu bahwa orang yang kemarin pagi baru salto bergulung-guling diatas tanah itu pasti sekarang masih merasakan sakit. Begitulah kutukan yang dibaca Laura dalam hatinya saat ini.
Cella terlihat benar-benar salah dimatanya, seharusnya ucapan seperti 'Udah Baikan Belum?' adalah hal yang paling wajar dan paling sopan yang diucapkan seseorang saat menjenguk orang yang sedang sakit, tapi tidak untuk Cella, dia salah sudah bertanya seperti itu pada Laura.
Kemudian ketiganya diam, sampai suara pintu diketuk dan ada rombongan dokter orthopedi beserta perawat masuk dibelakangnya.
"Selamat Pagi" Sapa Dokter Paruh Baya itu dan diiringi beberapa senyum paling manis milik para perawat yang berjajar dibelakang punggungnya.
"Se--"
"Pagi, Dok." Jawab Davin menyela ucapan Laura yang masih menggantung
"Laura Widyatomo"
Dokter itu membaca papan nama diujung ranjang Laura
"Boleh lihat kakinya sebentar ya?"
Dengan tanpa izin tertulis atau terucap dari Laura, Davin menarik pelan selimut tebal Laura keatas, membiarkan Dokter itu melihat Jari kaki kirinya yang terbungkus perban dan gip yang tidak begitu besar.
"Bengkak ini sudah wajar, karena otot mengalami trauma, gipsnya tidak boleh dilepas dulu sampai 4 minggu"
Davin manggut-manggut.
"Nggak boleh banget ya Dok, gips nya dilepas?"
Laura mulai sibuk mengeluh
"Sebenarnya tanpa digips juga boleh, karena tulang yang patah sudah pasti akan tumbuh lagi, tapi fungsi gips disini sebagai penopang agar tulang-tulang baru yang tumbuh bisa lebih rapi dan kembali seperti semula, apalagi kemarin sudah dikasih pens kan kaki kamu" Jawab Dokter itu panjang dan membosan
"Jadi harus tetap pakai gips ya, Dok?"
Laura bertanya bodoh
"Iya, nanti sudah bisa pulang, tapi setiap seminggu sekali masih wajib check up, sampai batas yang belum bisa ditentukan, Okey?"
Dokter yang amat sangat sabar bagi Laura itu tersenyum lagi.
"Iya Dok"
♡♡♡
"Gue balik dulu ya Vin, Ra."
"Okey" Davin beranjak dari duduknya
"Cepet sembuh, ya" Cella ikut beranjak dari duduknya
"Iya. Thanks udah repot jengukin" Laura tersenyum semanis mungkin
"No Problem" Cella balik tersenyum
"Gue anter kedepan, bentar ya, Ra." Ucap Davin pada Cella dan Laura, melihat kearah Laura dan Cella bergantian
Ra? baru dikesempatan inilah Davin memanggil namanya. Laura mengangguk tak tertarik.
Nggak usah balik aja sekalian, pacaran sono!
♡♡♡
-Drrrrt-
Ponsel Laura berdering
Olynavita. nama itu bergoyang-goyang di screen Iphone Laura yang tidak di beri keyword. Davin melirik Ponsel itu sebentar.
"Lauraaa," Khas Suara merajuk Olyn
"Lo gimana? udah baikan? sorry sorry sorry banget gue kemarin belum bisa tengok lo, kemarin pulang OSJUR langsung ngampus sampe malem. Lo nggak marah kan? ini gue Otw kesana yah, di RS mana? kamar apa?"
Sepertinya Davin pusing sendiri mendengar gemuruh rusuh suara Olyn disebrang sana.
"Laura lagi di kamar mandi"
Jawab Davin akhirnya
"Loh?" Belum sempat Olyn bertanya, sambungan telponya sudah diputus sepihak oleh Davin bebarengan saat Laura keluar dari kamar mandi.
"Temen lo telfon barusan, rusuh banget"
Laura berdecak, memutar bola matanya, sepertinya si arogan sudah kembali. Yap! Setelah 24 jam kemarin Davin terlihat jinak dalam kepura-puraanya, sepertinya sekarang dia lelah dan memilih untuk mengakhiri dramanya.
"Lo tuh yang rusuh!" Laura menyambar Ponselnya dari angsuran tangan Davin.
♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Cappuccino Cup
Teen FictionPertengkaran tidak jelas antara Laura dan Senior Se-Prodi nya itu awalnya terasa biasa saja bagi Laura. Karena sudah dipastikan, Laura hanya menganggap Senior Arogan-nya itu tak lebih dari setitik 'debu kecil' yang mengotori baju-bajunya. Tapi mungk...