viii

25.6K 1.7K 390
                                    

Bosan, dua manusia itu mulai bosan berada di tengah-tengah orang-orang yang membahas mengenai bisnis dan perusahaan. Hah, bisa mereka simpulkan ini bukan lagi tentang menghadiri undangan pesta pernikahan tapi lebih kepada meeting, hanya saja kostum dan lokasi mereka lebih santai dari meeting biasanya.

Bibir Sakura rasanya lelah sekali harus berlama-lama tersenyum dan tertawa sumbang demi terlihat ramah dan sopan kepada istri-istri para pebisnis kelas atas itu, jujur saja Sakura tidak tertarik dengan bahan pembicaraan yang diobrolkan oleh wanita-wanita sosialita tersebut. Walaupun sedikit banyak Sakura tahu mengenai hal yang mereka bahas – tentang perhiasan dan barang-barang mewah – tapi itu bukan Sakura sekali, dia tidak suka mengeluarkan uangnya untuk hal-hal berkilau tak berguna seperti berlian, tas mahal, sepatu mahal, baju-baju import, mobil mewah pribadi dan segala macam hal yang berbau kekayaan.

Selain karena tak memiliki cukup uang untuk itu semua, Sakura juga sayang jika uang yang sulit didapat harus lenyap dalam sekali transaksi untuk membeli hal-hal yang demikian.

Sakura punya barang mewah itu pun setelah dia menikah dengan Sasuke, Mikoto dan Izumi menghadiahkan banyak perhiasan dan tas mahal pada Sakura, Hinata istri sahabat Sasuke juga memberikan hadiah mahal saat pernikahan mereka beberapa hari yang lalu.

Jika bukan karena pemberian mungkin Sakura tak akan punya, sekali pun sekarang dia sudah jadi istri orang kaya tapi sifat sederhananya sudah mendarah daging. Dan rasanya dia risih sekali jika harus dipaksa tampil dengan yang berkilau-kilau.

Baginya jika tanpa berkilau saja dia sudah indah, untuk apa menambah-nambahkan hal yang membuat repot hanya untuk terlihat lebih indah? Hidup bukan hanya sebatas tentang kekayaan dan kemewahan saja, ya know!

"Sasuke, pulang yuk," bisik Sakura dengan menarik lengan jas Sasuke.

Sasuke yang tengah sibuk mendengarkan ucapan rekan bisnis Ayahnya akhirnya pun menoleh pada Sakura. "Apa?"

"Pulang," rengek Sakura dengan mengerucutkan bibirnya. "Aku bosan," sambungnya.

Lelaki itu mendesah lelah. "Tidak sopan kalau pulang dulu, acaranya belum selesai."

"Ck, ayolah," rengek Sakura lagi dengan mengeluarkan puppy eyes andalannya.

Sialan, perawan tua ini imut sekali. Sasuke mengumpati Sakura dalam hati.

"Nanti dulu, masih jam 10," jawab Sasuke.

"Ayooo!" Sakura makin gencar menarik-narik lengan Sasuke, sudah persis seperti anak TK yang ingin buru-buru pulang dari dokter gigi.

"Ada apa Sakura-san? Sudah tidak tahan ingin pulang ya?" Mendengar godaan itu Sakura segera memalingkan wajahnya pada orang asing yang duduk di depan bangkunya.

Dia segera melepaskan lengan Sasuke dan duduk lurus tidak menyerong pada Sasuke lagi. Sakura hanya bisa tersenyum kikuk dengan godaan itu.

"Wajar, pengantin baru maunya selalu berduaan, benarkan Sakura-san?"

"Ehehe," cengir Sakura geli.

TIDAK! Sama sekali aku tidak ingin berduaan dengan alien aneh seperti dia! Tegas Sakura dalam hati.

Dari pada mendapat ocehan dan godaan dari tamu-tamu yang berada satu meja dengannya, Sakura memilih diam dan berusaha untuk tidak merengek lagi.

Sabar Sakura, sabar. Kurang satu jam lagi. Rapalnya dalam hati.

"Sasuke-san, tidak berniat membawa istri anda ke lantai dansa?"

Sasuke – berusaha – melirik seramah mungkin pada Sakura saat mendapat pertanyaan seperti itu. Masih dengan senyum palsunya – yang malah mirip seperti orang sedang menahan buang air – Sakura menggeleng pada Sasuke.

Begin AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang