Chapter 8

16.5K 269 0
                                    

Gerimis turun malam ini padahal siang sampai sore tadi cuaca tampak cerah dan bersahabat. Tapi begitu malam menjelang, cuaca berubah seketika. Mendung kelabu mendadak menutupi sebagian langit di atas rumah Ben dan menjatuhkan tetes-tetes air dengan intensitas ringan. Menularkan hawa dingin ke sekeliling dan membuat siapapun juga enggan untuk keluar dari tempat tinggal masing-masing.

Dan apa yang sedang dilakukan Ben di dalam kamarnya saat gerimis turun malam ini?

Sedari tadi cowok itu berjalan mondar mandir di dalam kamarnya seperti setrikaan. Meski ia sempat menabrak kaki meja dan tersandung ujung karpet, tapi tak membuat Ben menghentikan kegiatan tidak bermanfaat yang sedang ia lakukan sekarang. Padahal biasanya ia paling suka bergelung di balik selimut tebal saat hujan seperti ini. Apalagi saat malam begini.

I must be stupid! Crazy!

Kejadian sore tadi terus melintas di dalam benak Ben dan memaksa cowok itu harus merutuki diri sendiri. Ia merasa tak berdaya ketika teringat kembali sikap kasarnya pada Anne. Kenapa ia harus melakukan hal seperti itu pada Anne? sesal Ben lagi dan lagi. Seumur hidup ia tak pernah begitu marah pada gadis manapun di dunia ini apalagi berbuat kasar seperti tadi. Tapi ini? Oh, Ben. Why are you so stupid?

Sosok Anne terlalu misterius untuk ditebak. Sebenarnya apa yang ia pikirkan tentang Ben sampai-sampai Anne memperlakukan cowok itu begitu dingin? Ben tampan dan layak dijadikan sebagai suami idaman. Mustahil ada gadis yang bisa menolak pesona cowok itu, tapi Anne? Kenapa ia malah memperlakukan Ben seperti itu? Apa salah Ben? Jika ia tidak suka dengan perjodohan ini, harusnya ia menolak dari awal. Bukan bersikap memusuhi Ben seperti ini. Atau Ben saja yang terlalu memaksa?

Ben menggaruk-garuk kepalanya demi menghalau segala pemikiran negatif tentang gadis itu. Tapi ia tidak bisa. Bayangan senyum Anne membuat cowok itu tak berkutik. Harus ia akui senyum Anne teramat manis untuk dilewatkan begitu saja. Tapi sayang, senyum itu bukan diberikan untuk dirinya. Dan Ben harus menarik mundur komentarnya tentang gadis itu. Faktanya Anne cantik dan Ben setuju dengan penilaian itu.

Apa ini yang disebut jatuh cinta? batin Ben tiba-tiba. Cowok itu menghentikan kegiatan mondar mandirnya padahal selangkah lagi ia akan menabrak kaki meja. Ben tak pernah merasa kelimpungan karena kehadiran gadis manapun di dunia ini. Belum ada seseorang yang membuat dirinya merasa gila karena terus menerus dirundung gelisah yang seolah tak berujung. Tapi dalam tiga hari saja ia sudah dibuat tak berkutik oleh seorang gadis bernama Anne. Unbelieveable!

Mungkin Ben harus mencari tahu tentang sesuatu. Tentang gadis yang sudah memporakporandakan perasaannya itu.

°°°

Ibu Anne tampak senang menerima kehadiran Ben meski sesaat tadi ia sempat terkejut melihat kemunculan calon menantunya itu di depan pintu.

"Masuk, Ben," suruh Ibu Anne ramah.

"Makasih, Tan." Ben mengikuti langkah Ibu Anne masuk ke dalam ruang tamu.

"Silakan duduk," suruh wanita itu kembali. "Mau minum apa?" tawarnya hendak melangkah ke dapur, tapi Ben buru-buru mencegah.

"Nggak usah, Tante."

"Loh? Nggak pa pa kok, Ben. Anggap saja ini rumah kamu sendiri." Wanita itu tak menggubris perkataan Ben dan bergegas melenggang ke dapur. Beberapa menit kemudian ia datang dengan segelas sirup cocopandan untuk Ben.

"Makasih, Tante."

"Oh, ya gimana kabar kedua orang tuamu?" Ibu Anne mengambil tempat duduk tak jauh dari tubuh Ben.

"Baik, Tante. Om dan Tante juga baik?" balas Ben sekadar berbasa-basi.

"Kami baik. Oh, ya, Anne sedang di butik sekarang ..."

Perjodohan Romantis# Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang