Menjelang kenaikan tingkat atau kelulusan anak-anak didiknya Sakura mulai disibukkan dengan pengisian nilai anak-anak usia 3-4 tahun yang menjadi tanggung jawabnya. Memang kelulusannya masih bulan depan, tapi sudah jauh-jauh hari Sakura menyiapkan rapor mereka ditambah lagi selama sepuluh hari ke depan dia harus cuti lagi untuk pergi ke Maldives dengan keluarga Uchiha.
Kepalanya pusing sekali rasanya, hal paling dibenci Sakura selama menjadi guru TK adalah saat dimana dia harus mengisi rapor anak-anak didiknya.
"Jangan terlalu tegang begitu." Sakura meninggalkan layar laptopnya saat muncul sebuah gelas kopi dengan asap mengepul di atas mejanya.
Senyumnya mengembang saat melihat Sasori mendatanginya. "Terima kasih," ucap Sakura pada Sasori untuk kopi yang diberikan padanya.
Lelaki itu mengangguk dan duduk di kursi kosong depan Sakura. "Apa perlu aku yang mengerjakan?"
Wanita merah muda itu terkekeh. Dua tahun terakhir memang Sasori yang mengerjakan rapor untuk kelas Sakura karena Sasori tahu Sakura tak akan tega memberikan penilaian pada anak-anak didiknya, jadi dengan berbaik hati dialah yang mengerjakan rapor kelas Sakura tapi dasar penilaian untuk anak-anak itu tetap berasal dari Sakura.
"Tidak usah, aku harus professional," balas Sakura tanpa keraguan.
"Ya. Memang seharusnya begitu. Lusa kau berangkat, sudah siapkan barang bawaanmu?"
Sakura menggeleng. "Aku bahkan belum mengeluarkan koperku dari lemari."
Keduanya terkekeh padahal tak ada yang lucu.
"Sakura,"
Sakura memutar tubuhnya dan menoleh pada rekan kerjanya yang lain. Tenten.
"Ya?"
"Kau sudah lihat grup WhatsApp?"
Sakura mengernyit. "Belum, memang ada apa?"
"Nanti malam Ino mengajak kita clubbing. Ayo Sakura, semenjak kau bertunangan kau sudah jarang sekali pergi dengan kami,"
Sasori hanya menyimak ucapan Tenten yang ditujukan pada Sakura. Sama sekali tak berminat menanggapi.
"Aduh, bagaimana ya?"
"Ayolah Sakura, jangan banyak berpikir lagi," desak Tenten. "Nanti malam jam setengah 7 aku jemput kau di rumah barumu ya. Kau harus mau pokoknya! Titik."
Belum sempat Sakura menjawab bel ganti pelajaran berbunyi dan Tenten segera beranjak dari kursinya kemudian berjalan keluar dari ruang guru setelah melambaikan tangannya pada Sakura dan Sasori.
"Hah, Tenten selalu saja begitu," keluh Sakura entah pada siapa.
"Jadi kau akan datang?"
Sakura mengendikkan bahu menjawab ucapan Sasori. "Aku sudah lama tidak berkumpul dengan mereka. Aku merindukan mereka sejujurnya," sambung Sakura dengan senyum terbaiknya.
"Kalau begitu kau harus datang nanti malam," balas Sasori.
"Kau mau ikut denganku?"
Sasori menggeleng segera. "Itu acara perempuan sepertinya, dan aku tidak mau tertular jadi perempuan."
Sakura terkekeh dan menyetujui ucapan Sasori.
Dia memang perawan, tapi dia bukan gadis cupu yang selalu menghabiskan waktu di dalam kamar dengan tumpukan novel dan musik-musik mellow. Sakura suka clubbing tapi tidak sampai terlibat one night stand dengan pria asing yang tidak dikenalnya. Jangankan one night stand, Sakura saja belum pernah berciuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Begin Again
FanfictionOrang sering bilang bahwa pernikahan akan bertahan lama karena didasari rasa cinta. Lalu bagaimana dengan mereka yang sama sekali tidak saling cinta??? Sasuke x Sakura --oOo-- Naruto © Masashi Kishimoto AvalerieAva 2017 present : "Begin Again"