Chapter 7

17.2K 289 0
                                    

Ben memarkir mobilnya persis di depan butik Anne seperti yang ia lakukan sebelumnya. Hanya saja hari ini cuaca cerah, berbeda dengan kemarin yang diwarnai gerimis sepanjang sore. Langit tampak bersih tanpa segumpal awan. Matahari juga masih menampakkan diri dan memancarkan sinar hangatnya. Dan kecil kemungkinannya akan turun hujan sore ini. Tapi entah untuk malam nanti. Terkadang cuaca tak bisa diprediksi dan bisa berubah sewaktu-waktu.

Ben sudah turun dari mobilnya beberapa detik yang lalu, namun cowok itu urung untuk melangkah masuk ke dalam butik. Alasannya? Ada seorang pengunjung di dalam sana dan Ben tidak mau mengganggu aktifitas Anne.

Seorang gadis seumuran Anne tampak sedang sibuk memilih-milih pakaian di dalam butik. Sesekali ia mematut diri di depan cermin dengan pakaian yang dipilihnya. Sementara Anne lebih sibuk lagi karena harus melayani pelanggan itu. Ia harus memilih pakaian terbaik sembari mengeluarkan jurus rayuan maut ala-ala tim marketing agar pelanggan itu mau membeli pakaiannya.

Tapi, tunggu!

Ben mempertajam penglihatannya kembali. Benarkah itu Anne? batinnya takjub.

Lihatlah di dalam sana. Anne begitu berbeda dari yang Ben kenal. Gadis itu tampak begitu lihai berbicara mempromosikan pakaian hasil karyanya. Dengan gerakan lincah ia memilihkan pakaian untuk si pelanggan. Menawarkan model ini dan itu sembari berceloteh ke sana kemari. Dan gadis itu juga merekahkan senyum hangat di bibirnya. Bahkan lebih sering dari itu.

Benarkah ia Anne? batin Ben tak mempercayai apa yang dilihatnya. Benarkah gadis yang sedang tersenyum pada seorang pelanggan di dalam butik itu, gadis yang sama dengan kemarin? Lantas ke mana perginya sikap kasar dan tatapan dingin itu? Apa jangan-jangan gadis itu memiliki kepribadian ganda? Bipolar?
Atau ia hanya bersikap profesional sebagai seorang seller sejati yang harus bersikap ramah demi menarik minat customer agar membeli produknya?

Bahkan sampai beberapa menit kemudian, saat sang pelanggan keluar dari butik seraya menenteng dua buah paper bag berukuran sedang, Ben belum jua mendapatkan jawaban atas serentet pertanyaan yang menyerang benaknya. Tapi Ben harus memuji kelihaian Anne dalam menjual produknya. Meski ia gadis aneh, tapi kemampuan berbinisnya lumayan bisa diandalkan. Namun sayangnya, Anne memiliki sisi kelam dari dirinya dan Ben akan berusaha mencari tahu sebabnya.

Ben memutuskan untuk masuk ke dalam butik setelah pelanggan itu naik ke dalam taksi yang baru saja diberhentikannya. Cowok itu langsung mendorong pintu kaca dan menyeruak masuk ke dalam butik.

Seketika Anne menoleh ke arah pintu dan tampaklah raut terkejut terlukis di wajah cantik gadis itu. Ia sama sekali tidak menduga jika Ben akan datang lagi ke butik miliknya setelah peristiwa memalukan kemarin. Anne merasa tidak seharusnya melakukan hal itu kemarin.

"Apa Ibu yang menyuruhmu ke sini?" tegur Anne untuk memastikan karena kemarin Ibunya menyuruh Ben untuk datang. Gadis itu mengalihkan perhatiannya dari sosok Ben dan kembali meneruskan pekerjaannya merapikan pakaian-pakaian di pajangan seolah tak mempedulikan ada Ben di sana.

"Bukan," sahut Ben. "Mamaku."

Anne tak ingin menyahut. Gadis itu terlihat sangat sibuk merapikan ini dan itu seolah tak mendengar jawaban yang dilontarkan Ben. Padahal cowok itu sudah bersiap jika sewaktu-waktu Anne mengeluarkan komentar negatif tentang dirinya.

"Apa kamu memang seperti itu?" Ben mencoba memecah keheningan di dalam butik. Pertanyaan Ben harusnya bisa menyinggung hati gadis itu dan menghentikan kesibukannya.

Tangan Anne benar-benar terhenti dari kesibukan yang selama beberapa menit ini membuatnya terlihat mengacuhkan kehadiran Ben. Gadis itu urung melipat pakaian yang mestinya ditaruh di dalam rak penyimpanan. Pelanggan yang baru pergi beberapa menit lalu tak suka model yang Anne tawarkan.

Perjodohan Romantis# Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang