Kehilangan

7.5K 693 15
                                    

"Apa benar dia itu adikku?"

Satu pertanyaan lolos dari bibir tipis Anna yang berhasil membuat Edwin kesulitan untuk menelan salivanya sendiri. Edwin bingung, dari mana Anna tahu mengenai Shelma. Bukan. Dari mana Anna tahu kalau ia bersaudara dengan shelma.

Dari dulu Edwin harus mengakui kalau Anna mempunyai otak yang cemerlang. Intelligence Quotient atau IQ yang dimiliki Anna  di atas rata-rata. Jadi ia bisa dengan mudah menebaknya. Begitu pikiran Edwin.

"Ke.. Kenapa kamu bisa bilang begitu?" tanya Edwin. Lidahnya tiba-tiba menjadi kelu.

" Ya aku cuma nebak aja. Coba deh Win kamu pikirin. Ayah kamu diakuin sebagai Papa orang. Bisa aja kan dia itu emang adik aku. Apalagi tadi Nadia sempat bilang kalau aku sama dia mirip," jelas Anna panjang lebar. Ternyata tidak butuh otak cerdas untuk mengetahui kalau mereka adalah kakak beradik, Nadia saja bisa tahu akan hal itu.

"Kapan kamu ketemu Shelma?"

Anna mengernyitkan dahi tanda bingung, kok bisa Edwin kenal dengan Shelma.

"Kok kamu kenal Shelma?" tanya Anna balik, ia semakin penasaran dengan rahasia di balik semua ini.

"Dia itu junior aku di kampus," jawab Edwin. Satu fakta yang ia sembunyikan dari Anna kalau Shelma adalah mantan pacarnya.

"Ada hal yang kamu sembunyikan dari aku ya, Win." Anna semakin menatap lekat wajah Edwin yang berubah tegang, "kamu tahu kan kalau aku paling benci pembohong," lanjut Anna.

"Dia juga mantan pacar aku," akhirnya Edwin mengakui.

"Bukan itu Win yang aku maksud, kamu tahu tentang kami, kan? Maksud aku kamu tahu kalau kita itu bersaudara?"

Wajah Edwin semakin menegang, ia tidak menyangka kalau pertanyaan itu keluar secepat ini dari Anna. Karena jujur, ia juga belum mempersiapkan jawaban jika suatu waktu Anna bertanya padanya.

"Jangan diam aja, Win. Say something, please," Anna memandang Edwin dengan tatapan memohon. Edwin jadi tidak tega melihatnya.

"Aku nggak berhak bilang ini sebenernya Ann, tapi hipotesa aku bilang kalau jawabannya adalah iya."

Mata Anna membulat sempurna. Bisa-bisanya Edwin menyimpan rahasia sebesar ini darinya.

"Sejak kapan kamu tahu?"

Edwin menghela napas panjang, ia sudah siap kalau Anna ingin menyalahkannya atau memarahinya saat ini juga.

"Sebenarnya waktu itu Shelma menghubungi aku untuk meminta tolong mencarikan kuasa hukum untuk Papanya. Disitu aku belum tahu kalau yang Shelma maksud Papanya adalah Ayah. Dan aku langsung menghubungi Om Tito, aku nggak tahu kalau Om Tito malah menunjuk kamu buat nanganin kasusnya. Enggak lama dari situ kamu cerita ke aku kalau kamu akan nanganin kasus ayah kamu sendiri. Dan waktu dipersidangan ayah aku melihat Shelma, dan dia sempat bilang kalau itu adalah persidangan Papanya. Disitu aku mikir, kalau Ayah kamu itu berarti Papanya Shelma juga," jelas Edwin panjang lebar. "Aku siap kalau kamu marah sama aku, aku siap kalau kamu nyalahin aku karena merahasiakan ini semua. Aku bingung, aku bingung harus mulai dari mana. Tapi itu baru hipotesa aku, kamu bisa cari jawabannya sendiri melalui ayah."

Anna bangkit dari duduknya, ia buru-buru mengambil tas kemudian keluar dari ruang kerjanya. Edwin mengikutinya dari belakang. Sayup-sayup terdengar bisikan kalau keduanya sedang berantem.

"Lagi berantem ya si Anna sama suaminya?"

"Masa baru seminggu nikah udah berantem sih?"

Namun Edwin tak memedulikan itu, ia hanya fokus pada Anna yang berjalan di depannya.

Never Let You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang