Sidang Pertama

8.8K 830 21
                                    

"Mau makan apa?" Tanya Edwin pada Anna. Saat ini mereka tengah berada di jalan raya depan rumah sakit.

"Apa aja deh, yang penting warungnya masih buka." Jawab Anna. Anna melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul setengah sebelas malam.

Angin malam berhembus sangat kencang hingga menusuk sampai ke tulang. Anna memeluk dirinya sendiri karena kedinginan. Salahnya sih, karena lupa membawa sweaternya.

"Kode banget sih pengen di peluk." Anna melotot ke pemilik suara itu. Bukannya takut Edwin malah terkekeh geli. Sedetik berikutnya, Edwin menyampirkan jas hitam yang tadi dibawanya ke bahu Anna. Kemudian Edwin membantu Anna untuk memakai jas itu yang sangat kebesaran di tubuh Anna. Jas itu melahap sempurna tubuh Anna.

"Kurus banget sih." Ledek Edwin. Biasanya sih cewek suka kesal kalau membahas berat badannya. Edwin ingin tahu bagaimana reaksi Anna.

"Ini juga lagi usaha gemukin Win." Anna menoleh ke arah Edwin, kemudian pandangannya kembali fokus ke arah depan. Menatap jalanan yang mulai sepi. "Heran ya, diluar sana banyak cewek yang pengen kurus, lah gue di sini malah pengen gemuk." Anna terkekeh sendiri.

"Iya.. Bahkan sampe ada loh Ann yang diet super ketat gitu. Malah jadinya nyiksa diri sendiri. Kalo udah sakit kan ribet. Terus malah ada yang sampe sedot lemak. Mikirinnya aja ngeri."

Anna mengernyit, kok Edwin bisa tahu masalah cewek zaman sekarang?

"Kok lo–kamu tahu, Win?" Tanya Anna.

"Rekan aku di Kejari (Kejaksaan Negeri) ada yang program diet ketat gitu sampe masuk ke rumah sakit. Aku sempet nengokin dia, Ann."

"Oh..." Anna mengangguk.

"Ann..."

"Hm?"

"Bikin perjanjian yuk."

"Apa?"

"Kalo ngomong harus pake aku-kamu. Kalo keceplosan lo–gue dapet hukuman."

"Hukumannya apa?"

"Cium."

"Ish ogah!! Itu sih lo yang menang banyak."

"Ih itu ngomongnya! Sini cium!"

"Ngga mau, titik!"

Keduanya sama-sama tertawa, hingga tanpa terasa keduanya telah berjalan sejauh 500 meter. Mereka melihat tenda milik pedagang kaki lima yang dipasang di pinggir jalan. Keduanya lalu masuk.

"Mau pesen apa?" Tanya Anna. Keduanya duduk bersebelahan. Ohiya meskipun Edwin dari keluarga yang berada, tapi jaksa muda itu tidak malu makan di pinggir jalan seperti ini. Siapa lagi kalau bukan Anna yang ngajarin.

"Biasa." Jawab Edwin singkat.

"Tapi disini ngga ada menu ayam penyet loh." Anna tahu betul makanan kesukaan Edwin itu apa. Katanya ayam penyet di kaki lima lebih maknyusss dari pada yang di restoran-restoran. Jadi setiap mereka makan bersama seperti ini menu itulah yang Edwin pilih.

"Ayam goreng aja, terus minta di penyetin sama abangnya."

"Hahaha bisa aja kamu." Anna tertawa menunjukkan eyes smilenya. Buat laki-laki disampingnya itu gemas sendiri.

"Win.."

"Hm?"

"Kamu itu kalo di persidangan memukau banget lho, tapi kok takut sama hantu?" Tanya Anna menyelidik. Anna tahu banget tadi Edwin ketakutan gitu waktu turun dari rooftop rumah sakit. Sepanjang perjalanan yang mereka lewati hanya ada mereka saja berdua.

Never Let You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang