Kabar Burung

8.4K 712 29
                                    

Anna dan Edwin sudah duduk di samping gundukan tanah. Anna mengusap batu nisan yang bertuliskan nama ibunya di sana. Pagi ini, ia meminta Edwin untuk menemaninya mengunjungi ibunya. Kebetulan mereka mendapat hari libur yang sama. Karena jarang seperti ini. Biasanya kalau Edwin libur, Anna tidak. Anna libur Edwin tidak. Tapi hari ini keduanya sama-sama libur.

Edwin membimbing Anna membacakan surah yasin sebagai hadiah untuk ibunya. Kemudian dilanjutkan dengan doa. Keduanya terlihat sangat khusyu' memanjatkan doa untuk Marini.

"Assalamu'alaikum ibu, Anna datang sama Edwin," kata Anna pada batu nisan Marini. Seolah-olah ia sedang berbicara pada ibunya. "Ibu apa kabar? Bagaimana di sana? Ibu jangan khawatirkan Anna di sini karena sudah ada Edwin yang menjaga Anna. Hubungan Anna sama ayah juga semakin membaik. Ayah sudah kasih Anna surat dari ibu dan Anna sudah baca isinya. Anna lagi belajar bu untuk jadi istri yang baik buat suami Anna. Ibu yang tenang di sana ya, insya Allah Anna akan sering-sering mengunjungi ibu." Anna segera menabur bunga di atas makam ibunya.

"Kamu mau ngomong apa Win sama ibu?"

Kini bergantian, Edwin yang ada di samping batu nisan Marini. Ia mengusap nisan itu kemudian berbicara. "Ibu, Edwin berjanji akan menjaga Anna sepenuh jiwa dan raga Edwin. Ibu tenang saja, Anna juga bagian dari hidup Edwin. Bahagianya juga bahagia Edwin. Sedihnya juga sedihnya Edwin. Kalau masalah cucu, doakan saja ya bu kami juga sedang berusaha."

"Edwin jangan ngomong itu sama ibu," tukas Anna. Edwin hanya terkekeh. Kemudian ia menyiram makam Marini dengan air mawar.

Dirasa cukup, keduanya langsung pergi dengan sebelumnya meminta izin pada Marini.

"Anna sama Edwin permisi pulang ya, Bu. Ibu jangan khawatir, Anna selalu mengirim doa untuk ibu disetiap shalat Anna. Edwin bilang doa anak yang shaleh adalah paket pahala untuk orang tuanya yang sudah tiada."

Edwin mengusap kepala Anna yang tertutup oleh pashmina. Ia senang, ternyata ucapannya diingat oleh Anna.

"Pamit ya Bu," sekali lagi Edwin mengusap batu nisan Marini. Kemudian ia bergumam, "doakan semoga ibu cepet dapat cucu dari kami."

"Edwin kamu ngomong apa sama ibu?"

"Bukan apa-apa kok, ayo pulang."

Keduanya meninggalkan makam Marini. Anna sudah jauh lebih baik, ia sudah tidak bersedih lagi dengan kenyataan kalau ibunya sudah lebih pulang kepada Sang Pencipta.

=Never Let You Go=

"Halo kamu dimana? Aku udah di lobby nih," ucap seorang laki-laki memakai kemeja berwarna hitam. Tangannya memegang handphone yang tersambung ke teman bicaranya di seberang sana.

"Ehm Bayu, i'm so so sorry. Aku nggak bisa datang nemuin kamu. Suami aku ada di rumah."

"Apa? Jadi kamu udah punya suami?"

"Emm iya, maaf aku nggak jujur sama kamu."

"Sial!!" Bayu mengumpat. Kalau tahu perempuan yang baru saja dikenalnya itu sudah memiliki suami, ia tidak akan mau selama ini melayani chat dengannya.

Bayu dan Tia bertemu di salah satu aplikasi jodoh yang ia download. Sebenarnya awal niat Bayu hanya iseng-iseng saja, mengingat cerita beberapa orang yang bisa menemukan jodoh di aplikasi itu. Akhirnya Bayu ikut tergiur, dan berkenalan dengan Tia. Sudah sebulan ini mereka aktif di chat dan Bayu mulai yakin kalau Tia adalah jodoh yang diberikan Tuhan kepadanya. Meskipun mereka tidak pernah bertemu secara langsung, tapi ia merasa kalau ia dan Tia begitu cocok.

Hingga hari ini Bayu dan Tia berencana untuk bertemu pertama kali di Grand Indonesia. Meskipun baru pertama kali, Bayu sudah berniat untuk membawa hubungan ini serius. Bayu tidak ingin berlama-lama lagi, mengingat usianya sudah cukup matang.

Never Let You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang