Ekstra Part- Reihan

7K 174 9
                                    

Reihan Leonard Sutardinata

Reihan melangkahkan kakinya pelan melewati koridor sekolahnya.

Sepi. Ya, saat ini koridor yang dilaluinya sangat sepi, karna ia sudah telat setengah jam dan saat ini guru pasti sudah mengajar di kelas. Tapi, bukan Reihan namanya kalau tidak terlambat. Bahkan setiap hari Reihan terlambat dan selalu kena ocehan oleh Om nya sendiri a.k.a pemilik sekolah itu. Om Divo.

Dengan earphone yang menyumpal telinganya, ia mengangguk-anggukkan kepalanya dengan lengannya yang bergoyang di udara seperti berjoget dangdut.

"Sayang.... Opo kowe krunguuu.... Jerit e ati ku... Mengharap engkau kembali..."

"REIHAN!" bentak seorang guru kesiswaan saat melihat Reihan yang berjoget-joget di koridor seperti orang gila. Guru itu menghampiri Reihan dan mendelik saat melihat penampilan Reihan.

Tidak pakai dasi!

Tidak pakai ikat pinggang!

Baju dikeluarkan!

Murid macam apa dia ini?!

Reihan sepertinya jengah melihat guru kesiswaan yang selalu membatin saat melihat penampilannya. "Aduh, bapak jangan ngebatin terus, dong. Saya 'kan bukan dukun, jadi gak tau apa yang bapak lagi pikirin," ucapnya dengan wajah jengah.

"Saya heran, kenapa murid macam kamu ada di sekolah ini? Padahal sudah sering kena kasus, tapi tidak ada tindak lanjut dari kepala sekolah!" Guru itu memandang bingung sekaligus kesal melihat Reihan. Ia juga sudah bosan memberikan hukuman pada Reihan, karna bukannya Reihan kapok, lelaki itu malah semakin menjadi-jadi.

Guru itu menghembuskan napasnya panjang, "Kamu sudah tau 'kan apa yang harus kamu lakukan sekarang? Bapak sudah capek ngurusin kamu yang gak pernah bisa diurus."

"Kalau bapak capek, ya tinggal berenti kerja aja, Pak. Main PS di rumah sama istri bapak. Atau bikin anak lagi, Pak, biar bermanfaat. Terus saya juga gak minta bapak urusin saya. Dari dulu juga orang tua saya yang urus saya, bukan bapak," jawab Reihan dengan polosnya. Ia langsung berlari terbirit-birit saat melihat raut wajah guru di hadapannya yang akan segera meledak.

"REIHAN!"

Benar saja, saat Reihan sampai di lapangan, teriakan guru itu masih terdengar jelas. Entah apa yang akan terjadi pada telinganya jika ia masih berada di sana tadi.

"Rei!"

Reihan menoleh ke kanan dan kirinya. Mencari sumber suara yang memanggilnya. Ia melongo saat melihat dua sahabatnya tengah berada di atas atap sekolah. Ajaib.

"Lo berdua ngapain di situ?" tanya Reihan dengan kepalanya mendongak ke atas.

"Lagi cari angin. Di kelas anginnya dari AC mulu. Gue pengen angin alam!" balas Fakhri yang berdiri di atas atap sambil merentangkan kedua tangannya.

Bisma yang ada di belakang Fakhri, menempelkan tubuhnya pada Fakhri dan ikut merentangkan tangannya yang kemudian ia tempelkan pada tangan Fakhri.

"NAJIS!" umpat Reihan saat melihat kelakuan gila kedua sahabatnya. "Gak akan gue restuin lo sama Fany, Fakh!" sambung Reihan yang kini duduk di lapangan yang belum terkena sinar matahari itu.

Fakhri yang mendengar itu langsung melepaskan lengan Bisma yang melekat di lengannya, "Lo ngapain peluk-peluk gue?! Idih amit-amit homo lo!"

"Ya kali aja lo mau adegan romantis kayak kapal tektanik," jawab Bisma polos. Ia berjalan pelan menuju ujung atap, kemudian melompat ke meja piket yang ada di sana, dan mendarat di rerumputan sekolah mereka. Ia menghampiri Reihan dan duduk bersila di samping Reihan.

ZackTaa [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang