Tigabelas

473 44 0
                                    

Davin memarkir motor gedenya di depan gerbang Rumah Laura sekitar lima menit lalu. Hari ini Laura memutuskan untuk pergi kuliyah, karena sudah satu minggu dia mengambil cuti kemarin.

"Udah sarapan, Vin?"

Mama Widya mengangsur cangkir teh keatas meja didepan Davin

"Udah, tan"

"Diminum yah, Vin"

"Iya, makasih tante" Davin tersenyum lagi

"Tante makasih loh ya, kamu udah mau ngurusin Laura selama dia masa rehab ini"

"Iya tan, sudah jadi tanggung jawab Davin juga"

Jiah. tanggung jawab, serem!

Mama Widya dan Davin menukar senyum

Cakep, kayaknya anak baik-baik, dan yang paling penting dia nggak ngelanggar ucapannya untuk jagain Laura, good boy! Mama Widya sibuk membatin

"Kuliyah kamu sendiri gimana?"

"Alhamdulillah, lancar tante."

Mama Widya manggut-manggut

"Iya. Semoga Laura secepatnya pulih, biar nggak ngerepotin kamu juga"

Davin tersenyum. meng-Amini dalam hati

Semoga!

Davin melirik Mama Widya sekilas, ada yang berputar diotaknya

Mendadak jadi slow down baby gini si tante Widya.

Davin Sibuk membatin.

Yah, Davin mengingat lagi moment satu minggu lalu, moment yang benar-benar megintimidasi dirinya. Tentang tuntutan tegas Mama Widya dan Papa Utomo pada Davin agar bertanggung jawab sepenuhnya pada Laura. Mengurus Laura dikampus dan Check up setiap minggu. Tentu saja tuntutan itu sangat membuat Davin riweh, ditengah-tengah sibuknya dia Ngampus, mengurus organisasi, harus ditambah lagi dengan mengurus si Jutek Laura itu!

Davin melihat kaki Laura yang baru saja keluar dari kamarnya.

Cewek ceroboh!

"Laura berangkat yah, Ma."

Laura mencium punggung tangan Mama Widya

"Iya. hati-hati ya Vin, bawa mobilnya."

Mama Widya menepuk halus bahu Davin

Davin tersenyum kikuk.

Mobil?

Pertama kali yang dilihat Laura saat sudah berada diteras rumahnya, adalah 'Kawasaki Vulcan S' Davin yang diparkir gagah didepan gerbang rumahnya

"Lo, nggak nyuruh gue naikin moge kan?"

Laura menyipitkan sebelah matanya, meminta penjelasan Davin

Davin mengatupkan bibirnya, sebelum akhirnya tersenyum canggung dan mengangguk ragu

"Bawa mobil gue aja, Lo ada SIM kan?"

"Dirumah"

Laura memutar bola matanya, membuang nafasnya sedikit kasar

"Okey, pesen Uber aja," Laura mengeluarkan Ponselnya

Davin menarik bibirnya horizontal, seperti memang tidak harus berkata apa lagi.

"Tau gitu gue bareng Olyn aja," Laura menggerutu kecil "nggak guna, deh"

"Mulut lo.."

Davin geleng-geleng

"Emang iya kan?"

"Okey. Whatever" Davin memegang pundak Laura dengan kedua telapak tangan lebarnya, berniat membantunya menuruni tangga

Laura terlonjak

"Apa sih? pegang-pegang"

Laura menggerakkan bahunya kedepan, berusaha melepas genggaman tangan Davin dibahunya

"Dibantuin juga"

"Nggak usah, makasih, gue bisa sendiri"

Davin manggut-manggu sambil menarik melengkung bibirnya kebawah

"Singkirin moge Lo, tuh"

♡♡♡

Laura dan Davin berjalan beriringan dikoridor kampus, sesekali terlihat Davin memperhatikan kaki Laura di samping kakinya. It's ok, mungkin takut kesandung lagi kali ya.

Mereka masih terus berjalan beriringan sampai suara seseorang menjadi jarak diantara keduanya

"Hai, Ra"

Entah dari mana datangnya, Cella tersenyum ceria kearah Laura, yang disambut oleh senyum kikuk Laura
"Hai, Cel"

Laura melihat Cella yang tiba-tiba melingkarkan lengannya dilengan Davin

"Caffe, yuk."

Cella mengajak kearah Davin, dan Ajakan itu lebih terdengar seperti rengekan di telinga Laura

"Gue ngopi dulu ya, nanti kalau udah pulang kabarin aja,"

Davin menatap Laura,

Laura hanya menarik melengkung bibir bawahnya, tanpa menjawab ucapan Davin

"Duluan ya, Ra. ini udah kelas kamu kan?" Cella memcoba memastikan,

Laura hanya mengangguk, dan dibalas dengan senyuman cantik Cella.

Davin melambaikan tangan kanannya pada Laura sebelum benar-benar hilang ditikungan koridor.

Dan masih jelas terlihat, Cella tetap melingkarkan lengannya dilengan Davin.

Norak!

♡♡♡

Cappuccino CupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang