chapter 36

404 47 2
                                    

Terlihat, seorang yeoja sedang duduk sendirian di bangku taman sambil mengeratkan jaketnya agar tidak kedinginan.

"Mian, aku terlambat."

Ucap seorang namja itu dengan nafas tersenggal-senggal. Yeoja tersebut berdiri dan mengusap keringat namja itu dan menyuruhnya untuk duduk di sebelahnya.

"Kau sudah lama disini?"

"Tidak. Aku barusan datang."

"Oh..."

Yeoja tersebut tersenyum menatap namja yang ada di sampingnya dengan tatapan bahagia.

"Ada apa kau mengajakku ke sini, Lami-ah?"

Ya. Yeoja itu adalah Lami. Dan namja itu adalah Jaemin. Lami memang mengajak Jaemin bertemu dengannya di taman yang tidak jauh dari rumah Jaemin.

"Eh.. Begini Jaemin-ah."

"Ada apa?"

"Aku mau bilang, kalau aku menyukaimu dari dulu, Jaemin-ah."

Deg.

Perkataan Lami barusan membuat Jaemin terkejut, bagaimana bisa Lami yang merupakan sahabat baiknya menyukai dia.

"Apa kau mau menjadi pacarku, Jaemin-ah?"

Tanya Lami dengan pelan, dan yang lebih parahnya lagi Lami meminta Jaemin untuk menjadi pacarnya. Dan disinilah Jaemin menjadi bingung, ia tidak tahu harus menjawab apa. Iya atau Tidak.

"Bagaimana Jaemin-ah?"

"Baiklah. Aku mau jadi pacarmu, Lami-ah."

"Jeongmal?"

"Ne."

"Gomawo Jaemin-ah. Saranghae."

-----

Seorang namja duduk sambil melihat pemandangan Seoul malam hari. Ia adalah Na Jaemin. Hari ini Chenle mengajak Jaemin untuk bertemu dengannya di cafe yang biasa mereka datangi.

10 menit.

Yang ditunggu pun datang.

"Mianhae, aku telat. Kau sudah lama?"

"Sekitar 10 menit yang lalu aku datang."

Jawab Jaemin sambil meminum teh yang di pesannya tadi. Tanpa basa-basi Chenle langsung bertanya apa yang terjadi kepada Jaemin.

"Jaemin-ah? Kau pacaran dengan Lami?"

"K-kau tahu darimana?"

Ucap Jaemin terbatah-batah, dan mendapat senyuman sinis dari Chenle.

"Kenapa kau membohongi dirimu sendiri, Jaemin-ah?"

Tanya Chenle dengan menatap Jaemin tajam dan nada suaranya yang berubah agak lebih keras. Jaemin yang di tatap tajam oleh Chenle hanya menunduk tidak berani membalas tatapan Chenle.

"Kau pengecut, Jaemin-ah!"

"Aku... Aku.."

"Aku apa? Aku takut? Begitu?"

Tanya Chenle tidak sabar membuat Jaemin hanya diam tidak tahu harus menjawab apa.

"Aku malu jika aku menjadi dirimu Jaemin-ah."

"Chenle-ya! Kau tidak tahu."

"Aku tidak tahu apa, Jaemin-ah?"

Tanya Chenle sekali lagi dengan nada yang di perkecil agar pelanggan yang ada disana tidak mendengar pertengkaran mereka berdua.

"Semua terserah kau, Jaemin-ah. Pokoknya jangan pernah kau menyesalinya!"

-----

Jaemin POV

Setelah mandi dan ganti baju aku merebahkan badanku ke kasur dan tanganku sebagai tumpuannya. Ku lihat langit² kamarku. Perkataan Chenle di cafe tadi kembali muncul di otakku. Aku tidak tahu kenapa, tapi aku takut dengan ucapan Chenle itu.

Aku membuka galeri handphone-ku. Ku pandangi foto Hina yang ku simpan di galeriku. Ya. Aku menyukai Hina dari awal aku bertemu dengannya. Tapi... Aku tidak berani untuk mengatakannya.

Aku bangun dan pergi menuju meja belajarku. Ku ambil sebuah buku kecil disana. Di buku itulah, aku menulis semua kenangan yang aku lakukan bersama dengan Hina. Dari awal aku bertemu dengannya, saat satu kelompok dengannya, saat di perkemahan, sampai.... Dia menyatakan perasaannya padaku saat acara sekolah 1 minggu yang lalu.

Aku sungguh menyesal, kenapa aku tidak mengatakan perasaanku dari dulu, dan sekarang aku sudah berpacaran dengan Lami dan itu membuat Hina sedih. Memang benar kata Chenle, aku tidak boleh menyesal karena ini adalah kesalahanku.

Jika waktu bisa di ulang aku akan memperbaiki semuanya dan membuat Hina bahagia. Sayang, itu tidak mungkin.

"Mianhae Hina-ya. Saranghae."

Jaemin POV end

-----

Hina POV

Daritadi saat pulang sekolah aku terus menangis karena Jaemin. Sudah 3 jam aku menangis dan selama 3 jam itu Yuta oppa mengetuk pintu kamarku dan berharap kubukakan pintu.

Tok... Tok...

"Hina? Bukan sebentar."

"Tinggalkan aku sendirian oppa, hiks.."

"Buka sebentar saja. Jebal."

"Oppa? Aku mohon, aku butuh waktu sendirian."

"Baiklah."

Ku dengar langkah kaki yang semakin menjauh, sepertinya Yuta oppa telah pergi.

Aku melempar bantalku ke segala arah. Hari ini aku benar² kesal, sebenarnya percuma aku menangis. Toh, ini tidak akan merubah semuanya. Nasi telah menjadi bubur. Jadi percuma saja aku menangisinya.

Kuusap air mataku yang membasahi pipiku dan ku tatap wajahku di cermin, wajahku sangat memperhatinkan. Ku ambil boneka kesayanganku dan ku peluk bonekaku.

"Aku telah suka kepada orang yang salah."

Air mataku kembali jatuh dan membasahi boneka beruangku. Ku ambil beberapa tissu untuk membersihkan air mataku.

"Kau pasti bisa melupakannya Hina-chan. Itu pasti!"

TBC...

Jangan lupa tinggalkan jejak yaaa💞

Dilemma • [ Jaemin - Hina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang