eps'33

4.9K 275 15
                                    

Derap langkah empat orang menggema beriringan di koridor rumah sakit yang beraroma klorofom. Bau obat-obatan sungguh menyengat indera penciuman, membuat anak kecil dilarang memasuki area ini.


Dua gadis dan dua lelaki itu berjalan pelan masuk ke ruangan VIP yang ada di ujung koridor. Mereka terdiam beberapa saat, memandangi sahabat juga keluarga mereka yang kini tak kunjung siuman.

Dua orang lelaki itu duduk di sofa yang ternyata sedang ditiduri Zacky. Gio dan Kevin memandang iba pada Zacky yang setiap malam selalu menjaga Lola tanpa lelah. Mereka tahu, Zacky sangat menyayangi Lola. Tapi, apa harus seperti ini? Ini sama saja menykiti diri Zacky.

Kevin menepuk pelan pipi Zacky, "Zak, bangun, ini udah malem."

Zacky mengerjap sebentar, kemudian menyesuaikan cahaya yang menelusup masuk ke penglihatannya. Ia duduk diapit oleh Kevin dan Gio, "Ini jam berapa?" tanyanya.

Gio melirik arloji di tangan kanannya, "Jam setengah tujuh, Zak."

Buru-buru Zacky bangkit, lalu berjalan menuju pintu keluar. Langkahnya terhenti saat Kevin mencekal lengannya. Ia berbalik lalu menatap bingung pada Kevin, "Apa?"

"Lo mau kemana?" tanya Kevin penuh selidik.

Zacky melepas cekalan Kevin, "Mau sholat. Lo nggak sholat?"

Kevin menganga akan ucapan Zack, "Serius?" tanya Kevin masih tak percaya kalau Zacky akan sholat.

Zacky tak menjawab, malah terus berjalan hingga tubuhnya hilang di balik pintu.

Kevin menggeleng takjub, "Gila, cinta itu luar biasa, ya? Bisa merubah kepribadian seseorang secara drastis!"

Gio terkekeh, sedangkan Messy dan Kezya terus menangis tanpa memedulikan Gio dan Kevin.

La, sadar dong, lo nggak mau maen ke rumah gue lagi apa? Batin Kezya berucap.

Lola, sadar please? Gue kangen La. Kita 'kan mau masuk sekolah. Masa lo nggak ikut kita sih, La? Gumam Messy dalam hati.

Messy dan Kezya meneteskan air matanya. Tanpa sadar isak tangis mereka terdengar. Gio dan Kevin yang ada di belakang mereka hanya bisa diam. Mereka tahu, persahabatan wanita itu sangat erat dan melibatkan perasaan. Sedangkan laki-laki, kompak disaat tertentu saja.

Pintu ruangan terbuka, namun bukan Zacky yang datang.

Ferry!

Lelaki itu datang sambil membawa bucket bunga yang indah. Ia berjalan mendekati Lola, membuat Messy dan Kezya menyingkir memberi ruang untuk Ferry.

Ferry menghembuskan napasnya kasar, lalu mengecup kening Lola lama.

Messy, Kezya, Gio, dan Kevin tercengang saat melihat kejadian itu. Mereka terdiam sambil menatap Ferry yang mengecup dahi Lola.

Ferry melepas kecupannya, lalu tersenyum pedih pada Lola yang masih terbaring lemah.

"Kapan sadar? Kakak kangen tahu," ucap Ferry dengan lirih.

Gio mendekat pada Ferry, "Lo tahu 'kan kalau Lola pacarnya Zacky?"

Ferry mengangguk, "Gue tahu banget. Tapi Lola juga sepupu gue."

Gio membelalak, "Se-sepupu?"

"Sepupu?" tanya Messy tak percaya.

Ferry mengangguk yakin, "Ternyata selama ini Mama gue adiknya Papa Lola. Cuma gue aja yang nggak tahu. Lola juga nggak tahu kalau gue sepupunya."

"Kenapa lo baru jenguk Lola sekarang? Bukannya lo udah tahu kalau Lola koma seminggu?" tanya Kevin dengan sinis.

"Gue cuma nggak sanggup liat keadaan Lola yang begini," jawab Ferry sambil menaruh bucket bunganya di atas nakas.

Suasana kembali sunyi. Semua orang terhanyut dalam lamunan masing-masing. Sampai bunyi elektrocardiography memecah keheningan mereka semua.

"LOLA!!" pekik semua orang saat melihat garis lurus pada elektrocardiography.

Semua orang panik. Messy dan Kevin segera keluar ruangan untuk mencari dokter. Sedangkan yang lainnya sibuk menelpon semua orang.

Dokter datang dengan dua suster di belakangnya. Suster memerintahkan supaya semua orang keluar. Sementara itu dokter terus berusaha membangkitkan Lola dengan alat kejut jantung.

"Dok, belum ada perkembangan!" seru suster yang memantau detak jantung.

"Kita coba sekali lagi," jawab sang dokter sambil menekan alat kejut jantung di dada Lola.

Sudah tiga kali, namun jantung Lola tetap tidak berdetak. Dokter menghela napasnya, lalu memerintahkan suster untuk menutup Lola dengan kain putih.

Suster menutup tubuh Lola dengan kain putih. Menyisakan telapak kaki putih dan pucat milik gadis itu.

🎀

Lola POV.
Perasaan apa ini? Aku di mana? Kenapa semuanya berwarna putih? Semuanya tolong aku! Kenapa aku nggak lihat kalian semua?!

Kyky kamu di mana? Kezya, Messy?! Kalian di mana? Mama aku takut! Mama di mana?!

Apa aku nggak akan bisa ketemu kalian lagi?

Mama! Papa! Mia! Tante Yura! Kalian di mana?

"Tata,"

Aku menoleh, dan mendapati Kyky sedang berdiri sambil menunduk. Dia kenapa?

Aku tak peduli ekspresinya. Aku berlari mendekatinya, lalu memeluknya. Tapi saat aku memeluknya, dia menghilang tiba-tiba. Ada apa ini?

"A-aku udah mati, ya?" ucapku sambil memperhatikan penampilanku yang berbalut kain putih.

"NGGAK! AKU NGGAK MAU MATI!" Aku menjerit sambil berlari ke sana-sini.

"SIAPAPUN TOLONG AKU! MAMA, AKU NGGAK MAU MATI, MA! MAMA, LOLA MASIH MAU HIDUP MA! MA TOLONG BANGUNIN LOLA MA! MAMAAAA!"

Aku terjatuh, dan terduduk di tempat itu. Aku menangis, namun tak terasa oleh jiwaku. Apa aku benar-benar sudah mati? Tak ada kah yang bisa memberitahuku?

"Ma, aku belum mau mati," ucapku sambil terus menangis.
Aku mengangkat kepalaku, dan melihat sebuah lorong yang berujung. Aku bangkit, lalu berjalan pelan menyusuri lorong itu. Cukup lama aku berjalan di lorong itu, akhirnya aku sampai pada ujung lorong. Namun saat aku melangkah, tempat itu menjadi gelap. Tak terang seperti tadi.

Tubuhku seperti ditarik, untuk maju.

"AAAAAAHHHHH!!!!!"

🎀









Mau lanjut nggak?
Maaf ya nggak bisa panjang, soalnya udah saya atur bab nya. Kalau lanjut ada kemungkinan happy.

Jangan lupa vote ya★ ikuti terus cerita ini. Supaya tau endingnya😅 sad kah? Happy kah? Liat nanti aja ya.....

Love,

Tania❤

ZackTaa [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang