Sepuluh

533 51 0
                                    

Terdengar Davin membuang nafas.

"Di.. Dia yang jahat, apa gue ya.. yang terlalu bodoh?"

Cella masih merutuki dirinya sendiri

"Gue anter lo pulang sekarang,"

Davin beranjak dari duduknya. Terlihat Cella yang menggeleng pelan, sepertinya sangat enggan untuk beranjak dari duduknya.

"Gue ng.. nggak mau pulang, tunggu se.. bentar lagi, temen lo pasti lagi.. lagi si..buk" Cella menolak,

Davin mengedarkan pandangannya, caffe ini masih sepi, tentu saja, Cella memang sengaja booked caffe itu dari kemarin siang sampai pagi ini hanya untuk merayakan pesta ulang tahun mantan kekasihnya.

Terlihat banyak pigora yang menggantung cantik disetiap sudut dinding caffe, menampilkan potret laki-laki dan perempuan dalam berbagai pose foto, semua foto itu diambil antara dua sampai satu tahun lalu. Yap. itu foto Cella dan mantan kekasihnya.

♡♡♡

Davin membuka matanya berat, meraih ponselnya yang tergeletak dinakas sebelah ranjangnya. Dia membuka keyword screen ponselnya, seperti mencari sesuatu disana, melihat laman pesan yang dikirimnya pada Laura tadi, masih belum ada pesan balasan dari Laura.

Davin membuka laman chat room Wa nya,

Vino W : Ngebo sana, gak usah mewek berkepanjangan lah

Micella CC : 😪

L, Widya : Ya

Rupanya ada chatting susulan dibawah list chatting Cella

Laura membuka matanya malas saat mendengar getaran ponselnya dinakas.

Arogan : Take care ya, Sorry tadi nggak balik, ada yang urgent 🙏

L, Widya : Ya

Laura melihat riwayat chatting-nya dengan Davin, sedikit tidak manusiawi memang, tapi sudahlah.

Nggak penting juga,

Laura meletakkan ponselnya diatas nakas disebelah ranjangnya, menarik selimut tebalnya sampai keleher, menatap langit-langit kaca kamarnya sebentar, ada banyak kelipan bintang disana.

Cantik memang, tapi detik selanjutnya, Laura memutuskan untuk memejamkan matanya lagi, tak menghiraukan langit malam yang berkelip-kelip indah, pun dengan chatting balasan dari Davin,

Arogan : Nite 😪

Davin menarik nafas sejenak, menahanya diperut sebentar, lalu membuangnya perlahan.

Yah. besok pasti akan lebih baik

Cappuccino CupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang