Janji Suci

9.3K 897 25
                                    

"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan Allah ialah Dia menciptakan untukmu istri-istrimu dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan Allah menjadikannya diantara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.." (Q.S Ar-Rum:21)

Edwin selesai membacakan salah satu ayat dari Al-Qur'an dengan penuh khusyu' dan juga tartil. Sesekali Edwin menyeka keringatnya sebesar biji jagung yang turun. Dadanya bergemuruh hebat, rasanya ketika pertama kali Edwin menjadi jaksa di persidangan tidak segugup ini. Hari ini benar-benar nano-nano rasanya.

"Nih Bang, minun dulu biar ngga gugup." Rivan—adik kandungnya setelah Mai memberikan sebotol air mineral padanya dan tanpa babibu lagi, Edwin langsung menenggaknya hingga tersisa setengah botol.

"Haus Bang? Kayak ngga pernah ketemu aer aja si." Goda Rivan.

"Diem lo! Ngga tau apa lagi gugup gini."

Rivan terbahak mendengar perkataan Edwin. "Gue jauh-jauh dari Malang bukannya disambut malah disambit yee."

"Ya lo bercandanya ngga liat sikon."

"Edwin siap-siap penghulunya udah datang." Kata Emir—adik ipar Ayahnya yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.

Mampus gue mampus! Astaghfirullah.

Edwin sudah menggenggam tangan Arman dengan mantap. Meskipun dalam hatinya sangat gugup, tapi sebisa mungkin tak ia perlihatkan pada laki-laki yang sebentar lagi menjadi Ayahnya. Biar bagaimanapun juga Edwin harus terlihat meyakinkan.

Edwin mengingat lagi beberapa waktu yang lalu saat meyakinkan Anna agar Ayahnya datang dan menjadi wali nikahnya. Biar bagaimanapun, sebenci apapun Anna pada Ayahnya, Arman tetaplah Ayah kandungnya. Dan ketika menikah seorang anak perempuan harus di walikan oleh ayahnya jika ayahnya masih hidup. Kecuali kalau Ayahnya itu memberikan mandat kepada wali hakim.

Edwin jadi teringat dengan hadist Nabi yang juga sering di dengarnya waktu mengikuti kajian tentang pernikahan
Dari Aisyah ra. Ia berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: siapapun perempuan yang menikah dengan tidak seizin walinya, maka batallah pernikahannya.

Edwin menghela napas dalam, untunglah Anna bisa luluh. Kalau tidak? Bisa batal pernikahannya ini. Jangan sampai deh!

"Ananda Edwin Haristama, aku nikahkan engkau dengan putri kandungku, Anna Shopia Lubis binti Arman Wijaya Lubis dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas seberat 50 gram di bayar tunai."

"Saya terima nikahnya Anna Shopia Lubis binti Arman Wijaya Lubis dengan mas kawin tersebut di bayar tunai."

"Bagaimana para saksi, sah?"

SAH

SAH

ALHAMDULILLAH...

Edwin menghela napas lega saat ijab qabul telah selesai diucapkan dengan lancar dan dengan satu tarikan napas. Edwin tahu kalimat yang baru diucapkannya bukanlah kalimat main-main. Melainkan janji sakral nan suci bukan hanya kepada Ayah Anna saja tetapi ini adalah perjanjiannya pada Tuhan. Dan saat ia mengucapkan kalimat sakral itu Arsy-Nya berguncang akibat beratnya perjanjian yang telah dibuat olehnya dihadapan Allah SWT. Dengan disaksikan oleh para malaikat dan juga manusia.

Maka aku tanggung dosa-dosanya si dia dari ayah dan ibunya. Dosa apa saja yang telah dilakukan dari tidak menutup aurat hingga meninggalkan shalat. Semua yang berhubungan dengan dia, aku tanggung dan bukan lagi orang tua yang menanggung. Serta akan aku tanggung semua dosa calon anak-anakku. Jika aku gagal, maka aku adalah suami yang fasik, ingkar, dan aku rela masuk api neraka. Aku rela malaikat menyiksaku hingga hancur tubuhku.

Never Let You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang