Prolog

4K 180 8
                                    

Bendera kuning jelas terpasang dipagar berwarna hitam. Pagar kecil. Sudah jelas pemiliknya adalah orang yang sederhana, tidak kaya raya. Ah tunggu, ini bukan sebuah rumah. Tapi ini adalah sebuah kontrakan kecil. Kontrakan yang ditinggali oleh keluarga kecil sejak lima tahun lalu.

Gadis dengan seragam putih abu-abu itu melangkah penuh ragu ke kediamannya sendiri. Ada apa? Kenapa banyak orang disitu? Siapa yang meninggal? Kenapa ada bendera kuning? Gadis itu berargumen dengan dirinya sendiri.

"Rasi?" ibu kontrakan-Nina- menangis sembari memeluk Rasi, gadis yang kebingungan itu.

"Ada apa? Siapa yang meninggal?" Rasi mencoba menahan dirinya agar tidak berteriak. Degup jantungnya sudah tidak beraturan.

Alih-alih menjawab, Nina malah semakin mengencangkan pelukannya.

Rasi muak. Dia melepaskan pelukan itu dan langsung berlari melewati kerumunan orang.

Rasi menutup mulutnya. Tas yang menenteng dipundaknya telah ia jatuhkan dengan gerakan yang tak disadarinya. Apa ini mimpi? Katakan ini adalah mimpi buruk!

"Ayah! Ibu!" Rasi langsung menghambur kedalam pelukan dua orang jenazah yang telah terbaring lemah di lantai.

"Gak mungkin!" Rasi menatap semua orang yang ada di sekelilingnya meminta penjelasan. "Ayah sama ibu gak mungkin meninggal! Mereka gak mungkin tega ninggalin Rasi sendirian" Rasi mengguncang-guncangkan tubuh keduanya.

"Sabar Rasi sayang. Semua udah ada ditangan Tuhan. Ini semua adalah takdir Tuhan" Nina mengelus punggung Rasi pelan.

"Tapi bu, sekarang Rasi sama siapa? Sekarang siapa yang mau jagain Rasi? Rasi udah gak punya siapa-siapa lagi" Rasi semakin terisak. "Kenapa Tuhan gak adil?! Kenapa Dia malah ambil ayah sama ibu secepat ini? Kenapa Dia malah ngambil mereka bukannya Rasi?! Rasi selalu berdo'a supaya mereka panjang umur" Rasi semakin menjadi-jadi membuat semua orang kewalahan.

*

Langit senja mulai menghitam. Gemercik hujan mulai turun. Semua orang telah meninggalkan pemakaman, hanya menyisakan Rasi yang masih memeluk makam itu.

"Ayah, ibu bangun" Rasi memejamkan matanya. "Katanya kalian mau lihat Rasi sukses. Satu tahun lagi Rasi lulus SMA loh, katanya mau datang ke sekolah pas acara pelulusan. Katanya mau lihat nilai ujian Rasi. Katanya janji bakal ada terus di samping Rasi, tapi kok kenapa sekarang malah ninggalin?" Rasi mengusap kedua nisan itu.

"Kan katanya Ayah sama Ibu cuma pergi ke pasar buat belanja, kok malah pergi selamanya? A-" perkataan Rasi terhenti ketika tak sengaja dia melihat seorang pemuda yang terjatuh tepat di hadapannya.

"Lo gak papa?" Rasi menghapus air matanya dan mencoba bangkit.

"Gue gak papa. Lanjutin aja aktifitas lo" cowok itu bangkit sembari menepuk -nepuk tangannya yang kotor. "Gue cabut"

"Aneh" Rasi bergumam. Tapi sedetik kemudian, dia kembali memeluk makam itu sebelum akhirnya bangkit dan mengelus nisan kedua makam itu. "Baik-baik di sini ya, ayah, ibu" Rasi-pun berlalu dengan air mata yang masih menganak sungai di pipinya.

*

Holla

Ini cerita baru saya. sebenernya sih yang Lathos juga masih baru, tapi tangan gatel pengen ngepost yang ini. Tapi tenang, pasti bakal nemu ending kok.

Eh jangan lopa voment ya, jangan jadi readers silent^^

Galaksi ke2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang