Suga merasakan kepalanya berdenyut, ia bangkit dari tidur cantiknya. Semakin lama semakin terasa pening, pandangannya mulai kabur. Ia mencoba untuk berdiri berbekal pegangan pada dinding. Matanya mencoba untuk berkedip menghilangkan buram yang kini semakin membuatnya pusing.
Tenggorokannya berasa panas dan tercekik, seakan seseorang tengah mencekik lehernya. Nafasnya tersengal dengan keringat dingin yang kini menyeruak pada keningnya.
Seketika tubuhnya ambruk dan pandanganya menggelap.Jimin tersenyum cerah di sebuah cafe dekat tempat Suga. Senyum merekahnya tak henti-henti tersungging. Lama-lama bibir itu mungkin akan sobek jika sang pemilik tak berhenti tersenyum selebar itu.
"Hyung". Jimin menoleh mendapati Jungkook yang tengah memanggilnya.
"Jungkook-ah, sedang apa kau?".
"Seharusnya aku yang bertanya padamu, aku akan sarapan, dan kau hyhng?". Jungkook mengernyitkan dahinya heran.
"Hehehehe aku akan mengunjungi Suga-hyung sebentsr lagi". Jungkook hanya terdiam dan duduk di hadapan Jimin.
Keduanya memesan makanan dan mulai memakannya bersama.
Setelah 15 menit berlalu, Jungkook pamit untuk pergi.
"Maafkan aku hyung". Lirihnya.
Jimin nampak tak sabar melangkahkan kakinya ke rumah Suga. Sesekali ia bersenandung dalam hayalannya.
Jimin heran ketika suasana rumah yang nampak sepi. Karena tak ada seorang pun yang menjawab panggilannya, ia beranikan diri melangkah masuk. Tujuan pertamanya tentu kamar Suga.
Tokk tokk tok.
"Hyung, apa kau masih tidur".
Hening tak ada jawaban.
Jimin mencoba memanggiknya kembali, tapi nihil tak ada jawaban apapun. Ahirnya ia membuka pintu kamar yang untung saja tak dikunci. Kepalanya celingukan mencari sosok yang ia ingin temui, namun nihil tak ada seseorang pun disana.
Ia mengernyit heran dan mengehala napas kecewa.
"Kemana dia?".
Jungkook nampak terdiam memandang ke arah luar dari jendela kamarnya. Ia mengigit ujung jemari tangannya yang mulai bergetar.
"Hyung". Gumamnya pelan.
"Kau sudah melakukannya dengan baik". Jungkook menoleh mendapati seseorang berjubah merah duduk santai di meja belajarnya.
"Kau akan mendapatkan apa yang kau mau, tenang saja". Ia tertawa keras membuat Jungkook terdiam.
"Mereka akan baik-baik saja kan?, aku hanya tak ingin keinginanku yang egois ini melukai mereka".
"Hahahhahahhaha". Kembali gelak tawa itu menggema.
"Hei.. semenjak awal kau sudah melukai mereka, hanya saja tak keduanya". Jungkook menunduk membenarkan perkataannya.
"Aku tau"."Kau sudah memilih?". Ia tersenyum dengan smirk evil
"aku hanya ingin tahu mana yang kau pilih? Hmmm". Jungkook kembali terdiam ia lebih memilih memalingkan wajahnya menghadap luar jendela."Kurasa itu yang terbaik, cha aku pergi dulu, kurasa tuanku telah menunggunya". Si tudung merah berdiri membenarkan posisi seseorang di pundaknya.
"Kau akan membawanya". Pandangan Jungkook mengarah pada sosok yang kini tak sadarkan diri di pundak tudung merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCE IDOL [ MinYoon]
Fanfictionmungkin bagi seorang Min Suga kedatangannya ke dunia Park Jimin sebatas panggilan pekerjaan. Yah Min Suga idol di dunia nyata yang tergabung dalam group vokal atau lebih terkenal boyband "Bangtan Boys" berisi 4 orang namja. Namun pekerjaannya kali i...