Limabelas

478 40 0
                                    

Dering panggilan masuk, disambut opsi Rejected. Dering panggilan masuk lagi, sambut opsi Rejected lagi,  begitu seterusnya.

Tangan Kekar itu seperti tak lelah untuk menyentuh tanda merah discreen ponselnya,

Ciwi Ceci Calling

Rejected.

Ciwi Ceci Calling

Rejected.

-Awh-

Laura menjerit kaget

Laki-laki ber-kacamata coklat itu terlalu sibuk menyentuh ponselnya sehingga tak melihat Laura yang berjalan di menunduk didepannya karena sibuk membenarkan resleting tasnya.

Mata laki-laki itu refleks membulat lebar saat melihat Laura yang terhuyung kebelakang, dengan sigap laki-laki itu menarik pinggul Laura kearahnya, dan sekali lagi, dahi Laura terantuk dada bidang itu.

Jeda beberapa detik

"Kak ABIIIII. Kok peluk aunty sih?!"

Suara cempreng kaleng milik Amel membuyarkan adegan paling norak disinetron itu

Abiyan melepas pelukannya pada Laura

"Tadi aunty kamu mau jatuh, kakak tolongin"

Abiyan sudah jongkok didepan Amel yang bersungut-sungut

"Udah dateng, Ra?"

Mbak Kanita ikut muncul didepan pintu dengan nampan penuh berisi Bolen disana

"Elah, alay banget"

Laura menjitak kepala Amel

"AUNTYYYY,"

Laura berjalan cuek kearah mbak Kanita yang tertawa melihat Amel manyun lima centi.
Abiyan yang sudah berdiri tersenyum sekilas.

♡♡♡

"Kamu kok sendiri, Ra? Mama bilang tadi sama senior kamu itu?"

Tak perlu dijelaskan lagi siapa yang dimaksud Mbak Kanita

"Nggak kok, Mbak. Mama ngasal aja"

Laura sibuk mengunyah Bolen Pisang ditangan kanannya.

"Kirain sama dia, mbak juga udah bungkusin buat dia juga"

Mbak Kanita masih sibuk menata beberapa Bolen dikotak kue

Laura menoleh shock kearah mbak Kanita

"Ngapain coba bungkin dia segala?"

"Ya nggak apa-apa, inget, sedekah itu menolak musibah"

Laura belum menanggapi, memilih sibuk mengunyah lagi Bolennya

"Jadi jangan pelit" Mbak Kanita menutup kotak kue paling ujung.

Total ada empat kotak kue disana yang tiga berukuran sama sedang dan yang satu berukuran lebih besar

"Sketch gownnya mbak Rena, mana Mbak?"

"Diruang kerja, Mbak ambilin sebentar"

Mbak Kanita berdiri membuka pintu disebelah lorong menuju menuju Dapur

Laura mengedarkan pandangannya, dia menemukan Amel yang terlihat sibuk dengan guru lesnya.

"Amel les apaan mbak?"

Laura mulai beratanya lagi saat Mbak Kanita sudah mengangsur beberapa lembar paper sketch kearahnya

"MIPA"

"Udah lama?"

"Baru seminggu, sih. kenapa?"

"Kok dia udah deket aja sama guru lesnya?"

Laura melihat Abiyan mengusap kepala Amel yang sibuk dengan coretan dibukunya

"Ckck, kamu tau sendiri lah gimana genitnya si Amel sama cowok bening dikit?"

Laura tertawa

"Anak kamu tuh Mbak"

Mbak Kanita ikut tertawa

"Tapi mbak nggak worry gitu?"

"Kenapa?"

Laura mendekatkan mukanya kearah mbak Kanita, berbisik sebentar

"Sekarang banyak pedofil kan?"

Mbak Kanita menjauhkan telinganya dari mulut Laura

"Ah nggak lah, dia adiknya temen Mas Andi kok"

"Hooh" Laura manggut-manggut

♡♡♡

Laura mengeluarkan kruknya dari mobil setelah Abiyan membuka pintunya. Ada siluet cahaya lampu mobil laim dibelakang mobil Abiyan yang juga mencari lapak parkir didepan pagar tinggi rumah Laura.

Empat mata dimobil Cella itu mengekor Laura dan Abiyan yang berajalan memasuki pelataran rumah Laura.
Davin memjamkan matanya didepan kemudi.

"Gue ambil motor gue besok aja, kita balik sekarang"

Davin menginjak pedal gas mobil sesaat setelah melihat mata merah Cella.

Cappuccino CupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang