Duabelas

507 41 0
                                    

"Laura, ih. Ketawanya nggak cantik banget"

Mama Widya memperingati Laura agar mulai merubah sikap gesreknya itu kejalur yang benar.

"Nggak gitu mah, Laura ketawa emang karena horor banget" Jawab Laura Asal.

Horor? Bukannya kalau Lo ngerasa Horor. Lo harus Bergidik yah? nggak Kepingkal gitu. entahlah! Bahasa manusia sekarang memang terlalu menakutkan.

"Suka-suka deh. mama berangkat dulu, ya."

Mama Widya beranjak dari meja makan. meninggalkan Laura yang masih dengan piyama kedodorannya. Nggak bau surgawi banget model lo, Ra. Mungkin kalimat itulah yang akan Davin lontarkan saat melihat kelakuan jahanam Laura itu.

L, Widya : Senino7.30-13.55

L, Widya : Rabu10 00- 16.30

L, Widya : Kamis 18.30 21.30

L, Widya : Jum"at 20.0- 21 55

Davin mencibir melihat chat childish Laura.

"Ketahuan banget model nggak benernya. nulis chat aja nggak bisa bener begitu. Acakadul!"

Gumam Davin membidik sasaran yang memang tepat, dan Dia Bingo!

Tapi itu hanya hipotesa tak manusiawi Davin pada Laura. Coba Anologikan, gimana bisa nulis benar kalau jalan aja dia nggak bisa benar? Tapi, nulis chat yang awal tadi bener-bener aja kan,? *Plaak :D

♡♡♡

Laura mengernyit. merasakan banyak kram disekitar kakinya, lengannya, perutnya, dan bahkan mulutnya yang mulai lapar. Dia meronta tak jelas, entah pada siapa meronta dan ingin berontak.

Arogan : Besok Rabu, Lo masuk nggak kuliyah nggak? 😝

Arogan : Udah baikan belom? 😄 Besok ngampus?

Arogan : Besok gue jemput jam berapa? 😕

Arogan : hai, 😊

Begitulah rentetan Pesan WA Davin yang akan dia kirimkan pada Laura, tapi urung, karena dia menghapus semua itu.

"Makasih yah mbk Las"

Laura meletakkan piring kosong dimeja makan.

"Nanti mama pulang jangan bangunin aku. kecuali kalau papa yang pulang" Teriak Laura ngeloyor kekamarnya, dikanan tangga, karena sejak kaki Laura cidera, dia terpaksa harus migrasi ke kamar tamu itu.

"Ya mbak" Jawab Mbak Lastri.

Laura beringsut malas dari tidur tak berfaedahnya, mengambil ponselnya yang bergetar diatas nakas.

Arogan : Besok ngampus nggak?

L, Widya : Besok gue kabarin lagi, belom tau soalnya

Arogan : Hap.

Laura mengangsur ponselnya keatas nakas, dia berkidik sebentar, sempat memikirkan kenapa Davin tak secerewet biasanya.

L, Widya : Oh ya,

Dahi Davin mengernyit, memikirkan kalimat terpotong Laura itu, Yap. Laura memencet tombol enter tanpa sengaja.

Arogan : ?

Lama Ponsel Davin tak bergetar. Laura mengetik agak panjang

L, Widya : gue lupa bilang sama lo, lo nggak harus anter-jemput-jagain gue kok. gue bisa sendiri, nyokap gue aja yang terlalu dramatis

Arogan : gue nggak jilat ludah gue

L, Widya : Gue cuma kasih lo hak asasi aja

Arogan : Okey 🙋😪

dan Obrolan mereka malam itu pun  diakhiri dengan emoticon nggak penting Davin yang dia kirim pada Riwayat Chatting mereka.

Cappuccino CupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang