eps'29

5.6K 273 6
                                    

Author POV

"Halo?"

"....."

"Gue lagi di jalan mau pulang."

"...."

"Oke, tunggu."

Lola mematikan ponselnya, lalu kembali melajukan mobilnya. Saat ini ia akan menuju ke taman kota. Di sana, Kezya dan Messy sudah menunggu sejak 30 menit yang lalu.

Ia mengerjapkan matanya, lalu mengerem mobilnya dengan keras, sampai sedikit berbelok. Untung tidak mengenai trotoar, kalau kena bisa lecet body mobilnya. Ia melirik mobil yang hampir menabraknya tadi. Mobilnya tampak familier.

Seketika jantungnya melompat ke perut, mendadak debar jantungnya menguat. Ia mencengkram kemudi dengan kuat, sampai memutih kuku tangannya. Ia memasukkan gigi, dan melajukan mobilnya dengan kencang. Jalanan sedang sepi, jadi ia bisa dengan bebas melajukan mobilnya.

Ia melirik spion, ternyata mobil tadi masih mengejarnya dengan kecepatan yang sama. Ia menambah kecepatannya, dan melesat melewati mobil yang berjalan lebih pelan darinya.

Entah mengapa, untuk saat ini, ia enggan menemui orang itu. Walaupun, ia benar-benar merindukan orang itu.

Lola membelokkan mobilnya, dan masuk ke area parkiran. Tanpa pikir panjang, ia masuk ke dalam gedung tua yang ada di sana. Ia bersembunyi sambil bersandar pada dinding yang sudah memudar.

Gue emang bego, ya? Gue kangen dia, tapi nggak mau ketemu. Rasanya ada pait-pait gimana, gitu.

"Kenapa ngejauh?"

Lola menoleh ke sumber suara, dan mendapati Zacky tengah berdiri di ambang pintu sambil menumpukan kedua tangannya di sana.

"Siapa yang ngejauh?" tanya Lola dengan angkuh.

Zacky berjalan mendekati Lola, dan menyentil dahi wanita itu, "Kamu."

Lola bagai ditusuk beribu-ribu jarum di hatinya. Kenangan kembali menghampiri otaknya. Ia merindukan lelakinya. Namun, ada hal yang harus ia selesaikan dulu. Ia menarik napasnya, dan menatap Zacky dengan berani, "Ky, aku mau kita menjauh dulu untuk saat ini."

Zacky tertegun, dan menatap Lola tak percaya, "Kenapa? Aku punya salah?"

Lola menarik napas sebanyak mungkin. Jantungnya seperti ditonjok ribuan beban. Sungguh menyesakkan dada. Matanya mulai memanas dan mulai berwarna kemerahan, "Kamu nggak salah, tapi takdir yang salah."

Zacky mengernyit bingung, "Takdir? Kamu ngomong apa, Ta? Please, kalau aku ada salah, kasih tau aku."

Setetes air mata berhasil lolos dari pelupuk mata Lola. Gadis itu menatap Zacky terang-terangan tanpa berkedip, dengan air mata yang terus meluncur bebas, "Nggak ada yang salah dari kita, Ky! Yang salah itu Papa kamu! Kenapa aku harus dijodohin sama Divo, yang jelas-jelas aku nggak kenal asal-usulnya? Kenapa Ky? Kenapa?"

Zacky terdiam dalam keterkejutan. Ia tidak pernah mengetahui berita itu, bahkan ayahnya tidak pernah memeberitahunya. Isakkan Lola semakin jelas di telinganya. Namun, ia tidak melakukan apa pun. Ia diam seribu bahasa, sambil memperhatikan gadis yang terguguk di hadapannya.

"Papa kamu tuh jahat banget, sih. Aku sayang kamu, tapi Papa kamu kasih aku ke Divo! Aku benci Papa kamu!" Lola berucap di sela-sela isakannya, sambil terus memukuli dada bidang Zacky. Ia melepaskan bebannya saat itu juga. Seperti menumpahkan beras dari dalam karung. Terus mengalir. Tanpa berhenti. 

Zacky tetap diam, sambil memperhatikan Lola yang terus memukuli dadanya. Ia tidak berbuat apapun, selain menjadi samsak bagi Lola yang memukuli dadanya.

ZackTaa [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang