CHAPTER 31

366 24 3
                                    

Mark shock mendengar apa yang diucapkan oleh Rosé. Ia diam dan tidak bergerak sama sekali. Pandangannya kosong.

"Ayahmu memintaku membujukmu untuk kembali ke LA...Ayahmu ingin kau melanjutkan pendidikanmu dan menetap disana...Oppa, aku rasa ayahmu benar...Kau harus kembali ke LA...Ayahmu membutuhkanmu, oppa...", ucap Rosé.

"..."

Rosé menarik nafas dalam - dalam lalu hembuskan perlahan. Ia sudah mengambil keputusan. Mungkin ini jalan yang terbaik meskipun sakit. Meskipun ia harus dicaci maki oleh Mark nantinya, ia siap. Ini demi kebaikan dan masa depan Mark.

"Oppa, aku rasa sebaiknya kita akhiri saja hubungan ini...Aku tidak ingin menghalangi masa depan oppa...Tapi sungguh ini bukan karena siapapun...Aku mencintai oppa, tapi ayahmu jauh lebih mencintaimu...Oppa perca...", ucap Rosé yang tidak menyelesaikan kalimatnya karena ulah Mark.

CHUP

Mark membungkam bibir Rosé dengan bibirnya. Mark menciumnya dengan kasar. Hanya ada nafsu dan emosi dalam ciuman itu. Mark seolah - olah menuangkan seluruh emosinya melalui ciuman 'panas' itu. Sungguh ia takut kehilangan Rosé. Dia bahkan tidak berniat meninggalkan Rosé sedetik pun. Kini posisi Mark sudah berada diatas Rosé. Mereka masih berciuman 'panas'. Mark tidak ingin melepaskan ciuman ini. Ia takut jika ia lepaskan ciuman ini, Rosé akan menghilang dari pandangan matanya. Ciuman Mark beralih ke leher jenjang nan putih milik Rosé. Rosé berusaha mendorong tubuh Mark sekuat tenaga. Namun tenaganya kalah kuat dari Mark. Rosé tahu jika Mark kehilangan kontrol terhadap dirinya sendiri karena trauma masa lalu.

"Eunghhh~ op- pahhh~ aahhh...Hen-ti-kan op-pahhh...I-i-in-i a-kuh Rosé...(Hening sejenak mengumpulkan keberanian)...Oppa, ku mohon sadarlah...Hiks...Hiks...", ucap Rosé sembari terisak karena sakit melihat Mark diluar kendali tubuhnya sendiri.

Mendengar Rosé terisak, Mark pun menghentikan kegiatannya mencumbu gadis dibawahnya ini. Ia merasa tertampar melihat penampilan Rosé yang kini sudah sangat berantakan. Ia mengalihkan pandangannya dari Rosé lalu beranjak dari duduknya sembari mengacak - acak rambutnya.

"Aarrgghhh!!!", teriak Mark frustasi.

"..."

"Demi Tuhan, Rosé ya!!! Kita tidak akan pernah berakhir...Aku mencintaimu dan kau juga mencintaiku, jadi untuk apa kita berpisah hmm? Aku tidak peduli dengan apa yang ayahku katakan padamu...Aku tidak akan pernah melepaskanmu...Ttarawa...", ucap Mark menggenggam tangan kanan Rosé lalu menariknya pergi bersamanya.

Rosé hanya diam tanpa membantah. Ia tahu Mark saat ini sedang dalam amarah yang memuncak untuk itu ia lebih memilih diam.

Tuan's Family House

BRAAKKK

Mark mendobrak pintu dengan kasar hingga membuat pria paruh baya yang sedang duduk santai menjadi sangat terkejut. Mark berdiri tepat dihadapan pria paruh baya itu dengan nafas terengah - engah dan wajah memerah karena emosi yang memuncak.

"Mark, neo wasseo?", sapa ayahnya Mark, Raymond Tuan.

"Apa yang sudah kau katakan padanya hah?!!!", teriak Mark.

Rosé terkejut. "Oppa, tenanglah...Kita bicarakan baik - baik...", ucap Rosé menenangkan.

"Mark, kembalilah ke LA dan lanjutkan pendidikanmu disana...Pimpin perusahaan kita disana...Aku sudah cukup tua untuk menangani perusahaan sebesar itu...", ucap ayahnya Mark.

"Sudah aku katakan bahwa aku tidak tertarik dengan perusahaan!!! LA? Aku bahkan tidak sudi untuk kembali kesana...Are you forgotten, dad? My mom, my sister and my best friend died at theres!!! In front of my eyes!!!", teriak Mark.

Let Me : Will you, for me?Where stories live. Discover now