Extra Part

3.8K 81 4
                                    

Two months later ...

"Honey!"

Ben tampak tergopoh-gopoh saat berjalan memasuki ruang tamu sambil memanggil Anne dengan sebutan barunya. Semenjak mereka menikah, Anne dan Ben sepakat menggunakan sebutan 'honey' sebagai panggilan mesra di antara mereka berdua. Itupun harus dibicarakan selama sejam penuh. Pasalnya Ben terlalu ribet dalam mencari kosakata. Ia tidak mau menyamai panggilan sayang kepunyaan Yongki dan istrinya. Pokoknya harus beda, ucap Ben kala itu. 

Tak menemukan Anne di ruang tamu dan tengah, Ben melanjutkan pencariannya ke dapur dan usahanya berbuah manis. Anne sedang memanggang roti di sana.

"Kamu udah pulang?" tegur Anne sembari melirik Ben yang baru saja muncul. Kausnya tampak lembab dan pelipisnya dipenuhi tetesan keringat. Joggingnya pasti sangat menguras energi.

"Yongki mencuri start lagi," lapor Ben dengan tampang serius. Tenggorokannya sekering padang pasir, tapi kulkas tak sanggup menarik perhatiannya kali ini. Ia punya sebuah curhatan yang harus segera disampaikan pada Anne.

"Mencuri start?" Mau tak mau, Anne harus mengerutkan kening. Bahasa yang digunakan Ben benar-benar tak bisa dipahaminya.

"That's right." Kepala Ben mengangguk mantap setelah cowok itu mengusap peluh di pelipis dan wajahnya. "Kamu tahu, istri Yongki udah hamil. Aku tadi ketemu dia waktu jogging. Dia bilang itu sambil ketawa, Honey. Sebel banget, kan?" Peristiwa tadi terlintas lagi di benak Ben dan memaksanya menekuk wajah. Yongki benar-benar keterlaluan. Dia seperti kompor yang tugasnya membuat orang lain panas. Menyebalkan!

"Terus?" Anne beralih ke roti panggangnya dan bersikap cuek. Karena jika ia memusatkan perhatiannya untuk mendengar curhatan Ben, bisa-bisa roti panggangnya gosong.

"Nggak pa pa juga, sih." Ben mengedik pelan lalu mendekat ke kulkas. Cowok itu mengambil sebuah botol air minum dan meneguk isinya.

"Menikah dan punya anak bukan ajang balapan, kan?" Anne meletakkan roti panggangnya di atas meja makan. "Yang terpenting adalah cara kita menikmati hidup. Kita bahagia, itu udah lebih dari cukup buatku."

"You're so sweet, Honey."

"Ben!"

Teriakan Mama berhasil menahan gerakan kaki Ben yang sedianya akan melangkah ke dekat Anne dan mendaratkan sebuah ciuman atas kalimat bijaknya. Cowok itu mengerutkan keningnya saat melihat Mama dan Papa muncul di ruang makan dengan membawa sebuah koper besar. Sebuah tas jinjing tampak menggantung di tangan kanan Mama.

"Mama mau pergi?" delik Ben tanpa berkedip saat mengamati penampilan Mama dan Papa. Keduanya terlihat rapi dan koper besar di samping tubuh Papa sudah cukup memberi petunjuk jika mereka akan melakukan perjalanan ke suatu tempat yang jauh.

"Kami mau pergi ke Bali, Ben," jawab Mama sembari menyunggingkan senyum manis.

"Bali?" decak Ben histeris. Dia menatap Anne sekilas.

"Ya, Ben." Papa yang menyahut.

"Kenapa kalian nggak bilang sebelumnya kalau kita akan pergi ke Bali?"

"Kami, Ben. Bukan kita," ralat Mama. "Mama dan Papa yang akan pergi, Ben. Jadi selama seminggu ke depan kalian boleh bersenang-senang di rumah. Tapi tolong jaga rumah ini, jangan sampai saat kami pulang nanti, rumah berantakan. Kalian bisa, kan?"

Ben terperangah. Ia yang baru saja menikah, tapi kenapa Mama dan Papa yang pergi bulan madu? Ini sama sekali tidak adil!

"Tapi, Ma ...."

"Kami harus segera berangkat sekarang. Taksi kami sudah menunggu di depan. Ayo, Ma," ajak Papa sembari menyeret koper besar miliknya.

Ben hanya bisa ternganga menatap kepergian Mama dan Papanya tanpa bisa berbuat apa-apa. Mungkin mereka sengaja melakukan ini untuk kenyamanannya, pikir Ben kemudian. Bukankah seminggu ke depan ia bisa berduaan dengan Anne tanpa diganggu siapapun?

"Kamu ingin ikut mereka?" tegur Anne sembari menyentuh lengan Ben. Mengusik lamunan cowok itu.

"Nggak," balas Ben kemudian berbalik dan merangkul tubuh Anne. "Biarkan mereka menikmati liburan dan kita akan bulan madu di rumah, okay?"

"As your wish."

"Ya, ampun. Kamu udah pinter ngomong Inggris sekarang," decak Ben girang bukan main.

"Kan ketularan kamu."

Ben mendekatkan wajahnya pada Anne dan mendaratkan satu kecupan lembut di bibir gadis itu.

"I love you, Honey."

"I love you too."

•••

The End

Selesai di revisi tanggal 24 Juni 2019

Perjodohan Romantis# Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang